Selasa, 17 Februari 2015

Peri Kecil Bernama Sahabat

Telah Terbit
Buku dari even Inspirasi Remaja Masa Kini
Tema: Peri Kecil Bernama Sahabat

Judul Buku: Peri Kecil Bernama Sahabat
Penerbit: Pena Indis
Desain: Naifa Publishing
Editing: Naifa Publishing
Harga Umum: 33.500 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 30.000 (Belum Ongkir)

PRE ORDER: 17 Februari s/d 1 Maret 2015

CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan

Ke No. Hp; 081231786240 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau ke Inbox fb Naifa Publisher

Bagi Kontributor yang membeli 2 eks akan mendapatkan sertifikat cetak free

Peri Kecil Bernama Sahabat

“Kamu tidak akan kuliah, Lit?”
Kepala Alita yang kecil menggeleng, bibirnya tersenyum. “Tidak, aku akan menikah.”

“Hah! Nikah? Nikah sama siapa? Kamu gak pernah pacaran, Lit?” teriakan Reni yang keras membuatku menoleh.

“Ren, apakah pernikahan itu wajib pacaran dulu? Jika aku pacaran dan menikah cepat, nanti orang mikir aku ‘kecelakaan’, hamil duluan.” Seperti biasanya, Alita menjelaskan dengan tenang.

Tubuh Alita mungil dan putih, selalu bergerak lincah tapi hatinya begitu halus, ringan tangan menolong orang lain. Dalam bayanganku, Alita seperti peri, makhluk cantik kecil bersayap yang memiliki kekuatan gaib, sakti sehingga sering membantu manusia dalam cerita rakyat dan dongeng. Di antara sahabat-sahabatku, dia yang jiwa sosialnya paling tinggi. Jika ada kegiatan menolong orang yang kurang beruntung di keluarganya dan di sekolah, dia selalu yang paling depan, bergerak kesana-kemari dengan tubuh kecilnya.

“Bukan seperti itu. Biasanya kita selalu saling terbuka, tidak ada rahasia. Kenapa sekarang tiba-tiba berbalik arah? Dulu kita punya banyak mimpi untuk menjadi ini-itu setelah beres kuliah. Sekarang kita baru merencanakan kuliah saja, kamu sudah mundur dan memutuskan menikah.” Suara keras Reni membuatku tersadar dari lamunan.

Kontributor:
Satria Adzkiya, Indri Hapsari, Avando Nesto, Novita Sari, Rulyaimah, Salma Saabila, Qona’ah Noviati, Mila Jamilah, Chaerun Nabila Firdaussy, Rere Zivago, Ade Assyifa, Raihanatun Nisa, Desi Permata Sari, Kusriedel, Tifa, Arum Safitri, Fita Setiayawan, Clara Robert, Raisa Pramata Z.R, dan Araxie.




Telah Terbit
Buku dari even Inspirasi Remaja Masa Kini
Tema: Peri Kecil Bernama Sahabat

Judul Buku: Pucuk Rindu dari Tanah Nabi
Penerbit: Pena Indis
Desain: Naifa Publishing
Editing: Naifa Publishing
Harga Umum: 33.500 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 30.000 (Belum Ongkir)

PRE ORDER: 17 Februari s/d 1 Maret 2015

CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan

Ke No. Hp; 081231786240 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau ke Inbox fb Naifa Publisher

Bagi Kontributor yang membeli 2 eks akan mendapatkan sertifikat cetak free

Pucuk Rindu dari Tanah Nabi
Pada sebuah pagi aku menggantungkan cerita tentangmu. Bercerita pada dingin yang mulai menggigit tulang daan kulitku. Berteman dengan dedaunan dan embun pagi, mulai kutuliskan cerita tentangmu.

###

Sepuluh tahun lalu, aku dengar kau mendaftar menjadi seorang relawan di tanah seberang. Tanah penuh bahaya yang sedang malang melintang beritanya. Berulang kali aku menegurmu untuk berfikir ulang tentang niat itu. Menjadi relawan, meski hanya tinggal di posko dan mengurus korban kalah perang bukanlah hal yang baik, pun bukan hal yang buruk menurutku. Hal baik karena tak ada yang salah ketika berniat menolong sesama. Merupakan hal buruk, menurutku karena orang tua sebagai tumpuan hidupmu tak merestui niatmu.

“Ayolah Re, difikir lagi niat itu. Bukan hal buruk untuk membantu sesama, tapi itu terlalu bahaya untuk seorang wanita Re,” kembali aku membujuknya agar ia berfikir lagi dan lagi, tapi ...

###

Menjadi relawan memang pekerjaan mulia, tapi persiapan mental dan restu orang terdekat, terutama orang tua adalah hal yang perlu diperhatikan.

Sepenggal kisah di atas sedikit memberikan gambaran tentang solidaritas, pengorbanan dan itikad baik. Bagaimana kelanjutannya? Akankah si Re yang notabene seorang wanita mendapat restu dari orang tuanya? Layari samudera kisahnya di dalam buku ini.

Beberapa kisah lainnya pun termuat dalam buku ini. Tentu tidak kalah serunya dengan sepenggal kisah di atas.

Kontributor:
Yanuari Purnawan, Titis Kurniawati, Iin Lina, Zulan Az, Febriyanti, Kireina Rein, Ratna Ning, Aiyi Yuji, Setya Darma, Fika AJ, Hidayah Nuril Phasa, Harayuki Aulia, Tania Erika, Jayanti Ayu Lestari, Yusriah Ulfa Winita, Tika Yuliana, Muhda, Michaelmas, Raikha Binta Fauzan, Dianis Rofiq, dan Ardilo Indragita bin Aidir.


Telah Terbit
Buku dari even Inspirasi Remaja Masa Kini
Tema: Peri Kecil Bernama Sahabat
Judul Buku: Sahabat Terbaikku
Penerbit: Pena Indis
Desain: Naifa Publishing
Editing: Naifa Publishing
Harga Umum: 38.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 34.200 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 17 Februari s/d 1 Maret 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 081231786240 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau ke Inbox fb Naifa Publisher
Bagi Kontributor yang membeli 2 eks akan mendapatkan sertifikat cetak free
Sahabat Terbaikku
Jika bukan karena kalian yang mendukung dan memberi support aku untuk tetap bertahan, mungkin aku sudah melupakan hobiku yang satu ini.
Ya, aku memang sempat berhenti menulis ketika menginjak kelas tiga Mts. Kesibukan dengan les tambahan dan persiapan ujian membuatku hengkang sebentar. Namun, ternyata berujung hingga aku lulus sekolah.
Aku sudah jarang menulis lagi. Sekarang aku sibuk berkutat dengan materi. Belajar dan belajar, karena aku ingin mendapat prestasi.
Hingga kalian, sahabat terbaikku yang mengetuk lagi gundukan rindu akan aksara yang telah mati, terkubur dalam sepi.
“Na, kenapa tak menulis lagi?” tanya Umi suatau hari. dia sahababatku sejak berada di Madrasah Tsanawiyah. Yang selalu setia membaca karyaku sejak aku menulis.
“Tak ada waktu, Mam—panggilan khusus untuk dia. Tugas sekolah banyak, di rumah juga banyak hafalan untuk pengajian malam,” aku berkata apa adanya.
“Tapi sayang banget tulisan kamu bagus lho, siapa tahu kapan-kapan bisa masuk di majalah yang sering kamu beli,” ucapnya pajang lebar.
###
Kontributor:
Kazuhana El Ratna Mida, Ummi Sakdiah, Amie Salim, Isma Aniatsari, Osella, Edo Chandra, Derry Rakasi, Ameera Zea, Asta Nikita, EL Malka, Lila Sulis, Destiya, Nine Nindya, Reina Rena, Anggraeni Windi G, Evi Patmawati, Dzakiyah Al-Fatih, Usup Setiawan, Asri Hanifah Putri, Pradika Putri, Anis Marzela, Najmia Adis, dan Ummu Nafisah.

Ketika Alam Berbicara

Telah Terbit
Buku dari even Inspirasi Remaja Masa Kini
Tema: Ketika Alam Berbicara
Judul Buku: Ketika Dedaunan Membisikkan Cinta
Penerbit: Pena Indis
Desain: Naifa Publishing
Editing: Naifa Publishing
Harga Umum: 34.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 31.000 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 17 Februari s/d 1 Maret 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 081231786240 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau ke Inbox fb Naifa Publisher
Bagi Kontributor yang membeli 2 eks akan mendapatkan sertifikat cetak free
Ketika Dedaunan Membisikkan Cinta
Musim kemarau yang panjang. Pohon-pohon bertumbangan karena kekurangan air. Terdengar suara mesin di seberang sungai. Seseorang kembali membutakan dirinya, berlomba dengan terik membunuh kesejukan yang mulai menghilang. Tetapi bukan kisah membosankan yang ditorehkan para pelaku illegal logging yang akan saya ceritakan kepada kalian. Mereka tidak membutuhkan cinta karena pikiran mereka didominasi keserakahan. Ini adalah kisah maha dahsyat yang tak terukur oleh pikiran mereka. Kisah yang hanya ada di atas reranting yang mendambakan kasih sayang manusia seperti kita.
Hari ini adalah hari yang terkesima. Orang itu berjalan membungkuk, pelan, dan nyaris tidak mampu mendengar kicauan burung yang mendendangkan lagu cinta di pucuk-pucuk pepohonan yang menjulang. Aku berjalan di belakangnya meneriakkan keceriaan, karena hari ini adalah hari yang paling dinantikannya. Hari perjanjian kami yang mewujud secara tiba-tiba. Alangkah senangnya hatiku. Tetapi aku sebenarnya memiliki maksud tersembunyi. Aku mengiyakan ajakannya karena aku membutuhkan sesuatu darinya. Ada udang di balik batu. Aku tidak ikhlas menemaninya menikmati sungai yang masih mengalir. Itulah jurusku menaklukkan para gadis.
Kami bercanda sepanjang perjalanan di atas jalan setapak yang berkelok-kelok mendaki.
###
Penasaran kan dengan kelanjutannya. Semua terangkum dalam buku ini. Beberapa kisah lainnya pun disuguhkan untuk pembaca. Selami kisahnya dan petik hikmah luar biasa dari setiap kejadian yang digambarkan dalam buku ini.
Kontributor:
Osella, Nikmah Soleha, Aufa Vicka, Jeritan Ciliwung, Michaelmas, Diana Putri Maharani, Yhulis, Ririn Choirun Nissa, EL Malka, Riky Ramadhani, Ameera Zea, Resiluna Kamara, Hesti Kusumastuty, Afri Azzahra, Lila Sulis. Yuyun Ragil, Arsha, Ummi Sakdiah, Roland Chandra Nooh, Totie, dan Farida Salsabila.

Telah Terbit
Buku dari even Inspirasi Remaja Masa Kini
Tema: Ketika Alam Berbicara
Judul Buku: Naungan Senja Tanpa Alas Kaki
Penerbit: Pena Indis
Desain: Naifa Publishing
Editing: Naifa Publishing
Harga Umum: 33.500 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 30.000 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 17 Februari s/d 1 Maret 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 081231786240 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau ke Inbox fb Naifa Publisher
Bagi Kontributor yang membeli 2 eks akan mendapatkan sertifikat cetak free
Naungan Senja Tanpa Alas Kaki
Satu per satu makhluk dibinasakan tanpa sisa. Dengan kunfayakuun-Nya semua berserak rata tanpa bekas. Harta benda yang dikumpulkan bertahun-tahun musnah seketika. Tidak ada lagi dia yang kaya atau miskin, semua menyatu penuh harap di tenda pengungsian. Dengan sisa tenaga, mereka berzikir dan bertasbih menyebut asma Allah.
Memuhasabah diri, atas keserakahan selama ini.
Aku masih tertegun dengan apa yang terjadi beberapa menit lalu. Suara gemuruh lalu disusul letusan dengan muntahan lahar dan krikil panas yang siap menerkam. Hujan abu pun membuat mata pedih. Letusan susulan itu walau tak sebesar yang pertama cukup membuat kami para relawan panik.
Ini kali pertama aku terjun langsung menjadi relawan. Biasanya lebih memilih duduk manis melihat berita di televisi. Tapi, kali ini Allah telah menggilir tanah kelahiranku. Tanah subur di lereng gunung Bromo, tepatnya desa Tosari. Gunung yang anggun dan setia berasap tersebut, tiba-tiba murka. Bukan lagi asap belerang, tetapi muntahan lahar, krikil dan debu panas. Kami harus mengungsi ke jarak radius 20km dari pusat gunung Bromo.
###
Sepenggal kisah seorang relawan bencana, perlu mental yang kuat dan ketahanan fisik yang memadai untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Pengalaman apa dan bagaimana nasib penduduk di sekitar lereng gunung Bromo?
Sudah terjawab tuntas dalam buku ini. Dan jangan lupa temukan juga kisah-kisah lain yang tak kala seru, tentunya kisah-kisah tersebut menyimpan segudang hikmah buat sahabat pembaca.
Kazuhana El Ratna Mida, Cinta Okta Edverliano, Tiana Yuthi Musadad, Febriyanti, April Hamaro, Anis Unifah, Mufidz At-Thoriq S, Laudria Nanda Prameswati, Jayanti Ayu Lestari, Arha Zahwa, Rosi Ochiemuh, L Fitriyah, Reski Ramadhany, Ratna Ning, Puput Andalusi, Fitri De Coresa, Alvitariani K.K, Faris Hazim, dan Asta Nikita.

Remaja, Cinta dan Pergaulan

Telah Terbit
Buku dari even Inspirasi Remaja Masa KiniTema: Remaja, antara pergaulan dan cinta


Judul Buku: Hadirmu Buatku Bahagia
Penerbit: Pena Indis
Desain: Naifa Publishing
Editing: Naifa Publishing
Harga Umum: 35.500 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 32.000 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 17 Februari s/d 1 Maret 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 081231786240 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau ke Inbox fb Naifa Publisher
Bagi Kontributor yang membeli 2 eks akan mendapatkan sertifikat cetak free
Sinopsis:
Sosok anggun itu kutemui lagi di trotoar kampus siang tadi. Masih dengan aura yang sama, namun pesonanya semakin membuatku terpana. Wajah natural dengan kerudung yang ia labuhkan memadamkan bisikan jahat yang acapkali menggema, tatkala kulihat wanita pada umumnya. Dua tahun lebih aku menyamar layaknya seorang intelijen yang tengah memata-matai seseorang yang kupuja. Dan lagi-lagi, hasil pengamatanku tetap tak mengubah rasa yang kian hari kian menegaskan bahwa memang dialah orangnya.
Entah mengapa tiba-tiba gelisah menyergap jiwa. Pancaran teduh yang belum kuketahui dari mana asalnya itu membuat detak jantungku berdegup tak menentu. Seakan dosa-dosa lampau turut menyerang melawan kekaguman saat pandanganku tertuju padanya untuk pertama kali. Lisanku bertasbih berulang kali.
Namanya Hanifah, dengan pribadi yang sehanif namanya. Dia telah berhasil membuatku tergugah, seakan ada yang menggerakkan batinku untuk memperbaiki diri yang seringkali membisik kata, bahwa aku tak pantas untuknya. Sebab, pribadi menawan hanya layak disandingkan dengan yang rupawan. Sedangkan aku?
***
Kontributor:
Hafizhah Hanifiah, Osella, Anggi Putri, Fe, Tiana YM, Arum Safitri, Melly Lestari, Khoirus Sholihatinnur, Anis Unifah, Resiluna Kamara, Di Ayu, Afri Azzahra, Santi Rasiani, Haya Nada, Hidayah Nurila Phasa, Avinni, Rosi Ochiemuh, Ala Zora, Jayanti AL, Ratna Ning, Muhda, Nophee, Nikmah Soleha, Yuka Chan, dan Muhamad Nukha Murtadlo.

Telah Terbit
Buku dari even Inspirasi Remaja Masa Kini
Tema: Remaja, antara pergaulan dan cinta
Judul Buku: Kala Virus Merah Jambu Membelenggu
Penerbit: Pena Indis
Desain: Naifa Publishing
Editing: Naifa Publishing
Harga Umum: 36.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 32.500 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 17 Februari s/d 1 Maret 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 081231786240 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau ke Inbox fb Naifa Publisher
Bagi Kontributor yang membeli 2 eks akan mendapatkan sertifikat cetak free
Sinopsis:
“Lho di ponsel Mas Hisyam kok banyak foto Mbak Rahma sih? Hayooo, Mas Hisyam diem-diem suka motoin Mbak Rahma ya?” seru Ustazah Dina dengan suara tertahan.
Aku tersentak. Teguran Ustazah Dina barusan memang ditujukan kepada Mas Hisyam, kakak kelasku, namun aku merasa bukan seniorku itu yang pantas mendapat teguran guru pembimbing olimpiade matematika kami. Bukan Mas Hisyam, tapi aku.
“Bukan saya, Ustazah. Ustazah lihat sendiri ‘kan? Selama karantina ini, siapa coba yang paling sering pinjem ponsel saya buat mainan? Faiz tuh, Ustazah,” tangkis lelaki yang setahun lebih tua dariku itu membela diri.
Uups! Mas Hisyam menyebut namaku. Aku yang duduk tak jauh darinya makin tertunduk. Malu. Kian kutenggelamkan diriku dalam beraneka rumus matematika yang kuotak-atik tanpa konsentrasi. Di depanku memang bertebaran rumus dan soal latihan matematika, tetapi anganku malah berkelana ke mana-mana. Sesekali muncul wajah manis Rahma, teman sekelasku yang kini tengah mereka perbincangkan. Silih berganti dengan raut penuh tanya Ustazah Dina yang menuntut penjelasanku.
***
Kontributor:
Lenni Ika Wahyudiasti, Yanuari Purnawan, Nurindah Andari, Fitri De Coresa, Iras Deska, Listiawati, Reffi Dhinar, Tanya Fransisca, Saladine, Rere Zivago, Iin SN, Devi Ismail, Adhe Riansyah, Diniyah Hidayati, Ardilo Indragitabin Aidir, Alzena Humaira, Amad Saebani, Ummu Nafisah, Anis Maryani, Ika Pratiwi, Anri, Topaz Lio, Rulyaimah, Muharif (ARS), dan Suhratul Aini.

Telah Terbit
Buku dari even Inspirasi Remaja Masa Kini
Tema: Remaja, antara pergaulan dan cinta

Judul Buku: Lebih Baik Merayu Tuhan
Penerbit: Pena Indis
Desain: Naifa Publishing
Editing: Naifa Publishing
Harga Umum: 37.500 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 33.750 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 17 Februari s/d 1 Maret 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 081231786240 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau ke Inbox fb Naifa Publisher
Bagi Kontributor yang membeli 2 eks akan mendapatkan sertifikat cetak free
Sinopsis:
Siang ini hampir seluruh penduduk kota Malang bersorak bahagia, karena mendung berhasil mengalahkan matahari. Hitam pekatnya langit pun menjadi saksi turunnya hujan di Desember tahun ini.
“Alhamdulillah, akhirnya hujan turun juga,” kata Zaid penuh rasa syukur, sambil mencari tempat berteduh.
“Iya Id, hujan adalah salah satu nikmat yang paling agung. Airlah yang menjadi sumber kehidupan manusia. Tapi coba deh kamu perhatikan bapak yang jualan es degan di seberang masjid. Dia merasa kesal karena dagangannya tidak laku.”
“Hahaha! Aduh, Pak Pak, air hujan itu adalah air yang turun dari langit yang memiliki banyak keberkahan. Percaya deh banyak mengandung kebaikan. Insya Allah nanti dapat rejeki yang lebih banyak lagi,” ucap Zaid.
“Eh kenapa jadi aku yang kamu ceramahin? Sono ceramahin bapak penjual es degannya!” ujar Pram sambil melotot ke arah Zaid.
Di tengah hujan deras itu Zaid dan Pram terkejut sesaat, melihat sekelompok muda mudi berseragam putih abu-abu sedang asyik bersenda gurau.
“Astaghfirullahaladzim anak zaman sekarang udah hilang rasa malunya,” kata Zaid sambil menggelengkan kepala.
###
Kontributor:
Kazuhana El Ratna Mida, Ameera Zea, Riky Ramadhani, Ife Ayubi, Susi Susanti, Riyanti binti Rochmad, El Malka, Yuyun Ragil, Lila Sulis, Wisnu Pratama Iryanto, Asta Nikita, Riana Helmi, Risa Pramita Z.R, Indah Ina, Listy Rainwall, Farida Salsabila, Sri Indahwati, MagentaBlue, Diana Ariesta, Mila Jamilah, Asri Hanifah Putri, Araxie, Melody, Dewi Murni, Santi Wahyufi Diningsih, dan Fitrotin Nikma.

Minggu, 01 Februari 2015

Pejantan Tanggung

Pejantan Tanggung
Oleh : Yanuari Purnawan



Aku masih mondar-mandir di kamar. Ada perasaan takut dan tak percaya diri di dalam hati. tetapi, darah muda menyuruhku untuk melakukannya. Ternyata, virus tersebut telah menyebar ke setiap sendi pikiranku. Siapapun dia yang terinfeksi, pasti merasa dunia berwarna merah jambu. Entahlah. Terpenting sekarang aku harus segera bertindak. Sebelum semua terlambat dan menyesal.

Hallo, Cindy ya?” sapaku dari seberang telepon.
“Siapa ya?” jawabnya agak keras. Membuat jantung berdegup kencang dan lidah terasa keluh.
“Ini aku … Doni anak kelas sepuluh dua,” jelasku sedikit gugup.
“Oh … Doni! Yang homo itu ya?”
“Maksudnya?”
“Iya, kamu yang suka berduaan dengan teman cowokmu itu ‘kan?”
“Aldi, maksudmu?”
“Oh! Jadi, Aldi toh cowok kamu.”
“Apa?” Tiba-tiba telepon dimatikan secara sepihak.

Tuhan, begitu parahkah status jombloku kini. Hingga para cewek bilang aku homo. Benar juga, mereka beranggapan begitu. Sejak menginjakkan kaki di SMA Harapan Bangsa, memang tak ada satupun cewek yang dekat denganku. Hanya satu yang mau dekat denganku, Aldi. Dialah sahabat sejatiku yang sama-sama joris alias jomblo kronis. Pantas, tidak ada cewek yang mau berpacaran denganku. Mungkin mereka kira aku homo dan pacaran dengan Aldi.

Malang sekali nasib ini, malam minggu di rumah. Entah, sampai kapan kutukan jomblo akan melekat dalam diriku. Hanya waktu yang akan menjawabnya. Kunikmati malam minggu kali ini dengan bersantai ria di pinggiran kolam renang. Pikiranku melayang menikmati setiap desir angin. Andai saja ada bidadari turun dari langit malam ini.

“Woi …!?” Teriakkan tersebut memecah segala lamunanku. Dengan sedikit terkejut, kucari dari mana asal suara itu. Dan mata menangkap sesosok pria yang begitu aku kenal.
“Papa!” ucapku sambil salah tingkah. Ternyata papa sejak tadi mengamatiku yang sedang melamun di pinggiran kolam renang.
“Ada apa? kok anak papa melamun,” selidiknya penasaran. Terlihat dari bola matanya yang teduh tersebut sedang mencari penjelasan.
“Tidak ada apa-apa kok, Pa!” sanggahku sedikit gugup.
“Sudahlah! Tak perlu bohongin papa. Gini-gini papa juga pernah muda,” terang papa sambil menatap wajahku. Ah! Papa selalu saja mengerti kalau anaknya sedang bohong.
“Tapi … papa janji tidak akan tertawa atau berbicara sama orang lain,” pintaku. Papa hanya mengangguk menyetujui syarat dariku.
“Gini, Pa. Doni ‘kan sekarang sudah SMA dan beranjak dewasa. Tetapi, sampai saat ini masih saja jomblo alias tidak punya pacar. Aku ‘kan malu sama teman-teman seusiaku yang sudah punya pacar. Dan parahnya lagi, aku dibilang homo oleh mereka,” terangku jujur.

Suasana mendadak hening. Papa hanya diam sambil menatapku tajam. Aku sudah siap jika papa akan marah. Tetapi, di luar pikiranku. Ternyata, papa malah tertawa puas mendengar keterangan tersebut.
“Ingkar janji nih, Papa! Katanya tidak akan tertawa,” ucapku sebal.
“Maaf! Tetapi kamu lucu sekali. Memang kalau jomblo, kamu hidup sengsara dan akan mati. Dasar pejantan tanggung.”
“Pejantan tanggung, maksudnya?” Aku tak mengerti dengan perkataan papa yang menyebutku pejantan tanggung tersebut. Kulihat papa berusaha menenangkan dirinya untuk bicara serius.
“Mengapa papa panggil kamu, pejantan tanggung? Karena, seusia kamu seharusnya bukan mikirin masalah pacaran. Namun, semestinya lebih memikirkan tentang prestasi dan masa depan.”
“Aku ‘kan masih muda, Pa! Dan zaman sudah berubah, kini jika masih jomblo nanti dikira homo atau tidak laku. Doni ‘kan malu dengan status jomblo tersebut,” potongku.

Sebelum menjawab sanggahanku, papa mencoba mengatur nafas. Wajah yang mulai keriput termakan usia, tetapi tetap berwibawa. Jujur, aku selalu kagum dengan cara pandang papa yang begitu bijak dalam mendidik anak-anaknya.
“Usia seperti kamu memang masa mencari jati diri. Makanya, tadi papa bilang kamu pejantan tanggung. Belum matang dalam berpikir dan masih labil. Suka sama lawan jenis itu wajar. Apalagi di era sekarang pergaulan yang begitu bebas. Tetapi, sekarang papa tanya sama Doni. Sudah siapkah berkomitmen serius dengan seorang perempuan?” Aku hanya mampu menggelengkan kepala menjawab pertanyaan papa tersebut. Orientasi pikiranku sedikit terbuka mengenai status jomblo kini.
“Jadi, tak perlu risau lagi dengan status jomblo. Jomblo bukan musibah atau aib. Tunjukkan kalau kamu bisa menjadi jomblo yang bermartabat. Dengan berprestasi meraih cita-cita.”
“Tapi, aku juga perlu kasih sayang dari lawan jenis.”
“Masih kurang kasih sayang dari orangtua, saudara dan sahabat. Jangan berpikiran sempit sebagai remaja. Daripada perbanyak mantan pacar, mending saat ini perbanyak teman. Papa yakin kalau sudah waktunya, Doni akan paham nasihat tersebut.”

Perkataan papa seolah menjadi obat penenang hati yang risau dan galau. Jomblo bukan akhir, tetapi ladang untuk berprestasi selagi muda. Aku sekarang lebih mantap untuk melangkah sebagai jomblo.

“Pa! katanya papa sayang sama Doni. Nanti uang sakunya ditambah ya,” teriakku tatkala papa sedang beranjak meninggalkanku. Papa langsung menoleh dan memandangku lalu berteriak.
“Dasar pejantan tanggung!”


Selesai