Rabu, 14 Mei 2014

my first story


AKU, UNYIL DAN TEMAN-TEMANNYA

Hujan begitu deras, petir bersahutan memecah heningnya langit. Tiba-tiba hatiku berdesir halus, mengingat masa kecilku. Masa dimana perkembangan zaman tidak secepat era sekarang ini. Masa dimana kebudayaan lokal masih terjaga utuh, tidak seperti masa sekarang. Teknologi berkembang begitu cepat mulai handphone, laptop hingga tablet, internet merupakan kebutuhan sehari-hari. Mulai dari anak kecil hingga orang tua tidak luput terkena arus modernisasi yang biasa disebut globalisasi. Mulai gaya hidup hingga tayangan televisi yang ditonton, memiliki andil yang besar dalam mempengaruhi kebudayaan lokal kita sebagai warga Indonesia.

Aku bersyukur dan bahagia dimasa kecilku, aku bisa mengenal unyil. Ingatkah dengan lagu ini.. hom..pimpah..alaihum..gabreng… lagu tersebut merupakan pembuka tayangan si unyil. masih teringat jelas dalam ingatanku, aku kecil selalu setia menunggu siUnyil di stasiun TV RCTI, tepatnya hari minggu pukul 11.00 wib, unyil anak betawi asli yang pakai baju khas anak-anak betawi tak lepas dari peci hitamnya pertanda dia seorang muslim. tidak kusangka unyil dan kawan-kawannya berhasil mempengaruhi aku kecil hingga aku hari ini. Unyil mengajarkan aku banyak hal tentang kehidupan, dari pelajaran sopan santun, berbati pada orang tua dan yang paling aku mengerti adalah tentang arti persahabatan.
Unyil, usro, ucrit dan Melanie, mereka anak-anak SD yang benar-benar memiliki impian jelas dalam hidupnya. aku kecil masih ingat betul ketika mereka berkumpul bersama, mereka bertanya tentang cita-cita kedepannya.
“nyil, apa cita-citamu nanti?” Tanya usro pada unyil
“aku ingin jadi pilot, eh… jadi presiden juga hehe,”
Jawab unyil masih ragu dengan cita-citanya
“kalau kamu sro, ingin jadi apa?” Tanya unyil balik pada usro
“aku ingin jadi tentara, kan keren nyil” jawab usro
“aku ingin jadi dokter, pekerjaannya mulia menyembuhkan orang sakit” jelas Melanie tentang cita-citanya.
“kalau ucrit, mau jadi orang kaya” kata ucrit sambil garuk-garuk kepala

Ada-ada saja unyil dan kawan-kawannya. Tetapi dari situ aku memahami arti tentang mimpi dan cita-cita. Walau unyil tidak konsisten dengan cita-citanya, tetapi itulah sebuah mimpi yang kadang bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu dan pemahaman tentang apa yang kita sukai. Aku kecil dulu bermimpi ingin menjadi guru, tetapi waktu kelas 5 SD aku bermimpi menjadi dokter, tapi itulah indahnya mimpi. seharusnya kita sebagai pemuda memiliki mimpi dan tujuan yang jelas. Dulu kita masih kecil, jika ditanya tentang cita-cita kita, pasti dengan cepat kita menyebut profesi ini dan itu, tetapi semakin bertambahnya umur dan beranjak dewasa justru kita mengecilkan mimpi-mimpi kita. Karena kita mengerti untuk mewujudkannya sangat sulit, walau kita mengetahui bahwa sesuatu butuh perjuangan dan kerja keras.

Aku dan unyil, walau dia hanya sebuah boneka. dia mampu mengubah karakter aku. Tetapi aku tahu bukan hanya aku, melainkan banyak anak-anak seusia aku yang sangat mencintai unyil, kadang aku dan teman-temanku pada hari minggu berkumpul untuk menonton siUnyil. Kulihat binar-binar keceriaan dari mata teman-teman kecilku. Kita semua fokus menonton setiap adegan-adegan siUnyil, walau kadang ada celetukan kecil dari mereka. “ pak raden galaknya” , “ih,pak ogah udah gundul pemalas lagi.” Kalau teringat kata-kata teman-teman kecilku,aku selalu tertawa sendiri. anak-anak ingusan saja sudah mengerti mana yang baik dan yang tidak baik. Salut buat kalian semua, teman-teman kecilku semoga kalian tetap memiliki sifat yang seperti kritis dan bijaksana mengambil pelajaran dari apa yang kalian saksikan di luar sana.

Mengenal siUnyil tidak akan lepas dari tokoh yang satu ini. tokoh antagonis yang paling di benci anak-anak yaitu Pak Raden, kakek tua dari jawa dengan kumis tebalnya, memakai baju adat jawa bersifat pemarah, kikir, suka sekali dengan burung. Tetapi ada 2 hal yang paling aku sukai dari pak raden yaitu bisa menggambar dan mendongeng. Dulu aku kecil selalu antusias jika pak raden menggambar, begitu mudah baginya menggambar suatu objek, kadang juga diselingi dengan cerita-cerita yang sangat menarik. Pak raden membuatku menyukai menggambar walaupun pada akhirnya aku tetap tidak bisa menggambar. Salut deh sama pak raden walau sudah tua masih tetap berkarya. seperti tertampar aku, aku yang masih muda belum punya karya apapun. aku malu sekali sedangkan pak raden di usia senja memiliki karya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.

Bercermin dari pak raden semakin membuatku kerdil, pak raden yang sudah di usia senja saja masih tetap berkarya atau lebih aku sebut berinventasi amal. Bukan harta yang beliau berikan, melainkan ilmu dan nilai moral yang beliau ajar untuk kita sebagai generasi penerus bangsa. Unyil, pak raden dan teman-temannya membuat saya semakin sadar akan arti hidup. jika unyil, pak raden dan teman-temannya ditanya kelak di akhirat digunakan untuk apa umurmu di dunia? Mereka semua pasti dengan mudah menjawab, memberi ilmu dan nilai kebaikan kepada sesama, sedangkan aku diusiaku yang masih muda ini belum sama sekali punya karya yang bermanfaat bagi sesama. Masih ingat betul ketika aku bertemu dengan salah satu pemuda, dia dengan lantang berkata “ muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk surga” dengan semboyan begitu apakah dia yakin akan masuk surge. Sedangkan tiket kesurga saja masih kurang yang berupa amal kebajikan dan kebermanfaatan dalam hidup. Ingat sebuah hadist, “sebaik-baik manusia dialah yang paling banyaka manfaatnya” (HR.Muslim).

Persahabatan unyil,usro,ucrit dan Melanie, membuatku semakin kagum akan arti persahabatan (ukhwah). Mereka tetap bersahabat walau dalam latar belakang yang berbeda. Unyil yang cerdas, usro dan ucrit yang polos dan Melanie yang keturunan cina. Perbedaan itu tidak membuat mereka saling menjauh bahkan saling bermusuhan. Sikap mereka mencerminkan semboyan bangsa kita “ BHINNEKA TUNGGAL IKA” walau berbeda-beda suku, ras dan agama tetaplah satu jua.

Aku benar-benar bangga mengenal siUnyil. Unyil dan teman-temannya bukan sekedar boneka tetapi lebih dari itu. Tokoh yang memberikan nilai-nilai kebaikan dan kecintaan terhadap tanah air. Sedih sekali sekarang banyak remaja yang suka membeda-bedakan siapa yang pantas menjadi sahabatnya, mereka memandang sahabat itu harus sederajat, selevel masalah harta dan gaya hidup. Jika ada teman yang levelnya dibawah mereka pastilah teman tersebut di bully habis-habisan. Lihatlah banyak sekali kasus pembullyan yang di lakukan oleh pelajar sekolah dasar sampai dengan para mahasiswa, apa arti semua itu? Karena mereka mulai kehilangan figur seperti unyil, kenapa? Lihatlah tayangan televisi sekarang di era globalisasi ini anak SMA membully temannya karena miskin. Dari situ saja kita akan mengerti apa dampak dari tayangan tersebut pembullyan semakin meningkat.

Unyil dengan peci hitam dan sarung yang diselampangkan, pak raden dengan baju adat jawanya  dan mbok bariah dengan kebayanya mengingatkan aku bahwa mereka bangga dengan baju khas Indonesia. Seharusnya para pemuda belajar dari mereka, yang menghargai identitas bangsanya sendiri. Pemuda sekarang lebih bangga dengan baju ala Korean style, rambut mohak atau rambut polem (poni lembar) ala Justin Bieber bahkan sampai rambut jambul khatulistiwa ala syahrini cetar membahana hehe….. hilangnya rasa cinta kepada bangsa ini membuatku prihatin. apalagi yang terkena demam luar negeri kebanyakan para pemuda generasi penerus bangsa. Jika penerus bangsa sudah tidak lagi memiliki rasa cinta tanah air, maka siapalagi yang akan meneruskan estafet untuk kemajuan bangsa kita ini, Indonesia. Walapun aku mengerti mereka masih memilik rasa cinta tanah air. Saat kulihat para pemuda berunjuk rasa ketika banyak kebudayaan yang asli Indonesia di klaim bangsa lain. Mereka baru sadar bahwa kitalah penerus perjuangan bangsa ini, kalau bukan para pemudanya siapa lagi? Semoga kita sebagai generasi penerus kemajuan bangsa ini semakin cinta akan kebudayaan asli Indonesia.
Bicara siUnyil, aku teringat dengan sosok pak ogah, pria yang kerjaannya tiap hari jaga pos ronda. Selalu minta uang jika ada orang yang lewat pos ronda. Dengan gaya bicaranya “cepek dulu,ah”
Hehe lucu juga, tetapi dibalik sosok pak ogah, aku bisa belajar banyak hal. Jadi orang jangan pernah malas karena kemalasan dekat dengan kemiskinan dan jika sudah mendarah daging bisa-bisa menjadi kebiasaan yang sangat berbahaya. Sifat malas inilah yang sekarang mulai dibudayakan oleh sebagian pemuda di negeri ini. Banyak pemuda ingin kaya secara instant akhirnya mereka mencuri, korupsi hingga jadi preman pasar. Jika para pemuda ingin sesuatu secara instant dengan jalan pintas mau jadi apa negeri ini? Sebagai pemuda seharusnya kita bisa menghargai proses karena dengan berproses, kita bisa belajar untuk dewasa, dewasa dalam bersikap dan berfikir.

Semakin berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Aku semakin galau, aku tidak lagi melihat unyil dan teman-temannya. Mungkin mereka juga sedang tumbuh dan berkembang untuk lebih maju dan belajar untuk meraih cita-citanya.
Suatu hari aku terkejut, karena siUnyil tak lagi seperti dulu, bocah SD yang polos sekarang dia semakin keren dengan laptopnya. Tetapi ada suatu hal yang tak pernah berubah dari dia, yaitu cara berpakaiannya tetap dengan peci dan sarungnya. Unyil sekarang jauh lebih pintar, dia mengerti banyak hal tentang ilmu pengetahuan. Unyil membuktikan bahwa sebagai manusia haruslah menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Unyil, aku bangga padamu walaupun kau telah menjadi orang yang pintar kau tetap sederhana dan tak pernah sombong. Ibarat padi semakin berisi semakin merunduk. Aku semakin iri kepadamu, aku yang tumbuh menjadi dewasa ini  masih belum sepandai kau sedangkan kau mulai dari kecil hingga sekarang selalu menebar manfaat bagi sesama.
Terima kasih unyil kau telah menjadi bagian yang terpisahkan dari setiap langkah hidupku.
Terima kasih telah memberikan inspirasi kepada para anak-anak bahkan para pemuda di negeri ini untuk selalu menghargai dan mencintai kebudayaan bangsanya sendiri.
Aku mengerti pasti kau sangat berat dan harus berjuang keras untuk mempertahankan kebudayaan bangsa ini di era globalisasi yang penuh dengan modernisasi.
Tapi bagiku dan semua rakyat Indonesia kau adalah sosok yang tak akan pernah tergantikan, walau banyak sosok-sosok lain di luar sana.
Terima kasih kau telah menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa ini dan telah mengajarkan kepada kita selalu mencintai kebudayaan local kita sebagai warga Negara Indonesia.



-------0 THE END 0-------


Tentang penulis.

            Yanuari Purnawan (ary awan) lahir di Nongkojajar-Pasuruan, 22 tahun yang lalu. Dia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di SMAN 1 KEJAYAN. Di SMA, dia merupakan siswa yang berprestasi dengan meraih juara umum untuk jurusan IPA.

Aku dan siUnyil merupakan tulisan pertamanya. silahkan kunjungi facebook : yanuari_newton@ymail.com dan blog di yanuari-purnawan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar