Minggu, 03 Agustus 2014

Surat Cinta Aisyah



Surat Cinta Aisyah

Namanya Aisyah, seorang mahasiswi dari bumi palestina dan menimbah ilmu kedokteran di salah satu universitas ternama di Qatar. Aku mengenal sosoknya lewat dunia maya, tepatnya saat disalah satu milis tentang save gaza. Dia adalah mahasiswi berprestasi, tidak ayal kalau dia langsung dapat beasiswa dari universitasnya.Aku sangat kagum kepada sosoknya dan yang lebih mengejutkan dia mahir bahasa Indonesia, jadi komunikasi kita sangat lancar, walaupun raga tak pernah berjumpa namun hati ini terasa dekat bagai saudara seperjuangan, umat muslim.

“assalamualaikum ukhty rara dibumi para wali. Alhamdulilah ukh, sebentar lagi anti segera diwisuda. Mohon doanya.” Ada email masuk dari saudariku aisyah.
“waalaikumsalam, barakallah ya ukhty. Semoga diberi kelancaran dan kemudahan. Aamiin, ohnya ukhty sebentar lagi jadi dokter, rencananya mau ngapain?” Balasku.
“insyaAllah akan jadi relawan dibumi kelahiran anti palestina tepatnya dikota Gaza. Sekali lagi mohon doanya.” Luar biasa aisyah, dia tidak menggunakan gelar profesinya untuk mencari materi, tetapi dia lebih memilih untuk menjadi relawan tanpa dibayar. Aisyah, bagaimana aku bisa sepertimu, sosok wanita hebat yang penuh dedikasi untuk bangsa dan negaranya, tidak terasa butiran airmata mengalir lembut dipipiku.
            Hari ini aku merasa lelah sekali banyak jadwal kuliah yang begitu padat, kubuka laptopku semoga ada email dari aisyah harapku. Benar ada email masuk, kulihat pengirim tertulis aisyah. Entah aku selalu rindu akan email darinya karena setiap email yang kubaca darinya, tak henti membuatku kagum dan merasa bertenaga menjalani hidup ini.
“alhamdulilah ukhty, anti lulus dengan predikat mumtaz atau suma camlaude. Berkat doa dari ukhty dan sahabat semua, anti bisa menyelesaikan kuliah dengan baik dan tepat waktu. Sekarang anti lagi menyiapkan keberangkatan kebumi kelahiran yang selalu aku rindukan walau perang tak pernah usai di palestina. Anti mohon doanya, semoga diberi kekuatan untuk menjalankan amanah dengan baik.” Membaca email darinya membuat airmataku mengalir deras. Ada rasa ketulusan, cinta dan perjuangan dari tulisannya.
            Hampir sepekan ini tidak ada email dari aisyah. Hampir setiap hari aku mengirim email tetapi tidak ada ssatupun yang mendapat balasan darinya. Ada dengan dia, apa yang sedang terjadi kepada saudariku, aisyah. Ya Allah jaga dan lindungi setiap langkahnya, lirih ku panjatkan doa untuknya yang berjuang dibumi jihad palestina.
Aisyah mengapa tidak ada kabar sama sekali, kemana kau sekarang, semoga Allah sselalu menjagamu, aamiin.
            Hari ini mentari bersinar terik, aku malas keluar alhamdulilah tidak ada jadwal kuliah jadi bisa santai dirumah. Sambil aku melihat inbox email yang bertengker manis dilaptop kesayanganku. Banyak sekali pesan tetapi aku lebih fokus pesan yang dikirim oleh aisyah. Rindu dihati ini telah sampai pada puncaknya, kenapa kau tidak balas email, apa yang terjadi kau disana. Tiba-tiba pikiran buruk menghantui otakku.
“Ra, ada surat dari aisyah.” Teriak ibu dari ruang tamu.
“iya bu, sebentar.” Hatiku seakan berteriak, alhamdulilah aisyah tidak apa-apa. Tetapi mengapa dia kirim surat lewat pos. Kulihat amplop berwarna cokelat dan tertulis Raffah, palestina.

Dear ukhty Zahra dibumi para wali
Assalamualaikum wr.wb ukhty rara
Semoga ukhti baik-baik saja disana. Alhamdulilah anti disini sehat tak kurang satu apapun. Aku yakin ukhty khawatir mengapa beberapa hari ini anti tidak ada kabar sama sekali. Afwan ya, bukan bermaksud begitu disini anti sibuk sekali. Konflik dijalur gaza ini telah menelan banyak korban, sehingga pasien dirumah sakit darurat membludak tidak jarang harus dirujuk ke mesir.

Gaza dulu dan sekarang masih sama, menjadi kota penuh darah. Alhamdulilah kami rakyat gaza bersyukur telah dilahirkan dibumi para syuhada berguguran. Anak-anak disini tidak satupun punya rasa takut untuk mati karena kematian itulah yang mereka cari, syahid  yang darahnya tercium hingga surgaNya.

Anti kagum dengan orang-orang gaza tidak ada keluhan dan penyelasan walau hidup mereka penuh penderitaan dan kematian seakan membayangi. Merekalah orang-orang pilihan penjaga al aqso, subhanallah. Ukhti bukan hanya orang dewasa yang berjuang disini, anak-anak pun tidak luput berjuangkan tanah kelahirannya walaupun nyawa taruhannya. Iman dan jiwa jihad begitu kuat terpatri dihati mereka, menyasikan kematian sanak keluarganya bukan tangisan kesedihan tetapi airmata bahagia karena mereka telah menjadi syuhada pewaris surga.

Ukhti, semoga surat ini menjadi penguat iman dan rasa cinta kita kepada islam. Dan tidak melalaikan kuawajiban kita untuk berjuang menegakkan panji-panji islam dibumi cintaNya. Mungkin ini surat terakhir anti, karena anti tidak tahu kapan anti bisa menjadi syuhada dibumi gaza ini.
Salam cinta dan rindu buat ukhty Zahra.
Yang penuh dosa, Aisyah Salsabilah.

Aisyah  semoga kau disana selalu dalam perlindunganNya, aamiin. Tidak terasa airmata membasahi pipiku. Kelak akau akan bisa sepertimu yang terus berjuang untuk tanah kelahirannya dan aku akan berjuang dinegeri berjuta umat muslim didalam yaitu Indonesia. Terimakasih aisyah telah banyak mengajarkan aku arti perjuangan, pengorbanan dan cinta.
Surat cintamu, aisyah telah membuka mata hati ini bahwa perjuangan kita belumlah usai hingga Allah telah menyabut nyawa kita. Allah kuatkan langkah hamba menuju jalan yang kau ridhoi. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar