Senin, 27 Oktober 2014

Penulis ya Menulis

Penulis ya Menulis
Oleh : Yanuari Purnawan
Kata-kata kita menjelma boneka lilin
saat kita mati untuk memperjuangkannya
kala itulah ruh kan merambahnya
dan kalimat-kalimat itupun hidup selamanya
-Sayyid Quthb-
            Siapa sih penulis itu? Ya, orang yang menulis. Jadi jika ingin menjadi penulis, maka suka tidak suka dan terpaksa harus menulis. Tidak ada ampun untuk tidak menulis, bagi dia yang benar-benar ingin mendedikasikan diri di dunia literasi.
            Sekarang pertanyaanya, apakah hanya sekedar menulis lalu bisa disebut penulis. Ternyata, tak sesederhana itu banyak hal yang harus disiapkan. Ibarat pena harus di tajamkan agar tidak tumpul hingga indah saat menggoreskan kata dalam setiap tulisan. Lalu apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi penulis, terutama bagi penulis pemula.
Yuk … kita simak beberapa hal yang perlu disiapkan untuk menjadi penulis.
1.      Niat
Sekarang apa niat kalian menjadi penulis. Ingin terkenal, punya uang banyak atau bermanfaat bagi sesama. Terserah! Karena itu menyangkut hati nurani masing-masing individu. Tetapi, alangkah indahnya jika setiap goresan pena kita bisa member manfaat bagi sesama. Ibarat lebah yang selalu memberi manfaat. Jangan sampai tulisan kita seperti air susu yang jatuh ke tanah, walau bagus tetapi tak ada guna.
2.      Membaca
Sebuah motivasi indah dari penulis tuna netra Ramaditya Adikara, yang menulis buku “Mata Kedua” yaitu “Jika ingin menjadi penulis, harus sering membaca.” Jujur waktu dapat kalimat motivasi tersebut saya bingung, apa hubungannya menulis dengan membaca. Tetapi setelah ditelaa, ternyata dengan membaca bisa menambah referensi kita dalam menulis, sehingga tidak monoton. Jadi selain menulis, luangkan waktu untuk membaca.
3.      Berani
“Lho, kok harus berani sih. Memang mau perang.” Memang perang saja yang harus berani, jadi penulis juga harus berani. Berani di sini beda dengan yang mau ikut perang, karena ini perangnya masalah dunia literasi. Kadang rasa minder, takut dan tidak percaya diri menghantui penulis, terutama penulis pemula. Tetapi jika, tidak punya mental pemberani, maka saran saya berhenti saja jadi penulis. Karena dunia literasi itu kejam. Kok kejam sih! Memang iya, jika kita menulis hanya ala kadarnya, jangan harap di baca, di toleh saja orang akan ogah. Kadang yang lebih ekstrim, tulisan kita di baling sampah atau cakar ayam. Jika tidak ada mental kuat dan berani, mungkin tulisan kita hanya bertengker di buku harian saja.
4.      Coba
Kalau sudah berani, tak ada alasan lagi untuk mencoba. Salah satunya ikut event-event, kan banyak event kepenulisan secara online, misalnya saja di http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html
5.   Pantang menyerah
Terus coba lagi, jangan menyerah. Jika gagal, evalusi dan belajar lagi. Saya sendiri tak luput dari kegagalan demi kegagalan. Ikut event online di sini gagal, coba lagi ke event selanjutnya. Terus berkarya, jangan berhenti walau kegagalan kerap menghampiri.

Sekarang tunggu apalagi, yuk mulai menulis. Jangan takut, apalagi minder. Terus pertajam pena untuk menjadi penulis yang bermanfaat bagi sesama. Dengan membaca kita mengenal dunia, dengan menulis kita di kenal dunia. Salam literasi^^.

Rabu, 08 Oktober 2014

Sarang Laba-Laba

Merasa diri ini tertampar, ternyata banyak tugas lain hingga melalaikan lapak blog. Aku seperti tidak tahu diri. Ingat tidak, berjam-jam menghabiskan waktu dan uang cuma buat blog ini, bolak-balik ke rumah teman dan kadang tanpa malu juga pinjam laptop tetangga. Tetapi dimana semua, blog yang aku buat dengan perjuangan seperti mati suri dan ibarat rumah telah banyak sarang laba-labanya.

Semua bermula dari 'Aku ingin Menjadi Penulis' entah mengapa kalimat itu mudah terlontar dari mulut. Tidak ada persiapan sama sekali, pokoknya menulis saja. Aku mulai tertarik dengan blog. Dengan adanya blog, hobi menulisku akan sedikit terbantu. Perjalanan tiga kilometer menuju warnet bukan masalah bagiku. Senang dan optimis mimpiku akan tercapai. Jika ingin menjadi penulis, ya menulislah. Begitu kata para senior dalam bidang litersi memberi motivasi.

Tanpa punya laptop, aku sudah berani mengikuti banyaak event dan menulis di blog ini. Tidak lupa dengan berat hati aku juga harus menyusahkan tetanggaku hanya sekedar pinjam laptop untuk menuliskan naskah yang telah kutulis. Perjuangan dan pengorbanan selalu menumbuhkan hasil, usaha yang kau beri itulah usaha yang akan kau dapat. Lelah, letih dan gagal sudah menjadi warna dalam hariku. Aku tidak menyesal memilih jalan ini, aku gagal dan aku bangkit lagi. Aku senang akan semua ini.

Seiring waktu berjalan, dengan segenap tenaga dan doa, akhirnya tabunganku cukup untuk membeli laptop. Aku bahagia, mimpi menjadi penulis akan segera terwujud. Tidak disangka justru ini awal dari semua. Semangatku kandas, aku lebih bersuka ria dengan FB dan twitter hingga lupa apa tujuan awal aku membeli laptop. Aku lupa dengan blog yang selama ini menemani hariku, aku lupa event-event yang ingin aku ikuti. Punya laptop bukan menambah semangat dalam menulis, melainkan rasa malas yang terus mendera dalam hidup. Aku masih ingin menulis dan mimpi menjadi penulis harus aku wujudkan.

Mana janjiku dulu, aku punya laptop, aku menulis sebanyaknya di blog. Tetapi hari ini, merasa tertampar. Blogku tidak ubahnya rumah yang banyak sarang laba-labanya. Bisa-bisa blogku menjadi angker karena tidak pernah ada postingan baru. Cerbungku masih berhenti, aku ibarat menggantungkan harapan sahabat yang setia membacanya. Walau tulisan atau cerpen masih terbilang sampah ini. Aku harus berubah, sesibuk apapun, blog ini harus terisi dengan postingan baru yang bermanfaat.

Bye ... bye sarang laba-laba, aku bersihkan sedikit demi sedikit hingga apa yang aku janjikan bisa terwujud.
Ya Allah ... Berkahilah setiap langkah hamba dalam kebaikan dan kebermanfaatan.
Aamiin