Senin, 01 September 2014

Dompet



Dompet
Oleh : Yanuari Purnawan

“ Wah…dompet siapa nih,” pekikku dalam hati.
Dompet warna merah jambu tergeletak dialas masjid. Pikirku, “ Mungkin dompet jamaah yang tadi ikut majelis.” Bingung harus aku berikan kesiapa! Apa diberikan saja ketakmir masjid. Ah, tidak mungkin disini sudah sepi. Lagian pasti orang yang kehilangan dompet berpikir dua kali untuk kembali kemasjid karena ini kan sudah tengah malam. Lebih baik dompet ini aku kembalikan besok saja.
Dikamar kost, aku gelisah sendiri. Siapakah pemilik dompet ini, “ Ah, mengapa tidak aku buka saja isinya. Siapa tahu ada identitas pemiliknya,” pikirku. Dengan mengucap basmallah, aku buka dompet merah jambu itu, ternyata berisi uang 100 ribuan lima lembar, dan uang 20 ribuan entah berapa jumlahnya. Tetapi aku lebih fokus mencari KTP atau kartu namanya. Ada kartu nama warna ungu dan kubaca tertera nama sang pemilik Delia Safitri, alamat Jalan Kebon Agung No.15 dan owner Butik Muslimah.
Entah mengapa bayang nama itu terus berputar diotak hingga terbawa sampai dalam mimpi. Delia safitri, belum mengerti orangnya sudah berhasil menjajah hati ini, siapakah engkau? Apakah ini yang nama cinta, entahlah mengapa aku bisa berspekulasi seperti ini.
Aku membayangkan pertemuanku dengannya menghasilkan benih cinta, bagai dalam drama korea. Kutatap seluruh tubuhku didepan cermin, “ Ternyata, aku lumayan tampan juga,” batinku.
Dengan sepeda motor, aku siap mengantarkan cinta, eh bukan, dompet. Siapa pun engkau, aku siap untuk hal seburuk apapun entar. Melewati beberapa persimpangan dan belokan, sekitar satu jam akhirnya sampai juga didepan Butik Muslimah, persis seperti alamat yang tertera dikartu nama didompet itu.
“ Assalamualaikum,” ucapku. Dari dalam ada suara seorang wanita yang menjawab salam.  “ Subhanallah, inikah orangnya.” Aku hanya bisa menatap sebentar lalu  menuduk kembali.
“ Maaf, mas cari siapa atau mau belanja pakaian,” tanyanya.
“ Tidak, aku mau mengantarkan dompet yang terjatuh dimasjid At-taqwa kemarin. Benar ini dengan mbak Delia safitri,” terangku. Kulihat ada binar bahagia dimata wanita berjilbab merah itu.
“ Betul, Mas. Saya yang kehilangan dompet. Alhamdulilah ditemukan oleh orang jujur kayak mas,” jawabnya. Entah mengapa kata-katanya seakan menyejukan dan ada desiran halus dihati. Setelah menyerahkan dan menyuruh mengecek kembali isi dompetnya, aku pun berpamitan.
“ Kalau begitu aku permisi pulang dulu.”
“ Sebentar, Mas.” Kulihat dia memanggil seseorang didalam butiknya.
“ Ada apa, ya!” tanyaku.
“ Perkenalkan ini suamiku, Mas. Namanya Mas Heri.” Dia mengenalkan pria yang dipanggilnya tadi.
“ Apa?” pikirku. Gleek..aku hanya bisa menelan ludah sambil menjambat tangan suaminya.
“ Faris,” jawabku.
Sore itu begitu cerah tetapi tidak dengan hatiku, mendung. Ternyata, pertemuan pertama dengan seorang bidadari dunia tidak seindah drama korea. Semua gara-gara dompet.
Selesai





2 komentar:

  1. Hahaaa...

    drama korea mendominasi lebih dlu pikirannya.. hhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kan banyak anak sekarang hidupnya berandai seperti Drama Korea hehe.. Jangan-jangan pernah mengalaminya?

      Hapus