Dompet
Oleh
: Yanuari Purnawan
“ Wah…dompet siapa nih,” pekikku dalam hati.
Dompet warna merah
jambu tergeletak dialas masjid. Pikirku, “ Mungkin dompet jamaah yang tadi ikut
majelis.” Bingung harus aku berikan kesiapa! Apa diberikan saja ketakmir
masjid. Ah, tidak mungkin disini sudah sepi. Lagian pasti orang yang kehilangan
dompet berpikir dua kali untuk kembali kemasjid karena ini kan sudah tengah
malam. Lebih baik dompet ini aku kembalikan besok saja.
Dikamar kost, aku
gelisah sendiri. Siapakah pemilik dompet ini, “ Ah, mengapa tidak aku buka saja
isinya. Siapa tahu ada identitas pemiliknya,” pikirku. Dengan mengucap
basmallah, aku buka dompet merah jambu itu, ternyata berisi uang 100 ribuan
lima lembar, dan uang 20 ribuan entah berapa jumlahnya. Tetapi aku lebih fokus mencari
KTP atau kartu namanya. Ada kartu nama warna ungu dan kubaca tertera nama sang
pemilik Delia Safitri, alamat Jalan Kebon Agung No.15 dan owner Butik Muslimah.
Entah mengapa bayang
nama itu terus berputar diotak hingga terbawa sampai dalam mimpi. Delia
safitri, belum mengerti orangnya sudah berhasil menjajah hati ini, siapakah
engkau? Apakah ini yang nama cinta, entahlah mengapa aku bisa berspekulasi
seperti ini.
Aku membayangkan
pertemuanku dengannya menghasilkan benih cinta, bagai dalam drama korea.
Kutatap seluruh tubuhku didepan cermin, “ Ternyata, aku lumayan tampan juga,”
batinku.
Dengan sepeda motor,
aku siap mengantarkan cinta, eh bukan, dompet. Siapa pun engkau, aku siap untuk
hal seburuk apapun entar. Melewati beberapa persimpangan dan belokan, sekitar
satu jam akhirnya sampai juga didepan Butik Muslimah, persis seperti alamat
yang tertera dikartu nama didompet itu.
“ Assalamualaikum,”
ucapku. Dari dalam ada suara seorang wanita yang menjawab salam. “ Subhanallah, inikah orangnya.” Aku hanya
bisa menatap sebentar lalu menuduk
kembali.
“ Maaf, mas cari siapa
atau mau belanja pakaian,” tanyanya.
“ Tidak, aku mau
mengantarkan dompet yang terjatuh dimasjid At-taqwa kemarin. Benar ini dengan
mbak Delia safitri,” terangku. Kulihat ada binar bahagia dimata wanita
berjilbab merah itu.
“ Betul, Mas. Saya yang
kehilangan dompet. Alhamdulilah ditemukan oleh orang jujur kayak mas,”
jawabnya. Entah mengapa kata-katanya seakan menyejukan dan ada desiran halus
dihati. Setelah menyerahkan dan menyuruh mengecek kembali isi dompetnya, aku
pun berpamitan.
“ Kalau begitu aku
permisi pulang dulu.”
“ Sebentar, Mas.”
Kulihat dia memanggil seseorang didalam butiknya.
“ Ada apa, ya!”
tanyaku.
“ Perkenalkan ini
suamiku, Mas. Namanya Mas Heri.” Dia mengenalkan pria yang dipanggilnya tadi.
“ Apa?” pikirku.
Gleek..aku hanya bisa menelan ludah sambil menjambat tangan suaminya.
“ Faris,” jawabku.
Sore itu begitu cerah
tetapi tidak dengan hatiku, mendung. Ternyata, pertemuan pertama dengan seorang
bidadari dunia tidak seindah drama korea. Semua gara-gara dompet.
Selesai
Hahaaa...
BalasHapusdrama korea mendominasi lebih dlu pikirannya.. hhe
Iya, kan banyak anak sekarang hidupnya berandai seperti Drama Korea hehe.. Jangan-jangan pernah mengalaminya?
Hapus