Minggu, 24 Agustus 2014

Ada Cinta Dikota Santri #part 2



Dimana ini, Kulihat disamping kiri, ibu sedang menangis dengan raut wajahnya penuh kecemasan.
“ Ibu, ada apa? Apa yang terjadi?” Tanyaku.
“ Alhamdulilah, kamu sudah sadar. Tadi kamu pingsan lama sekali.” Jawab ibu sambil menyeka airmatanya. Tiba-tiba, lirih kudengar  suara perempuan sedang melantunkan ayat suci Al-qur’an. Hampir saja aku menoleh, jika tidak ditegur oleh ibu.
“ Dialah istrimu, nak.” Aku tidak mampu berkata lagi, kapan aku menikah. Kenal dengan calon istriku saja belum pernah. Aneh. Aku menoleh kesamping kanan, kulihat tangan yang berjari lentik, kupandang saja pelan keatas, dia memakai jilbab biru dan kulihat wajahnya. Keringat dingin mengucur dan tenggorokanku kering, wajah yang bersinar itu adalah….

“ Alhamdulilah dimas, akhirnya kamu sadar juga.” Suara itu seperti suara andi, kepala terasa sakit dan kucoba membuka mata,, seketika wajah andi ada didepanku.
“ Kamu tenang dulu, aku panggilkan dokter.” Andi bergegas memanggilkan dokter. Setelah beberapa pemerikasaan, dokter meninggalkan kami. Dia berpesan aku harus banyak istirahat dan jangan stress karena terjadi gagar ringan pada kepala akibat pukulan.
Andi menceritakan kronologi mengapa aku bisa berbaring dirumah sakit. Yang aku ingat hanya tragedi pencopetan itu. Alhamdulilah aku masih diberi hidup untuk tetap menabung amal kebajikan dimuka bumi ini. Andaikata maut datang, apakah aku sudah siap atau sudah cukupkah amal kebaikan ini untuk mendapatkan surga-Nya. Tidak, maut datang kapan dan dimanapun, dia tidak akan menunggu kita siap. Yang paling penting bukan mautnya tetapi bagaimana kita memanfaatkan sisa umur ini dalam kebaikan yang akan kita gunakan sebagai tabungan amal kebajikan dikhirat-Nya kelak.

Dalam lamunan, terdengar salam dari luar kamar tempat aku dirawat. Sepertinya aku mengenal suara pria tersebut.
“ Assalamualaikum.”
“ Waalaikumsalam.” Ternyata benar, aku mengenal pria ini.
“ Subhanallah..ustad ilham.” Aku sempat tidak percaya kalau yang datang adalah salah satu pengasuh dipesantren salafiyah.
“ Kamu, tidak apa-apa. Aku dengar kamu dipukulin massa karena dikira copet.” Tanya ustad ilham.
“ Alhamdulilah ana baik-baik saja.” Jawabku sambil tersenyum malu. Mengapa ustad ilham tahu apa yang sedang terjadi kepadaku.
Spontan ustad ilham berkata,
“ Alhamdulilah kalau begitu. Saya tahu kalau kamu dirawat dirumah sakit karena diberitahu sepupu istri.” Memang kulihat ustad ilham tidak sendirian. Ada dua perempuan berjilbab dibelakangnya. Entah siapa mereka, aku tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas karena mereka menunduk. Dalam hati aku penasaran, siapa mereka.

Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar