Rabu, 17 Juni 2015

Jejaka Tomboy

Jejaka Tomboy
Oleh : Yanuari Purnawan


Seharusnya masa SMA adalah masa-masa yang paling indah dan sulit terlupakan. Tidak bagiku, masa SMA yang tak terlupa adalah masa piluh dan galau. Bukan karena banyak PR atau sering remedial. Namun, lebih dari itu. Status! Ya, status jadi jomblo sejati tersemat indah dalam sanubari dan predikat itu pun masih kusandang hingga kini. Tuhan, adakah secuil cinta untuk hamba-Mu ini. Atau selamanya jodohku ada di tangan-Mu.

“Wih … rajin amat lo, dari tadi serius ngerjain tugas!” celaku pada Hasan, teman sebangku yang tengah asyik mencoret-coret kertas. Mimik wajahnya menyiratkan konsentrasi penuh. Bahkan lebih serius dari Dedy Colbouzer saat sulap.

“Gitu dong rajin!” lanjutku sambil menepuk pundaknya. Hasan yang bertubuh gembul, pendek dan berkulit gelap itu hanya tersenyum. Terlihat susunan giginya yang tak beraturan.

“Emang aku lo yang rajin dan punya otak encer,” sanggahnya sambil tetap fokus menulis, tulisannya masih sama. Kayak ceker ayam terkelindas Busway.

“Tapi lo kok serius banget nulisnya. Emang nulis apaan?” Aku masih penasaran dengan teman setiaku alias cuma dia teman akrabku di SMA ini.

Lo tahu nggak? Saatnya kita mendobrak masa depan,” jelasnya berbinar sambil memegang kerah seragam putih yang mulai pudar warnanya tersebut.

“Bahasa lo dalam banget! Emang begitu penting coretan tersebut?” raguku dengan sedikit bergurau.

Hasan pun memandangku lekat lalu beralih mengamati sekitar kelas yang sepi. Karena, memang masih jam istirahat. Seperti ada suatu rahasia yang ingin dia sampaikan. Aku pun mulai curiga dan gelisah. Jangan-jangan! Hasan ingin berbuat yang tidak baik.

“San … aku masih normal. Jadi, jangan macam-macam!” jelasku sedikit gugup.

“Enak saja! Emang aku cowok apaan. Aku ingin mengatakan suatu rahasia kepada lo. Tapi, lo janji nggak akan beberkan rahasia ini,” terangnya sambil menegaskan apa yang sedang dia lakukan tadi. Aku pun hanya mengangguk, menyetujui syarat tersebut.

“Sebenarnya … aku sedang menulis surat cinta!” Hampir saja tawaku meledak, jika tidak segera dibungkam oleh Hasan.

“Emangnya lo kesambet setan mana? Hari gini masih zaman surat-suratan. Ini sudah zamannya sms-an, San. Aduh! Apakah status jomblo lo benar-benar merusak otak lo yang tinggal secuil itu?” ledekku sambil menahan tawa.

Lo silahkan tertawain aku. Tapi, lihat saja hasilnya nanti! Menurut majalah yang pernah aku baca, inilah cara ampuh untuk menggaet hati seorang cewek. Kalau sms, sudah basi. Dan lewat surat cinta, cewek akan merasa tersanjung dan spesial,” papar Hasan semangat. Sepertinya majalah yang dia baca, berhasil meracuni otaknya. Namun, aku yang jomblo akut pun harus mengakui argumennya benar juga.

***
Bel pulang sekolah pun terdengar nyaring. Bukan membuat siswa-siswi jengkel, namun membuat wajah yang semula kayak mie direbus kelamaan. Menjelma merekah bagai bunga mawar yang mekar. Aku pun bersiap pulang, tapi Hasan segera mencegah. Dia memegang pergelangan tanganku. Romantis! Seperti dalam drama korea. Tapi, segera kutepis. Geli. Apalagi jika dilihat teman-teman.

“Ada apa sih, San? Emang lo nggak mau pulang?” tanyaku kesal. Hasan pun menampilkan wajah unyunya. Namun, bukannya unyu malah seperti preman yang tobat dan menjadi cowok setengah matang. Lekong deh!

“Aku ada misi rahasia. Dan lo harus bantu!”

“Maksud lo?” selidikku curiga. Hasan pun mengeluarkan amplop berwarna putih. Seperti, amplop untuk surat izin tidak masuk sekolah gara-gara ke rumah nenek.

“Ini surat cinta yang kutulis dari lubuk hati terdalam. Dan, kupersembahkan untuk yayang Silvi,” terangnya menggebu sambil memandang amplop putih tersebut. Hasan memang sedang tergila-gila pada gadis yang beda kelas dengan kita, bernama Silvi. Gadis berparas cantik, tinggi, putih dan merupakan anak dancer sekolah.

“Terus, apa hubungannya dengan aku?”

“Kamu yang jadi kurir cintaku,” ucapnya berapi-api. Apa aku tidak salah dengar? Kurir cinta! Benar-benar kesambet setan jeruk purut nih orang.

Setelah perdebatan yang cukup panjang, lebih panas dari sidang paripurna. Akhirnya, aku pun menyerah. Melihat wajah Hasan yang begitu memperihatinkan. Rasa iba dan jijik menjadi satu. Semoga saja teman satuku ini, bisa mengubah statusnya. Tidak lagi jomblo kramat. Apa salahnya aku membantu menjadi kurir cintanya. Walaupun terkesan kampungan dan alay banget.

“Aku takut, San!” Tanganku mendadak dingin saat dia memberikan amplop putih tersebut.

“Sudahlah …  aku bantu lo, awasin orang lewat nanti,” jelasnya menenangkanku.
Dengan menghela nafas panjang, aku pun siap beraksi. Namun, tiba-tiba Hasan berteriak.

“Hei … aku ke toilet dulu!” Hasan pun berlari menuju toilet sekolah. Tubuhku panas dingin. Kelas Silvi berada di pojok dari kelasku. Karena, keadaan sepi, segera aku menuju bangku Silvi. Dalam hati, aku masih ragu. Apakah ini bangku Silvi? Namun, dengan keyakinan penuh dan sering melihatnya duduk di sini. Pasti, benar! Semoga saja berhasil.

***
Braaagh!

Pukulan kasar tepat di atas meja kami. Aku dan Hasan, terdiam dan tak bergeming. Wajah tampan dan tubuh atletis di depan kami, menyiratkan emosi tingkat dewa.
“Ari … apa-apaan ini?” tanya Indra sang ketua basket sekolah dengan wajah geram. Aku pun mendadak gagap. Pikiran melayang. Mengapa amplop putih milik Hasan itu bisa ada di tangan Indra?

“A … a … aku.”

Lo gila apa? Aku tuh cowok normal. Mana mungkin aku suka sama cowok? Dan perlu lo ingat, aku tidak suka cara lo kirim surat kayak gini. Kampungan!” potong Indra dengan emosi lalu pergi dari kelas kami. Wajahku pucat. Jika perlu, aku ingin segera berlari dan teriak, “AKU INGIN OPERASI PLASTIK, MAK!”  Seisi kelas tertawa terbahak-bahak dan kutenggelamkan wajah di atas meja. Hasan yang duduk di sampingku pun, melakukan hal yang sama denganku.

Selidik punya selidik, mengapa Indra menuduhku yang kirim surat tersebut? Dewi, teman satu kelasnya melihatku menaruh amplop itu ke bangku Indra. Pantas saja, tuduhan itu tepat mengarah kepadaku. Hasan pun berkali-kali meminta maaf. Alhasil, aku pun luluh dan memaafkannya. Dan aku menyuruhnya berjanji, tidak akan ada surat-surat cinta lagi. Dengan senyum pahitnya, Hasan mau berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan konyolnya.

Semenjak peristiwa memalukan tersebut, predikat sebagai jejaka tomboy masih melekat kepadaku dan Hasan. Predikat jomblo hingga kami lulus SMA. Namun, banyak hikmah yang aku petik dari kejadian tersebut. Bahwa, percayalah jodoh sudah ada yang mengatur. Serahkan urusan tersebut kepada-Nya. Sebagai, muslim seharusnya kita memakai cara yang halal. Misal ta’aruf. Dan status jomblo itu bukan aib, tapi hanya status trend saja. Jadi, jangan takut jadi jomblo. Tunjukan kalau kalian jomblo yang berprestasi dan punya prinsip. Mungkin, surat cinta bisa salah alamat, tetapi ingatlah jodoh tak akan pernah salah dan tertukar.[]


Selesai 

5 komentar:

  1. Numpang komen yah k'. Itu, yang lo lo dan aku. Klo mnrtku, d stu knpa ga sklian lo-gue, atau aku-kamu. Hehe, saran aja k' :D

    BalasHapus
  2. Numpang komentar yaks. Pertama aku setuju sama komentar di atas tentang aku sama lo itu, agak kurang enak dibaca alias tanggung. Kedua cerpennya lumayan lucu bisa bikin senyum tapi belum ketawa sampai guling2. Ketiga temanya emang jomblo tapi lebih ke ngenes menurutku. Keempat nggak ngerti kenapa jejaka tomboy. Tomboy bukannya buat perempuan yg agak kelaki-lakian ya? Kelima ada paragraf dan kalimat yg bisa disederhanakan. Keenam ada typo kayak piluh, terkelindas dan nama pesulapnya ... hati-hati kena sulap lho, coba di googling lagi. Ketujuh percakapan pertama dan kedua mungkin bisa dipilih salah satu entah yg tumben atau nah gitu. Kedelapan bingung sama kalimat hasan "emang aku lo yang rajin?" kesembilan dibagian bahasa lo dalem banget kok lanjutannya mendadak resmi ya? Kesepuluh antara mie dan bunga terlalu jauh, mungkin bisa cari yg lbih deket. Kesebelas itu mawar mau merekah apa mekar, coba pilih salah satu. Terakhir maaf komentarnya berbelit-belit dan jengkelin. Jangan marah yaks, kan lagi puasa hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Gilang Maulani, ilmu baru dan akan belajar lagi^^ Nggak marah kok malah seneng. Cz dapat ilmu dan bisa memperbaiki lagi ke depannya. Jangan bosennya^^

      Hapus
  3. Wah ... ilmu baru lagi, makasihnya. Sangat berharga dan terharu T>T... jangan bosen kasih sarannya.

    BalasHapus