Rabu, 29 November 2017

Cinta di Atas Kerutan Kening


|Cinta di Atas Kerutan Kening|
By: Muhammad Asqalani eNeSTe


Dy: Qubeb, bolehkah aku mencium keningmu dengan panas bibirku, agar agama dan segala pemahamanmu retak. Qubeb: jangan mushankan aku Dy, seperti cintamu yang bergelantungan itu, aku tak ingin jatuh tanpa agama. Dy: oh, kekasihku yang teramat rapi menyimpan cumbu, keluarkanlah segala kemunafikanmu, agar kita benar-benar menikmati hidup tanpa baju. Qubeb: tidak Dy, aku tak sehina itu, jangan pernah kauhina jiwaku yang tetap percaya keperkasaan Tuhan yang gemar menunggu. Dy: oh! Qubeb: tinggalkan aku dengan segala sendu dan airmata yang masih menggenang mengenang ibu, hilanglah dari hidupku jika ini semua menurutmu pilihanku paling keliru. Dy: tidak sayang, aku mencintaimu, seperti halnya Tuhan yang bergonta-ganti baju itu. 2017

Muhammad Asqalani eNeSTe. Suka berbicara Bahasa Inggris. Rentang tahun 2021-2028 bercita-cita tinggal di Australia. Aktif di Community Pena Terbang (COMPETER). WA: 082385449383. Buku puisinya yang akan terbit di awal 2018 adalah: Anglocita Nama Cumbu.

Senin, 27 November 2017

On The Sky No More Blue


|On The Sky No More Blue|
By : Muhammad Asqalani eNeSTe
https://www.google.co.id
Koza: On the sky no more blue. Eyebrow: sebab itu betapa rahasia. Koza: seperti langit-langit dadamu? Eyebrow: langit-langit dadaku senantiasa biru. Koza: jangan berdusta, tidakkah dadamu kini pucat dan pudar warna? Eyebrow: kenapa? Koza: sebab kau telah lama ranggas cinta, hidupmu kandas tanpa kecupan-kecupan. Eyebrow: aku pengagum kesendirian, hiruk-pikuk hanya suara batuk setan. Koza: jangan mengaku suci, jika kesucian tak lagi kaumiliki. Eyebrow: kau menohokku. Koza: aku ingin mencintaimu lagi, hingga cabik-cabik fantasi, hingga telanjang segala mimpi. Eyebrow: tidakkah kenyataan telanjang lebih kau impikan, tidakkah ilmu raba hendak kau amalkan? Koza: aku ingin memperdalam hal-hal paling tidak masuk akal dari kekuatan sentuhan. Di luar hujan, aku kedinginan dan menggigil membekukan tangisan. Hatiku telah lama salju, warna biru hanya kamu, yang kini hitam. sebentar lagi aku akan tenggelam, dalam cerita yang kuciptakan. Minum tehmu tuan, seseorang yang mirip kamu, menyentuh bibirku dengan santai, aku mendadak akan lebur seperti pasir di pantai, di mana kau sebagai penidur yang gemar berkubang. ---- Jika seribu tahun lagi langit runtuh, akankah kau memeluk iman baru, atau masih setia pada keyakinan, on the sky no more blue. 2017

Muhammad Asqalani eNeSTe. Suka berbicara Bahasa Inggris. Rentang tahun 2021-2028 bercita-cita tinggal di Australia. Aktif di Community Pena Terbang (COMPETER). WA: 082385449383

Jumat, 24 November 2017

Kini Selamanya

Kini Selamanya
Oleh : Yanuari Purnawan

“Tuhan tidak adil, mengapa Dia berikan semua ini kepadaku. Aku ingin seperti mereka menikmati masa muda, bebas, gaul dan jalan-jalan bersama teman-teman sebaya. Ah! Ini cuma mimpi dan mimpi belaka,” gumam seorang pemuda kurus sambil mengamati sekitar di luar jendela kamar. Ada perasaan iri dan cemburu di dalam hatinya.

“Sayang, ada apa kok melamun sendiri di kamar?” Sebuah tepukan lembut dari seorang wanita di pundaknya membuat lamunan itu hilang walau masih menyisahkan luka di hati.
“Ibu … tidak ada apa-apa kok!” Tatapan itu membuat dia tidak bisa bohong kepada wanita yang telah melahirkannya.
“Panji, jangan bohong sama ibu! Ibu mengerti kamu sedang menyimpan sesuatu di dalam hati.”
“Bu, Tuhan itu tidak adilnya! Seharusnya panji sekarang bisa sekolah, main dan berprestasi. Bukan seperti ini menjadi benalu,” jawab Panji, pemuda berusia tujuh belas tahun itu yang sudah harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya.
“Sayang, ingat Tuhan memberi kita ujian bukan karena tidak sayang kepada hamba-Nya. Semua itu semata untuk meningkatkan derajat hamba-Nya yang tetap sabar, bangkit dan bersyukur. Ibu yakin Panji bisa berprestasi mungkin bukan saat ini tetapi percaya esok ada hari indah yang telah disiapkan oleh-Nya untuk Panji.” Nasehat dari ibunya mampu membuat bulir hangat luruh membasahi pipi Panji. Dipeluk wanita yang selama beberapa bulan belakangan berjuang sendiri untuk menghidupi anaknya sebagai buruh cuci.

Semangat Panji mulai membara untuk menyambung hidupnya kembali. Kalimat yang keluar dari bibir ibunya ibarat mantra sakti untuk membuka mata hatinya. Kini, Panji mulai menata ulang langkah hidupnya, dia tidak mau terus-terusan menjadi benalu terutama bagi wanita yang banyak berkorban untuknya.

Di ambilnya sebuah krek sebagai pengganti kaki kanan yang sudah diamputasi akibat kecelakaan. Dan peristiwa kelam tersebut juga harus meninggal luka yang begitu dalam bagi keluarga tersebut. Ayah yang menjadi tulang punggung harus meninggalkan mereka untuk selamanya. Berat, apalagi Panji juga harus meneruskan ke perguruan tinggi. Tetapi nasib berkata lain, dia harus merelakan impiannya untuk bisa menyandang status mahasiswa.

Dengan berjalan tertatih, dia menuju mushalla dekat rumahnya. Di tempat tersebut, dia curahkan apa yang terpendam di hatinya.
Ya … Allah, hamba percaya tidak ada ujian yang Kau beri di luar batas kemampuannya hamba-Mu. Maka berkahi dan kuatkan setiap langkah hamba menuju kebaikan yang telah Kau gariskan.”

Episode baru telah dimulai, binar semangat telah mengisi ke dalam sorot matanya. Panji, tak ingin terpuruk lagi. Bangkit adalah jalan yang harus dia tempuh kini.
“Apa yang ingin kamu lakukan, Nak?” tanya ibunya penuh kecemasan.
“Ibu, tenang saja. Alhamdulilah, Panji dapat kerja,” jawab Panji begitu semangat untuk memulai hari pertama kerja.
Alhamdulilah, memang kerja apa, Nak?”
“Pak Budi menyuruhku menjaga warnet, kebetulan beliau butuh orang yang mengerti tentang dunia komputer.” Mata itu lagi-lagi menunjukan jiwa pemuda yang penuh optimisme.

Warnet tempat kerjanya tak jauh dari rumah, sehingga dia bisa berangkat dengan berjalan. Masih ada sebersit rasa khawatir yang hinggap dari wanita tua itu melihat anaknya harus berjalan kaki sejauh satu kilometer menggunakan krek. Mungkin bagi manusia normal jarak tersebut tidak menjadi masalah, tetapi bagi sosok Panji mungkin butuh tenaga ekstra agar sampai dengan selamat.

Panji bekerja dengan ulet dan cekatan walau dalam keterbatasan. Membuat sosoknya menjadi kesayangan Pak Budi selaku bosnya. Hal yang membuatnya lebih di mata Pak Budi, pria berusia tiga puluhan tersebut adalah Panji tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu. Setiap azan berkumandang dia selalu bergegas untuk memenuhi panggilan-Nya, tanpa beban sama sekali. Sangat kontras dengan remaja saat ini yang lebih memilih hang out di kafe, main game online hingga lupa waktu dan kencan sama pacar yang belum halal.

Panji sekaligus memanfaat kerjanya dengan menggunakan fasilitas yang ada dengan maksimal. Disela pekerjaan menjaga internet, dia juga belajar menjadi reseller bisnis online dengan membuat blog. Pak Budi yang mengetahui hal tersebut memberi restu malah menyuruhnya untuk memasarkan tempat warnetnya.

Sehari, seminggu hingga satu bulan bisnis online Panji ternyata tak berjalan sesuai harapan. Komentar sinis kembali terlontar kepada pemuda cacat tersebut.
“Mimpi mau sukses, jalan saja susah.” Begitulah ocehan orang sekitar melihat kegigihan Panji untuk meraih mimpinya. Panji hanya mampu tersenyum menanggapi komentar sinis tersebut. Dia percaya suatu saat dia akan berhasil.

“Bu, memang orang cacat kayak Panji tidak layak untuk sukses?” tanya Panji sambil rebahan diatas paha ibunya. Dengan lembut ibunya membelai rambut anak semata wayang tersebut.
“Panji masih muda, kuat dan cerdas, jadi tidak ada alasan untuk sukses. Walaupun kondisi Panji tak sempurna. Ingat pesan, Ibu. Sesungguhnya kecacatan sejati itu jika dia punya hati, mata, tangan dan kaki yang sempurna tetapi tidak digunakan untuk mengagungkan asma-Nya.” Kembali energi positif menjalar ke dalam jiwa mudanya.

Langkah itu semakin pasti walau cibiran kerap terlontar dari mulut orang yang tak suka dengannya. Baginya, keterbatasan dan masa muda adalah dua hal yang berbeda tetapi bisa saling mengikat. Panji masih semangat bekerja menjaga warnet. Warnetnya semakin hari semakin ramai hingga Pak Budi akan membuka cabang baru. Dan yang dipercaya untuk mengelolanya adalah panji.

Mendengar kabar itu, pemuda tujuh belas tahun tersebut bersyukur akan amanah barunya. Dia berjanji akan bekerja secara optimal. Remaja seusianya, biasa masih menengadahkan tangan meminta uang kepada orang tuanya. Beda dengan remaja bernama Panji, sekarang dia menyuruh ibunya berhneti jadi buruh cuci. Karena uang yang diperoleh dari hasil kerja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bukan hanya itu, remaja yang selalu rajin shalat berjamaah di masjid tersebut mendapat apresiasi dalam bisnis onlinenya. Beberapa hasil dagangan yang dipromosikan lewat internet tersebut laris manis di pasaran. Ada beberapa perusahaan yang menawarkan kerja sama untuk pemasaran produknya.

Ternyata, pencapaian Panji tidak lantas membuatnya besar kepala. Dari penghasilannya, dia sisihkan untuk membantu para penyandang cacat agar mampu bersaing dan bekarya.

“Nak, jangan terlena dengan nikmat ini. Semua hanya titipan, bersyukur dan berbagi itu adalah cara aman untuk menjaganya.” Sebuah nasehat seorang ibu kepada anaknya yang masih remaja dan belajar tumbuh menjadi dewasa.

Kini dan selamanya, remaja cacat tersebut telah membuktikan. Keterbatasan bukan halangan, apalagi diusia yang masih muda. Usia yang gemilang untuk bekarya dan berprestasi. Bukan mengeluh dan bergalau ria terhadap nasib. Gunakan masa mudamu sebelum masa tuamu.


Selesai

Selasa, 14 November 2017

Remaja yang Bercinta

Remaja yang Bercinta
Oleh : Yanuari Purnawan


Jatuh cinta itu berjuta rasanya. Ada rasa senang, rindu, cemas dan galau. Semua campur aduk seperti adonan kue. Hati dag dig dug saat melihat orang yang dicintai. Malu tapi mau hingga kayak kucing cacingan. Dan paling parah apapun aktivitasnya selalu bayangan dia yang menyertai. Sungguh virus merah jambu tersebut begitu besar dampaknya.

Dulu yang tidak suka dandan sekarang hampir dua jam bercermin. Yang cowok jadi memperhatikan penampilan, wangi dan rambut jadi klemis. Kalau yang cewek pakai bedak sampai cerminnya mau retak, bimbang harus pakai baju apa hingga dilema sambil dengerin lagu galau. Merasa diri mereka butiran debu yang separuh jiwanya pergi karena cinta sakitnya tuh di sini!*Nunjuk gigi karena lagi sakit gigi hehe.

Cinta … oh cinta, begitu hebat pengaruhmu. Hingga yang tak suka puisi menjelma menjadi pujangga. Apa yang dilihat dan dirasa menjadi kata-kata indah nan puitis. Apalagi virus tersebut menginfeksi para remaja masa kini. Mengapa remaja-remaja lagi? Karena masa remaja adalah masa penjajakkan dan pencarian jati diri. Ingin dihargai, dicintai merupakan hal yang wajar dalam fase usia mereka.

“Jadi remaja boleh dong cinta-cintaan?” Boleh banget malah harus. Kita sebagai makhluk-Nya wajib mencintai makhluk lainnya. Saling menyayangi, menhormati dan menghargai. “Kalau sama lawan jenis gimana?” Tidak masalah, ‘kan itu fitrah. “Jadi, remaja boleh dong pacaran!” eits … memang siapa yang bolehin pacaran? Yang boleh ‘kan saling mencintai sebagai makhluk-Nya. Kalau masalah pacaran, tunggu dulu perlu bertapa dan menyepi untuk menalarkannya.^^

“Kak, gimana dong aku kan terlanjur cinta sama si doi?” tanya seorang remaja cowok yang sedang kasmaran terhadap seorang cewek.
“Nggak mungkin dong aku putusin si doi!” lanjutnya dengan muka kusut.
Mendengar pertanyaan remaja cowok tersebut jadi tersenyum geli. Memangnya jika putus, si cewek akan mati atau gantung diri. Hei … kamu yang merasa benar-benar lelaki jangan sempit pemikirannya. Justru ketika kamu memutuskan hubungan pacaran dengan cewek tersebut. Kamu telah berhasil menjaga kehormatanmu dan kehormatan si cewek tersebut. Tenang Bro and Sis, kalau jodoh tak lari ke mana.

“Jadi nggak boleh ya pacaran?” Boleh asal tidak di tempat punyanya Allah. Jadi, cari saja tempat di alam semesta ini yang bukan merupakan kekuasaan-Nya.
“Ya … mana ada, Kak!” Kalau begitu sudah jelas ‘kan mengenai pacaran tersebut. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk berkhalawat alias pacaran. Karena, aktivitas pacaran sama juga dengan mendekati zina. Islam cuma mengenal istilah ta’aruf, bukan pacaran islami loh! Dan ta’aruf ini juga ditujukan bagi dia yang mampu untuk komitmen serius alias menikah. Kalau kalian yang masih remaja, memang sudah siap menikah. Tuh … jika bahas menikah langsung kabur deh.

Jangan gegana (Galau, gelisah, merana) dulu, islam adalah agama yang komplit dan sistematis. Setiap permasalahan, pasti ada solusinya. Bagaimana jika remaja yang bercinta? Yang masih belum mampu mandiri dan cukup dewasa untuk menikah. Tetapi, rasa cinta di dalam dada tak bisa terbendung. Yuk simak hadits di bawah ini.

Dan barang siapa belum mampu menikah, hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum membentengi dirinya.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Sudah jelaskan bukan islam mengaturnya. Bagi remaja yang belum mampu berkomitmen serius alias menikah. Bukan pacaran solusinya, melainkan shaum (puasa). Jadi, perbanyak puasa dan mengingat Allah, agar hati menjadi tenang hingga waktu datang untuk meminang dan dipinang.

“Lalu, bagaimana remaja yang bercinta menurut pandangan islam tersebut?” Remaja yang bercinta menurut pandangan islam adalah menjaga kehormatan diri dan menata cinta sampai waktunya tiba. Bro and sis (biar lebih gaul hehe) … percayalah cinta itu universal, jangan memandang sempit makna cinta. Bukan hanya masalah aku dan kamu, tapi cinta itu luas.
Remaja yang bercinta pertama adalah bangga dan cinta akan agamanya, yakni islam. Selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mengikuti sunnah rasul-Nya dan mengamalkannya. Sungguh inilah cinta yang hakiki, cinta Allah kepada hamba-Nya. Jadi, apakah kita harus berpaling dengan melakukan hal yang dibenci oleh-Nya yakni pacaran. Ayo! Dipikir ulang kalau mau pacaran hehe … jangan ngotot dan ngeles kayak bajaj. Setuju nggak setuju, setuju!^^

Remaja yang bercinta kedua adalah cinta kepada orangtua. Mengapa cinta orang tua, karena cinta mereka tak ada duanya kepada kamu. Seburuk apapun perlakuan kamu terhadap mereka. Mereka tetap mencintai dan mendoakan yang terbaik untuk kamu. Sudahlah, sebelum kamu bilang i love you kepada lawan jenis, ucapankan dulu kepada orangtuamu. Sebelum memegang yang belum halal untukmu, lebih baik pegang dan cium punggung tangan orangtuamu.

Sudahlah tak perlu risau masalah cinta-cintaan. Karena, cinta remaja hanya sebatas cinta semu dan miskin komitmen. Sebelum terlambat, jangan sampai terjebak virus merah jambu tersebut. Bagi yang sudah mulai terinfeksi, mulai putar haluan. Dekatkan diri kepada-Nya dan minta kekuatan untuk bisa menjaga kehormatan diri. Sudahi atau akhiri demi kebaikkan diri.

Ya … Allah, kuatkan remaja islam, remaja penerus tegaknya agama ini dalam kebaikkan. Jadikan hidup dan langkah mereka dalam keberkahan dan kebermanfaatan. Kokohkan iman islam di dada mereka hingga mampu menjaga kehormatan diri dan agama. Aamiin … aamiin yaa robbal allamin.