Ada
Cinta Dikota Santri
" Sudah terima
saja dia, hitung-hitung buat hiburan." Kata andi sahabat kosku.
" Aku tidak bisa, ndi. Ini berat." Jawabku bingung.
" Sudah kamu tak perlu resah, toh dia sendiri kan yang suka kepadamu."
" Tapi."
" Sudah tidak usah tapi-tapian, jalani saja dulu." Potong andi.
Haruskah ini jalan yang harus aku tempuh untuk mendapatkannya. Dasar picik sekali aku. Dimana hati nuraniku, jika harus melukai hati seseorang. “ Ingat karma, dimas.” Seolah batinku bertentangan dengan semua itu.
" Aku tidak bisa, ndi. Ini berat." Jawabku bingung.
" Sudah kamu tak perlu resah, toh dia sendiri kan yang suka kepadamu."
" Tapi."
" Sudah tidak usah tapi-tapian, jalani saja dulu." Potong andi.
Haruskah ini jalan yang harus aku tempuh untuk mendapatkannya. Dasar picik sekali aku. Dimana hati nuraniku, jika harus melukai hati seseorang. “ Ingat karma, dimas.” Seolah batinku bertentangan dengan semua itu.
Pertemuan itu bukanlah sebuah kebetulan semata karena
semua berjalan atas kehendak-Nya. Mungkinkah dia orangnya, ya Rabb. Gadis yang
selama ini hadir dalam sketsa mimpi indahku. Naif sekali aku ini, baru saja
bertemu sudah bisa merasakan begitu. Apakah ini yang disebut cinta pertama?
Entahlah.
“ Copet…tolong copet…”
Teriak gadis berjilbab biru yang berdiri didekat pintu bus.
Bus pun berhenti,
spontan jiwa heroikku muncul. Aku berlari keluar bus mengejar pencopet itu,
sekuat tenaga aku mengejarnya hingga nasib sial pun harus aku alami.
Dalam hati ingin
menolong, tetapi apa daya nasib berpihak lain. Ternyata aku yang dikira
pencopetnya, hampir saja massa membunuhku, jika tidak ada dia yang menolongku.
Gadis berwajah bersih
dan berjilbab biru itu berteriak.
“ Berhenti..berhenti,
jangan main hakim sendiri.”
Dilihatnya diriku yang
bersimbah darah mengalir dari bibir dan pelipisku. Lebam dan memar dihajar
massa.
“ Astafirullah, bukan
dia pencopetnya. Aku masih ingat bukan dia pencopetnya.” Pekiknya.
Entah apa yang terjadi
kepadaku, kepala pening dan semuanya gelap dan tak ada lagi suara yang mampu
terdengar oleh gendang telingaku.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar