Dimana
ini, Kulihat disamping kiri, ibu sedang menangis dengan raut wajahnya penuh
kecemasan.
“
Ibu, ada apa? Apa yang terjadi?” Tanyaku.
“
Alhamdulilah, kamu sudah sadar. Tadi kamu pingsan lama sekali.” Jawab ibu
sambil menyeka airmatanya. Tiba-tiba, lirih kudengar suara perempuan sedang melantunkan ayat suci
Al-qur’an. Hampir saja aku menoleh, jika tidak ditegur oleh ibu.
“
Dialah istrimu, nak.” Aku tidak mampu berkata lagi, kapan aku menikah. Kenal dengan
calon istriku saja belum pernah. Aneh. Aku menoleh kesamping kanan, kulihat
tangan yang berjari lentik, kupandang saja pelan keatas, dia memakai jilbab
biru dan kulihat wajahnya. Keringat dingin mengucur dan tenggorokanku kering,
wajah yang bersinar itu adalah….
“
Alhamdulilah dimas, akhirnya kamu sadar juga.” Suara itu seperti suara andi,
kepala terasa sakit dan kucoba membuka mata,, seketika wajah andi ada
didepanku.
“
Kamu tenang dulu, aku panggilkan dokter.” Andi bergegas memanggilkan dokter. Setelah
beberapa pemerikasaan, dokter meninggalkan kami. Dia berpesan aku harus banyak
istirahat dan jangan stress karena terjadi gagar ringan pada kepala akibat
pukulan.
Andi
menceritakan kronologi mengapa aku bisa berbaring dirumah sakit. Yang aku ingat
hanya tragedi pencopetan itu. Alhamdulilah aku masih diberi hidup untuk tetap
menabung amal kebajikan dimuka bumi ini. Andaikata maut datang, apakah aku
sudah siap atau sudah cukupkah amal kebaikan ini untuk mendapatkan surga-Nya. Tidak,
maut datang kapan dan dimanapun, dia tidak akan menunggu kita siap. Yang paling
penting bukan mautnya tetapi bagaimana kita memanfaatkan sisa umur ini dalam
kebaikan yang akan kita gunakan sebagai tabungan amal kebajikan dikhirat-Nya
kelak.
Dalam
lamunan, terdengar salam dari luar kamar tempat aku dirawat. Sepertinya aku
mengenal suara pria tersebut.
“
Assalamualaikum.”
“
Waalaikumsalam.” Ternyata benar, aku mengenal pria ini.
“
Subhanallah..ustad ilham.” Aku sempat tidak percaya kalau yang datang adalah
salah satu pengasuh dipesantren salafiyah.
“
Kamu, tidak apa-apa. Aku dengar kamu dipukulin massa karena dikira copet.” Tanya
ustad ilham.
“
Alhamdulilah ana baik-baik saja.” Jawabku sambil tersenyum malu. Mengapa ustad
ilham tahu apa yang sedang terjadi kepadaku.
Spontan
ustad ilham berkata,
“
Alhamdulilah kalau begitu. Saya tahu kalau kamu dirawat dirumah sakit karena
diberitahu sepupu istri.” Memang kulihat ustad ilham tidak sendirian. Ada dua
perempuan berjilbab dibelakangnya. Entah siapa mereka, aku tidak bisa melihat
wajah mereka dengan jelas karena mereka menunduk. Dalam hati aku penasaran,
siapa mereka.
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar