Rabu, 20 Agustus 2014

Ada Cinta Dikota Santri



Ada Cinta Dikota Santri

" Sudah terima saja dia, hitung-hitung buat hiburan." Kata andi sahabat kosku.
" Aku tidak bisa, ndi. Ini berat." Jawabku bingung.
" Sudah kamu tak perlu resah, toh dia sendiri kan yang suka kepadamu."
" Tapi."
" Sudah tidak usah tapi-tapian, jalani saja dulu." Potong andi.
Haruskah ini jalan yang harus aku tempuh untuk mendapatkannya. Dasar picik sekali aku. Dimana hati nuraniku, jika harus melukai hati seseorang. “ Ingat karma, dimas.” Seolah batinku bertentangan dengan semua itu.
            Pertemuan itu bukanlah sebuah kebetulan semata karena semua berjalan atas kehendak-Nya. Mungkinkah dia orangnya, ya Rabb. Gadis yang selama ini hadir dalam sketsa mimpi indahku. Naif sekali aku ini, baru saja bertemu sudah bisa merasakan begitu. Apakah ini yang disebut cinta pertama? Entahlah.
“ Copet…tolong copet…” Teriak gadis berjilbab biru yang berdiri didekat pintu bus.
Bus pun berhenti, spontan jiwa heroikku muncul. Aku berlari keluar bus mengejar pencopet itu, sekuat tenaga aku mengejarnya hingga nasib sial pun harus aku alami.
Dalam hati ingin menolong, tetapi apa daya nasib berpihak lain. Ternyata aku yang dikira pencopetnya, hampir saja massa membunuhku, jika tidak ada dia yang menolongku.
Gadis berwajah bersih dan berjilbab biru itu berteriak.
“ Berhenti..berhenti, jangan main hakim sendiri.”
Dilihatnya diriku yang bersimbah darah mengalir dari bibir dan pelipisku. Lebam dan memar dihajar massa.
“ Astafirullah, bukan dia pencopetnya. Aku masih ingat bukan dia pencopetnya.” Pekiknya.
Entah apa yang terjadi kepadaku, kepala pening dan semuanya gelap dan tak ada lagi suara yang mampu terdengar oleh gendang telingaku.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar