Surat
Cinta Aisyah
Namanya Aisyah, seorang
mahasiswi dari bumi palestina dan menimbah ilmu kedokteran di salah satu
universitas ternama di Qatar. Aku mengenal sosoknya lewat dunia maya, tepatnya
saat disalah satu milis tentang save gaza. Dia adalah mahasiswi berprestasi,
tidak ayal kalau dia langsung dapat beasiswa dari universitasnya.Aku sangat
kagum kepada sosoknya dan yang lebih mengejutkan dia mahir bahasa Indonesia,
jadi komunikasi kita sangat lancar, walaupun raga tak pernah berjumpa namun
hati ini terasa dekat bagai saudara seperjuangan, umat muslim.
“assalamualaikum
ukhty rara dibumi para wali. Alhamdulilah ukh, sebentar lagi anti segera
diwisuda. Mohon doanya.” Ada email masuk dari saudariku
aisyah.
“waalaikumsalam,
barakallah ya ukhty. Semoga diberi kelancaran dan kemudahan. Aamiin, ohnya
ukhty sebentar lagi jadi dokter, rencananya mau ngapain?” Balasku.
“insyaAllah
akan jadi relawan dibumi kelahiran anti palestina tepatnya dikota Gaza. Sekali
lagi mohon doanya.” Luar biasa aisyah, dia tidak
menggunakan gelar profesinya untuk mencari materi, tetapi dia lebih memilih
untuk menjadi relawan tanpa dibayar. Aisyah, bagaimana aku bisa sepertimu,
sosok wanita hebat yang penuh dedikasi untuk bangsa dan negaranya, tidak terasa
butiran airmata mengalir lembut dipipiku.
Hari ini aku merasa lelah sekali banyak jadwal kuliah
yang begitu padat, kubuka laptopku semoga ada email dari aisyah harapku. Benar
ada email masuk, kulihat pengirim tertulis aisyah. Entah aku selalu rindu akan
email darinya karena setiap email yang kubaca darinya, tak henti membuatku
kagum dan merasa bertenaga menjalani hidup ini.
“alhamdulilah
ukhty, anti lulus dengan predikat mumtaz atau suma camlaude. Berkat doa dari
ukhty dan sahabat semua, anti bisa menyelesaikan kuliah dengan baik dan tepat
waktu. Sekarang anti lagi menyiapkan keberangkatan kebumi kelahiran yang selalu
aku rindukan walau perang tak pernah usai di palestina. Anti mohon doanya,
semoga diberi kekuatan untuk menjalankan amanah dengan baik.” Membaca
email darinya membuat airmataku mengalir deras. Ada rasa ketulusan, cinta dan
perjuangan dari tulisannya.
Hampir sepekan ini tidak ada email dari aisyah. Hampir
setiap hari aku mengirim email tetapi tidak ada ssatupun yang mendapat balasan
darinya. Ada dengan dia, apa yang sedang terjadi kepada saudariku, aisyah. Ya
Allah jaga dan lindungi setiap langkahnya, lirih ku panjatkan doa untuknya yang
berjuang dibumi jihad palestina.
Aisyah mengapa tidak
ada kabar sama sekali, kemana kau sekarang, semoga Allah sselalu menjagamu, aamiin.
Hari ini mentari bersinar terik, aku malas keluar
alhamdulilah tidak ada jadwal kuliah jadi bisa santai dirumah. Sambil aku
melihat inbox email yang bertengker manis dilaptop kesayanganku. Banyak sekali
pesan tetapi aku lebih fokus pesan yang dikirim oleh aisyah. Rindu dihati ini
telah sampai pada puncaknya, kenapa kau tidak balas email, apa yang terjadi kau
disana. Tiba-tiba pikiran buruk menghantui otakku.
“Ra, ada surat dari
aisyah.” Teriak ibu dari ruang tamu.
“iya bu, sebentar.”
Hatiku seakan berteriak, alhamdulilah aisyah tidak apa-apa. Tetapi mengapa dia
kirim surat lewat pos. Kulihat amplop berwarna cokelat dan tertulis Raffah,
palestina.
Assalamualaikum
wr.wb ukhty rara
Semoga
ukhti baik-baik saja disana. Alhamdulilah anti disini sehat tak kurang satu
apapun. Aku yakin ukhty khawatir mengapa beberapa hari ini anti tidak ada kabar
sama sekali. Afwan ya, bukan bermaksud begitu disini anti sibuk sekali. Konflik
dijalur gaza ini telah menelan banyak korban, sehingga pasien dirumah sakit
darurat membludak tidak jarang harus dirujuk ke mesir.
Gaza
dulu dan sekarang masih sama, menjadi kota penuh darah. Alhamdulilah kami
rakyat gaza bersyukur telah dilahirkan dibumi para syuhada berguguran.
Anak-anak disini tidak satupun punya rasa takut untuk mati karena kematian
itulah yang mereka cari, syahid yang
darahnya tercium hingga surgaNya.
Anti
kagum dengan orang-orang gaza tidak ada keluhan dan penyelasan walau hidup
mereka penuh penderitaan dan kematian seakan membayangi. Merekalah orang-orang
pilihan penjaga al aqso, subhanallah. Ukhti bukan hanya orang dewasa yang
berjuang disini, anak-anak pun tidak luput berjuangkan tanah kelahirannya
walaupun nyawa taruhannya. Iman dan jiwa jihad begitu kuat terpatri dihati
mereka, menyasikan kematian sanak keluarganya bukan tangisan kesedihan tetapi
airmata bahagia karena mereka telah menjadi syuhada pewaris surga.
Ukhti,
semoga surat ini menjadi penguat iman dan rasa cinta kita kepada islam. Dan
tidak melalaikan kuawajiban kita untuk berjuang menegakkan panji-panji islam
dibumi cintaNya. Mungkin ini surat terakhir anti, karena anti tidak tahu kapan
anti bisa menjadi syuhada dibumi gaza ini.
Salam
cinta dan rindu buat ukhty Zahra.
Yang
penuh dosa, Aisyah Salsabilah.
Aisyah semoga kau disana selalu dalam
perlindunganNya, aamiin. Tidak terasa airmata membasahi pipiku. Kelak akau akan
bisa sepertimu yang terus berjuang untuk tanah kelahirannya dan aku akan
berjuang dinegeri berjuta umat muslim didalam yaitu Indonesia. Terimakasih
aisyah telah banyak mengajarkan aku arti perjuangan, pengorbanan dan cinta.
Surat cintamu, aisyah
telah membuka mata hati ini bahwa perjuangan kita belumlah usai hingga Allah
telah menyabut nyawa kita. Allah kuatkan langkah hamba menuju jalan yang kau ridhoi.
Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar