AKU,
UNYIL DAN TEMAN-TEMANNYA
Hujan begitu deras, petir bersahutan
memecah heningnya langit. Tiba-tiba hatiku berdesir halus, mengingat masa
kecilku. Masa dimana perkembangan zaman tidak secepat era sekarang ini. Masa
dimana kebudayaan lokal masih terjaga utuh, tidak seperti masa sekarang.
Teknologi berkembang begitu cepat mulai handphone, laptop hingga tablet,
internet merupakan kebutuhan sehari-hari. Mulai dari anak kecil hingga orang
tua tidak luput terkena arus modernisasi yang biasa disebut globalisasi. Mulai
gaya hidup hingga tayangan televisi yang ditonton, memiliki andil yang besar
dalam mempengaruhi kebudayaan lokal kita sebagai warga Indonesia.
Aku bersyukur dan bahagia dimasa
kecilku, aku bisa mengenal unyil. Ingatkah dengan lagu ini.. hom..pimpah..alaihum..gabreng…
lagu tersebut merupakan pembuka tayangan si unyil. masih teringat jelas dalam
ingatanku, aku kecil selalu setia menunggu siUnyil di stasiun TV RCTI, tepatnya
hari minggu pukul 11.00 wib, unyil anak betawi asli yang pakai baju khas anak-anak
betawi tak lepas dari peci hitamnya pertanda dia seorang muslim. tidak kusangka
unyil dan kawan-kawannya berhasil mempengaruhi aku kecil hingga aku hari ini.
Unyil mengajarkan aku banyak hal tentang kehidupan, dari pelajaran sopan
santun, berbati pada orang tua dan yang paling aku mengerti adalah tentang arti
persahabatan.
Unyil,
usro, ucrit dan Melanie, mereka anak-anak SD yang benar-benar memiliki impian
jelas dalam hidupnya. aku kecil masih ingat betul ketika mereka berkumpul
bersama, mereka bertanya tentang cita-cita kedepannya.
“nyil,
apa cita-citamu nanti?” Tanya usro pada unyil
“aku
ingin jadi pilot, eh… jadi presiden juga hehe,”
Jawab
unyil masih ragu dengan cita-citanya
“kalau
kamu sro, ingin jadi apa?” Tanya unyil balik pada usro
“aku
ingin jadi tentara, kan keren nyil” jawab usro
“aku
ingin jadi dokter, pekerjaannya mulia menyembuhkan orang sakit” jelas Melanie
tentang cita-citanya.
“kalau
ucrit, mau jadi orang kaya” kata ucrit sambil garuk-garuk kepala
Ada-ada saja unyil dan kawan-kawannya.
Tetapi dari situ aku memahami arti tentang mimpi dan cita-cita. Walau unyil
tidak konsisten dengan cita-citanya, tetapi itulah sebuah mimpi yang kadang
bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu dan pemahaman tentang apa yang
kita sukai. Aku kecil dulu bermimpi ingin menjadi guru, tetapi waktu kelas 5 SD
aku bermimpi menjadi dokter, tapi itulah indahnya mimpi. seharusnya kita
sebagai pemuda memiliki mimpi dan tujuan yang jelas. Dulu kita masih kecil,
jika ditanya tentang cita-cita kita, pasti dengan cepat kita menyebut profesi
ini dan itu, tetapi semakin bertambahnya umur dan beranjak dewasa justru kita
mengecilkan mimpi-mimpi kita. Karena kita mengerti untuk mewujudkannya sangat
sulit, walau kita mengetahui bahwa sesuatu butuh perjuangan dan kerja keras.
Aku dan unyil, walau dia hanya sebuah
boneka. dia mampu mengubah karakter aku. Tetapi aku tahu bukan hanya aku,
melainkan banyak anak-anak seusia aku yang sangat mencintai unyil, kadang aku
dan teman-temanku pada hari minggu berkumpul untuk menonton siUnyil. Kulihat
binar-binar keceriaan dari mata teman-teman kecilku. Kita semua fokus menonton
setiap adegan-adegan siUnyil, walau kadang ada celetukan kecil dari mereka. “
pak raden galaknya” , “ih,pak ogah udah gundul pemalas lagi.” Kalau teringat
kata-kata teman-teman kecilku,aku selalu tertawa sendiri. anak-anak ingusan
saja sudah mengerti mana yang baik dan yang tidak baik. Salut buat kalian
semua, teman-teman kecilku semoga kalian tetap memiliki sifat yang seperti
kritis dan bijaksana mengambil pelajaran dari apa yang kalian saksikan di luar
sana.
Mengenal siUnyil tidak akan lepas dari
tokoh yang satu ini. tokoh antagonis yang paling di benci anak-anak yaitu Pak
Raden, kakek tua dari jawa dengan kumis tebalnya, memakai baju adat jawa
bersifat pemarah, kikir, suka sekali dengan burung. Tetapi ada 2 hal yang
paling aku sukai dari pak raden yaitu bisa menggambar dan mendongeng. Dulu aku
kecil selalu antusias jika pak raden menggambar, begitu mudah baginya
menggambar suatu objek, kadang juga diselingi dengan cerita-cerita yang sangat
menarik. Pak raden membuatku menyukai menggambar walaupun pada akhirnya aku
tetap tidak bisa menggambar. Salut deh sama pak raden walau sudah tua masih
tetap berkarya. seperti tertampar aku, aku yang masih muda belum punya karya apapun.
aku malu sekali sedangkan pak raden di usia senja memiliki karya yang sangat
berharga bagi bangsa Indonesia.
Bercermin dari pak raden semakin
membuatku kerdil, pak raden yang sudah di usia senja saja masih tetap berkarya
atau lebih aku sebut berinventasi amal. Bukan harta yang beliau berikan,
melainkan ilmu dan nilai moral yang beliau ajar untuk kita sebagai generasi
penerus bangsa. Unyil, pak raden dan teman-temannya membuat saya semakin sadar
akan arti hidup. jika unyil, pak raden dan teman-temannya ditanya kelak di
akhirat digunakan untuk apa umurmu di dunia? Mereka semua pasti dengan mudah
menjawab, memberi ilmu dan nilai kebaikan kepada sesama, sedangkan aku diusiaku
yang masih muda ini belum sama sekali punya karya yang bermanfaat bagi sesama.
Masih ingat betul ketika aku bertemu dengan salah satu pemuda, dia dengan
lantang berkata “ muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk surga” dengan
semboyan begitu apakah dia yakin akan masuk surge. Sedangkan tiket kesurga saja
masih kurang yang berupa amal kebajikan dan kebermanfaatan dalam hidup. Ingat
sebuah hadist, “sebaik-baik manusia dialah yang paling banyaka manfaatnya”
(HR.Muslim).
Persahabatan unyil,usro,ucrit dan
Melanie, membuatku semakin kagum akan arti persahabatan (ukhwah). Mereka tetap bersahabat
walau dalam latar belakang yang berbeda. Unyil yang cerdas, usro dan ucrit yang
polos dan Melanie yang keturunan cina. Perbedaan itu tidak membuat mereka
saling menjauh bahkan saling bermusuhan. Sikap mereka mencerminkan semboyan
bangsa kita “ BHINNEKA TUNGGAL IKA” walau berbeda-beda suku, ras dan agama
tetaplah satu jua.
Aku benar-benar bangga mengenal siUnyil.
Unyil dan teman-temannya bukan sekedar boneka tetapi lebih dari itu. Tokoh yang
memberikan nilai-nilai kebaikan dan kecintaan terhadap tanah air. Sedih sekali
sekarang banyak remaja yang suka membeda-bedakan siapa yang pantas menjadi
sahabatnya, mereka memandang sahabat itu harus sederajat, selevel masalah harta
dan gaya hidup. Jika ada teman yang levelnya dibawah mereka pastilah teman tersebut
di bully habis-habisan. Lihatlah banyak sekali kasus pembullyan yang di lakukan
oleh pelajar sekolah dasar sampai dengan para mahasiswa, apa arti semua itu?
Karena mereka mulai kehilangan figur seperti unyil, kenapa? Lihatlah tayangan
televisi sekarang di era globalisasi ini anak SMA membully temannya karena
miskin. Dari situ saja kita akan mengerti apa dampak dari tayangan tersebut
pembullyan semakin meningkat.
Unyil dengan peci hitam dan sarung yang
diselampangkan, pak raden dengan baju adat jawanya dan mbok bariah dengan kebayanya mengingatkan
aku bahwa mereka bangga dengan baju khas Indonesia. Seharusnya para pemuda
belajar dari mereka, yang menghargai identitas bangsanya sendiri. Pemuda
sekarang lebih bangga dengan baju ala Korean style, rambut mohak atau rambut
polem (poni lembar) ala Justin Bieber bahkan sampai rambut jambul khatulistiwa
ala syahrini cetar membahana hehe….. hilangnya rasa cinta kepada bangsa ini
membuatku prihatin. apalagi yang terkena demam luar negeri kebanyakan para
pemuda generasi penerus bangsa. Jika penerus bangsa sudah tidak lagi memiliki
rasa cinta tanah air, maka siapalagi yang akan meneruskan estafet untuk
kemajuan bangsa kita ini, Indonesia. Walapun aku mengerti mereka masih memilik
rasa cinta tanah air. Saat kulihat para pemuda berunjuk rasa ketika banyak
kebudayaan yang asli Indonesia di klaim bangsa lain. Mereka baru sadar bahwa
kitalah penerus perjuangan bangsa ini, kalau bukan para pemudanya siapa lagi?
Semoga kita sebagai generasi penerus kemajuan bangsa ini semakin cinta akan
kebudayaan asli Indonesia.
Bicara siUnyil, aku teringat dengan
sosok pak ogah, pria yang kerjaannya tiap hari jaga pos ronda. Selalu minta
uang jika ada orang yang lewat pos ronda. Dengan gaya bicaranya “cepek dulu,ah”
Hehe
lucu juga, tetapi dibalik sosok pak ogah, aku bisa belajar banyak hal. Jadi
orang jangan pernah malas karena kemalasan dekat dengan kemiskinan dan jika
sudah mendarah daging bisa-bisa menjadi kebiasaan yang sangat berbahaya. Sifat
malas inilah yang sekarang mulai dibudayakan oleh sebagian pemuda di negeri
ini. Banyak pemuda ingin kaya secara instant akhirnya mereka mencuri, korupsi
hingga jadi preman pasar. Jika para pemuda ingin sesuatu secara instant dengan
jalan pintas mau jadi apa negeri ini? Sebagai pemuda seharusnya kita bisa
menghargai proses karena dengan berproses, kita bisa belajar untuk dewasa, dewasa
dalam bersikap dan berfikir.
Semakin berjalannya waktu dan
bertambahnya usia. Aku semakin galau, aku tidak lagi melihat unyil dan
teman-temannya. Mungkin mereka juga sedang tumbuh dan berkembang untuk lebih
maju dan belajar untuk meraih cita-citanya.
Suatu
hari aku terkejut, karena siUnyil tak lagi seperti dulu, bocah SD yang polos
sekarang dia semakin keren dengan laptopnya. Tetapi ada suatu hal yang tak
pernah berubah dari dia, yaitu cara berpakaiannya tetap dengan peci dan
sarungnya. Unyil sekarang jauh lebih pintar, dia mengerti banyak hal tentang
ilmu pengetahuan. Unyil membuktikan bahwa sebagai manusia haruslah menuntut
ilmu setinggi-tingginya.
Unyil, aku bangga padamu walaupun kau
telah menjadi orang yang pintar kau tetap sederhana dan tak pernah sombong.
Ibarat padi semakin berisi semakin merunduk. Aku semakin iri kepadamu, aku yang
tumbuh menjadi dewasa ini masih belum
sepandai kau sedangkan kau mulai dari kecil hingga sekarang selalu menebar
manfaat bagi sesama.
Terima
kasih unyil kau telah menjadi bagian yang terpisahkan dari setiap langkah
hidupku.
Terima
kasih telah memberikan inspirasi kepada para anak-anak bahkan para pemuda di
negeri ini untuk selalu menghargai dan mencintai kebudayaan bangsanya sendiri.
Aku
mengerti pasti kau sangat berat dan harus berjuang keras untuk mempertahankan
kebudayaan bangsa ini di era globalisasi yang penuh dengan modernisasi.
Tapi
bagiku dan semua rakyat Indonesia kau adalah sosok yang tak akan pernah
tergantikan, walau banyak sosok-sosok lain di luar sana.
Terima
kasih kau telah menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa ini dan telah
mengajarkan kepada kita selalu mencintai kebudayaan local kita sebagai warga
Negara Indonesia.
-------0 THE END
0-------
Tentang
penulis.
Yanuari Purnawan (ary awan) lahir di
Nongkojajar-Pasuruan, 22 tahun yang lalu. Dia menyelesaikan pendidikan
terakhirnya di SMAN 1 KEJAYAN. Di SMA, dia merupakan siswa yang berprestasi dengan
meraih juara umum untuk jurusan IPA.
Aku
dan siUnyil merupakan tulisan pertamanya. silahkan kunjungi facebook : yanuari_newton@ymail.com dan blog di
yanuari-purnawan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar