Sabtu, 27 Juni 2015

[Review] Jomblo Ahli Fatwa

Bicara masalah jomblo, mungkin tak akan pernah habis untuk dibahas. Ayo ... siapa nih yang masih jomblo? Tuh, jangan saling tunjuk. Lha, diri sendiri juga masih jomblo. Sudah deh sesama jomblo dilarang saling menggoda.^^

Dari pada saling tuduh-menuduh, mending baca buku kumpulan kisah hikmah para jomblo karya Joko Ade Nursyono ini. Buku ini berisi kisah tiga orang jomblo yang mencari makna kehidupan yang kaya akan nilai moral dan sedikit berbau politik. Dengan setting perdesaan membuat pembaca akan merasakan kearifan lokal yang begitu berbeda. Jika begitu banyak novel mengambil setting luar negeri. Mas Joko dengan kesederhanaannya membuat sesuatu yang beda dan manis.

Walaupun buku ini adalah fiksi, pembaca akan dibuat seolah merasakan sendiri bagaimana para pemuda ndeso berjuang mencari jati diri. Kejombloan diusia yang relatif sudah waktunya menikah menjadi topik yang lucu dan menggemaskan.

Terlepas dari kelucuan dan karakteristik penulis, buku ini masih perlu untuk pengembangan karakter lebih dalam agar lebih hidup lagi.

Jujur, buku ini sangat layak untuk para jomblo atau saudara serta sahabat yang masih sendiri. Dan berjuang memantaskan diri untuk menjemput jodoh pilihannya. Jadi, tunggu apalagi segera miliki buku "Jomblo Ahli Fatwa" yang kece ini.

Sinopsis

Man iku utawi sopo wong, Nusia iku kang dilale’ake sopo man.” Gurem memaknai dua kata itu sambil mata tertutup.
“Jadi, Man itu siapa orang, Nusia yang dijadikan lupa siapa orang. Jelas! Orang itu sudah sedari awal dijadikan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai mahluk yang pelupa. Coba sampeyan amati, kemarin kan ada pemilihan kepala desa. Langsung di sana-sini janji-janji bertebaran, sampai aku ndak bisa tidur.”
Lho … kenapa, Rem?” tanya Peking penasaran.
“Pagi-pagi aku diberi uang gratis, tapi yo … aku terima wong gratis.” Gurem menjawab sambil terkekeh.
Sek toh, ini letak lupanya neng ndi?” Demung bertanya sambil angkat jari.
Gurem dengan lantang melanjutkan kalimat-kalimat penjelasannya. Ia menyatakan bahwa ia merasa lupa, karena saat mendapatkan uang, ia ndak ingat Allah Azza wa Jalla. Yang lebih menyedihkan lagi adalah meskipun ia diberi uang gratis oleh salah satu yang diyakini sebagai kandidat kepala desa, eh malah ndak ia pilih orangnya.

Manusia, Man dan Nusia


Sekelumit kisah tentang trio jomblo ndeso dalam memaknai kehidupan. Dan masih banyak lagi kisah hikmah berbalut kekonyolan antara Gurem, Peking serta Demung. Semua tersaji lengkap dalam buku yang penuh nilai ispiratif ini.


Selasa, 23 Juni 2015

Merayu Tuhan

Merayu Tuhan

Gesekan senar biola terdengar merdu
Mengalun hingga pusara kalbu
Bagai nyanyian kelabu
Memekik memecah syahdu

Merayu Tuhan dalam malam
Bercinta dalam setiap kelam
Hingga jari-Nya menari dalam temaram
Untuk durjana semesta alam

Tuhan mencumbui
Mendekap perlahan: Mati
Mata terpejam pasti
Hingga duri menusuk hati
Bagai dawai tak bersuara: Sepi


Nongkojajar, 240615

Rabu, 17 Juni 2015

Jejaka Tomboy

Jejaka Tomboy
Oleh : Yanuari Purnawan


Seharusnya masa SMA adalah masa-masa yang paling indah dan sulit terlupakan. Tidak bagiku, masa SMA yang tak terlupa adalah masa piluh dan galau. Bukan karena banyak PR atau sering remedial. Namun, lebih dari itu. Status! Ya, status jadi jomblo sejati tersemat indah dalam sanubari dan predikat itu pun masih kusandang hingga kini. Tuhan, adakah secuil cinta untuk hamba-Mu ini. Atau selamanya jodohku ada di tangan-Mu.

“Wih … rajin amat lo, dari tadi serius ngerjain tugas!” celaku pada Hasan, teman sebangku yang tengah asyik mencoret-coret kertas. Mimik wajahnya menyiratkan konsentrasi penuh. Bahkan lebih serius dari Dedy Colbouzer saat sulap.

“Gitu dong rajin!” lanjutku sambil menepuk pundaknya. Hasan yang bertubuh gembul, pendek dan berkulit gelap itu hanya tersenyum. Terlihat susunan giginya yang tak beraturan.

“Emang aku lo yang rajin dan punya otak encer,” sanggahnya sambil tetap fokus menulis, tulisannya masih sama. Kayak ceker ayam terkelindas Busway.

“Tapi lo kok serius banget nulisnya. Emang nulis apaan?” Aku masih penasaran dengan teman setiaku alias cuma dia teman akrabku di SMA ini.

Lo tahu nggak? Saatnya kita mendobrak masa depan,” jelasnya berbinar sambil memegang kerah seragam putih yang mulai pudar warnanya tersebut.

“Bahasa lo dalam banget! Emang begitu penting coretan tersebut?” raguku dengan sedikit bergurau.

Hasan pun memandangku lekat lalu beralih mengamati sekitar kelas yang sepi. Karena, memang masih jam istirahat. Seperti ada suatu rahasia yang ingin dia sampaikan. Aku pun mulai curiga dan gelisah. Jangan-jangan! Hasan ingin berbuat yang tidak baik.

“San … aku masih normal. Jadi, jangan macam-macam!” jelasku sedikit gugup.

“Enak saja! Emang aku cowok apaan. Aku ingin mengatakan suatu rahasia kepada lo. Tapi, lo janji nggak akan beberkan rahasia ini,” terangnya sambil menegaskan apa yang sedang dia lakukan tadi. Aku pun hanya mengangguk, menyetujui syarat tersebut.

“Sebenarnya … aku sedang menulis surat cinta!” Hampir saja tawaku meledak, jika tidak segera dibungkam oleh Hasan.

“Emangnya lo kesambet setan mana? Hari gini masih zaman surat-suratan. Ini sudah zamannya sms-an, San. Aduh! Apakah status jomblo lo benar-benar merusak otak lo yang tinggal secuil itu?” ledekku sambil menahan tawa.

Lo silahkan tertawain aku. Tapi, lihat saja hasilnya nanti! Menurut majalah yang pernah aku baca, inilah cara ampuh untuk menggaet hati seorang cewek. Kalau sms, sudah basi. Dan lewat surat cinta, cewek akan merasa tersanjung dan spesial,” papar Hasan semangat. Sepertinya majalah yang dia baca, berhasil meracuni otaknya. Namun, aku yang jomblo akut pun harus mengakui argumennya benar juga.

***
Bel pulang sekolah pun terdengar nyaring. Bukan membuat siswa-siswi jengkel, namun membuat wajah yang semula kayak mie direbus kelamaan. Menjelma merekah bagai bunga mawar yang mekar. Aku pun bersiap pulang, tapi Hasan segera mencegah. Dia memegang pergelangan tanganku. Romantis! Seperti dalam drama korea. Tapi, segera kutepis. Geli. Apalagi jika dilihat teman-teman.

“Ada apa sih, San? Emang lo nggak mau pulang?” tanyaku kesal. Hasan pun menampilkan wajah unyunya. Namun, bukannya unyu malah seperti preman yang tobat dan menjadi cowok setengah matang. Lekong deh!

“Aku ada misi rahasia. Dan lo harus bantu!”

“Maksud lo?” selidikku curiga. Hasan pun mengeluarkan amplop berwarna putih. Seperti, amplop untuk surat izin tidak masuk sekolah gara-gara ke rumah nenek.

“Ini surat cinta yang kutulis dari lubuk hati terdalam. Dan, kupersembahkan untuk yayang Silvi,” terangnya menggebu sambil memandang amplop putih tersebut. Hasan memang sedang tergila-gila pada gadis yang beda kelas dengan kita, bernama Silvi. Gadis berparas cantik, tinggi, putih dan merupakan anak dancer sekolah.

“Terus, apa hubungannya dengan aku?”

“Kamu yang jadi kurir cintaku,” ucapnya berapi-api. Apa aku tidak salah dengar? Kurir cinta! Benar-benar kesambet setan jeruk purut nih orang.

Setelah perdebatan yang cukup panjang, lebih panas dari sidang paripurna. Akhirnya, aku pun menyerah. Melihat wajah Hasan yang begitu memperihatinkan. Rasa iba dan jijik menjadi satu. Semoga saja teman satuku ini, bisa mengubah statusnya. Tidak lagi jomblo kramat. Apa salahnya aku membantu menjadi kurir cintanya. Walaupun terkesan kampungan dan alay banget.

“Aku takut, San!” Tanganku mendadak dingin saat dia memberikan amplop putih tersebut.

“Sudahlah …  aku bantu lo, awasin orang lewat nanti,” jelasnya menenangkanku.
Dengan menghela nafas panjang, aku pun siap beraksi. Namun, tiba-tiba Hasan berteriak.

“Hei … aku ke toilet dulu!” Hasan pun berlari menuju toilet sekolah. Tubuhku panas dingin. Kelas Silvi berada di pojok dari kelasku. Karena, keadaan sepi, segera aku menuju bangku Silvi. Dalam hati, aku masih ragu. Apakah ini bangku Silvi? Namun, dengan keyakinan penuh dan sering melihatnya duduk di sini. Pasti, benar! Semoga saja berhasil.

***
Braaagh!

Pukulan kasar tepat di atas meja kami. Aku dan Hasan, terdiam dan tak bergeming. Wajah tampan dan tubuh atletis di depan kami, menyiratkan emosi tingkat dewa.
“Ari … apa-apaan ini?” tanya Indra sang ketua basket sekolah dengan wajah geram. Aku pun mendadak gagap. Pikiran melayang. Mengapa amplop putih milik Hasan itu bisa ada di tangan Indra?

“A … a … aku.”

Lo gila apa? Aku tuh cowok normal. Mana mungkin aku suka sama cowok? Dan perlu lo ingat, aku tidak suka cara lo kirim surat kayak gini. Kampungan!” potong Indra dengan emosi lalu pergi dari kelas kami. Wajahku pucat. Jika perlu, aku ingin segera berlari dan teriak, “AKU INGIN OPERASI PLASTIK, MAK!”  Seisi kelas tertawa terbahak-bahak dan kutenggelamkan wajah di atas meja. Hasan yang duduk di sampingku pun, melakukan hal yang sama denganku.

Selidik punya selidik, mengapa Indra menuduhku yang kirim surat tersebut? Dewi, teman satu kelasnya melihatku menaruh amplop itu ke bangku Indra. Pantas saja, tuduhan itu tepat mengarah kepadaku. Hasan pun berkali-kali meminta maaf. Alhasil, aku pun luluh dan memaafkannya. Dan aku menyuruhnya berjanji, tidak akan ada surat-surat cinta lagi. Dengan senyum pahitnya, Hasan mau berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan konyolnya.

Semenjak peristiwa memalukan tersebut, predikat sebagai jejaka tomboy masih melekat kepadaku dan Hasan. Predikat jomblo hingga kami lulus SMA. Namun, banyak hikmah yang aku petik dari kejadian tersebut. Bahwa, percayalah jodoh sudah ada yang mengatur. Serahkan urusan tersebut kepada-Nya. Sebagai, muslim seharusnya kita memakai cara yang halal. Misal ta’aruf. Dan status jomblo itu bukan aib, tapi hanya status trend saja. Jadi, jangan takut jadi jomblo. Tunjukan kalau kalian jomblo yang berprestasi dan punya prinsip. Mungkin, surat cinta bisa salah alamat, tetapi ingatlah jodoh tak akan pernah salah dan tertukar.[]


Selesai 

Senin, 08 Juni 2015

MOS



Masa yang paling indah itu adalah masa-masa di sekolah. Dan kisah-kasih paling romantis itu adalah kisah-kasih di drama korea. Yaiyalah, mana ada kali romatisan di indonesia, paling-paling serigala jatuh cinta sama anak SMA. Apanya yang keren? Aneh iya, emang tuh anak SMA demen sama hewan. Mungkin perlu ke dokter hewan, kalau kemungkinan dia terkena sindrom hartikulturamaningtikus.

Ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di tanah lapang hati gembira dan senang. Bukan. Tapi, dunia SMA. Akhirnya, aku bisa keluar dari anak ingusan yang berseragam biru-putih dengan kuncir 12. Sebagai, gadis yang masih ranum dan fresh. Ini kesempatan emas bagiku untuk menggaet cowok keren kalau bisa senior. Bayangan indah, ketabrak kakak senior berkacamata tinggi lalu buku jatuh pas ngambil buku tak sengaja tangan kita bersentuhan dan pas mendongakkan kepala, ternyata dia adalah cowok bermuka abstrak. Ah! Otak ini mulai nggak karuan.

Segala pernak-pernik MOS (Masa Orientasi Siswa) pun sudah rapi dan siap untuk melawan penjajahan. Aku pun menyiapkan strategi jitu agar tidak di bully habis-habisan oleh Osis. Salah satunya, pura-pura pingsan dan jatuh di pelukkan kakak osis ganteng.

"Pak, SMA 2!" teriakku ke sopir angkot. Walaupun agak kurang kece, masak hari pertama masuk SMA harus naik angkot. Tapi, gimana lagi kita kan sedang berada dalam labil ekonomi dan konspirasi kemakmuran yang tak adil dan beradab.

Kulihat semua murid baru heboh dengan aksesoris MOS yang memang diharuskan saat daftar ulang kemarin. Kita pun sebelum memulai acara MOS dikumpulkan di lapangan. Masak sudah jam 8 pagi masih harus apel. Apakah para osis tidak mengerti atau membaca koran perkiraan cuaca wilayah jawa timur khususnya Surabaya. Apa mereka sedang menguji daya tahan tubuh kita terhadap sengatan matahari. Atau muungkin mereka menginginkan kita seperti ikan asin.

Acara apel MOS pun selesai. Namun, tidak selesai dengan penderitaan kita. Kita diharuskan kumpul sesuai nama gugus. Kebutulan nama gugus itu Toraja. Aku pun berkumpul dengan para gugus dengan antribut serba ungu tersebut.

"Kamu?" teriak kakak berwajah sangar dengan mata tajam memanggil namaku.
"Saya, Kak!" jawabku gugup sambil mempertegas kalau kakak berjilbab putih itu memanggil diriku.

"Iya, siapa lagi bolot!" Dengan langkah yang berat, aku berjalan ke arah Kak Adel nama pembina gugus Toraja itu.

"Siapa nama kamu?" bentaknya lagi.

"Mutia, Kak!" ucapku gelagapan sambil menunjukan papan nama yang terbuat dari carton tersebut.

"Apa arti nama kamu?"

Aku pun semakin merinding dan gemetaran. Mutia! Apa ya arti namaku. Kenapa dari dulu, aku tidak pernah nanya arti namaku kepada ayah atau ibu. Dengan otak yang tinggal secuil, aku pun menjawab dengan lantang.

"IMUT DAN SETIA!"

Damn! Semua orang yang mendengar ucapakanku tadi langsung tertawa terbahak-bahak. Mungkin mereka kira aku macan yang berhasil melewati lingkaran api.

Namun, ternayata kenyataan tak sesuai khayalan. Tak ada tabrakan dengan cowok keren ataupun pingsan dan di bopong kakak senior yang ganteng. Semua itu fitnah. Yang ada hanya penyiksaan tiada henti. Mungkin, lebih tepatnya pembangunan mental. Karena, di SMA ini sangat jauh berbeda dengan sekolah lainnya. Yang koordinir murid cewek itu adalah kakak osis cewek dan begitu sebaliknya. Jadi, tak ada namanya caper sama kakak osis ganteng.

Dan lebih parah lagi, aku yang merupakan siswi dodol. Setiap hari, kita diwajibkan untuk setoran hafalan surat pendek minimal 5 surah. Alamak! Aku pun harus belajar mengaji lagi. Sungguh, inilah MOS paling beda yang pernah terjadi. Tidak ada perploncoan ataupun kekerasan fisik, yang ada ibu selalu bilang kepadaku.

"Duh ... anak ibu sekarang rajin ngaji! Alhamdulillah ibu sekolahkan kamu di SMA tersebut."

Ibu saja yang belum mengerti, ini bagiku penyiksaan terindah. Namun, terima kasih buat kakak osis yang mau sabar menungguku selesai hafalan surah pendeknya serta membuat ibuku bangga kepadaku untuk pertama kalinya.[]

_Based true story from my friend_





Jumat, 05 Juni 2015

Jomblo Ahli Fatwa

Telah terbit Buku Kumpulan Kisah Hikmah.
Judul Buku : Jomblo Ahli Fatwa
Penulis : Joko Ade Nursiyono
Penerbit : Pena Indis
Distributor : New Indie Press
ISBN : 978-602-0897-09-7
Tebal : 190 Halaman
Ukuran : 14 X 20 cm kertas bookpaper
Harga : Rp. 67.500,-
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 085649947840 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau Inbox ke fb New Indie Press. Bisa lewat penulis Joko Ade

Sinopsis
“Man iku utawi sopo wong, Nusia iku kang dilale’ake sopo man.” Gurem memaknai dua kata itu sambil mata tertutup.
“Jadi, Man itu siapa orang, Nusia yang dijadikan lupa siapa orang. Jelas! Orang itu sudah sedari awal dijadikan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai mahluk yang pelupa. Coba sampeyan amati, kemarin kan ada pemilihan kepala desa. Langsung di sana-sini janji-janji bertebaran, sampai aku ndak bisa tidur.”
“Lho … kenapa, Rem?” tanya Peking penasaran.
“Pagi-pagi aku diberi uang gratis, tapi yo … aku terima wong gratis.” Gurem menjawab sambil terkekeh.
“Sek toh, ini letak lupanya neng ndi?” Demung bertanya sambil angkat jari.
Gurem dengan lantang melanjutkan kalimat-kalimat penjelasannya. Ia menyatakan bahwa ia merasa lupa, karena saat mendapatkan uang, ia ndak ingat Allah Azza wa Jalla. Yang lebih menyedihkan lagi adalah meskipun ia diberi uang gratis oleh salah satu yang diyakini sebagai kandidat kepala desa, eh malah ndak ia pilih orangnya.
Manusia, Man dan Nusia
Sekelumit kisah tentang trio jomblo ndeso dalam memaknai kehidupan. Dan masih banyak lagi kisah hikmah berbalut kekonyolan antara Gurem, Peking serta Demung. Semua tersaji lengkap dalam buku yang penuh nilai ispiratif ini.

Selasa, 02 Juni 2015

Ketika Cinta, Benci dan Prinsip Mewarnai Dunia Remaja




Judul Buku: Bait-Bait Kata
Penerbit: Pena Indis
Distributor: New Indie Press
ISBN: 978-602-0897-06-6
Desain: Fandy Said
Editing: Yanuari Purnawan
Harga Umum: 39.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 35.500 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 1 Juni s/d 10 Juni 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 085649947840 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau Inbox ke fb New Indie Press
Sinopsis:
“Sarah, ya?”
Aku tercenang. Bukankah ia adalah kakak perempuan yang satu tempat mengaji denganku?
Terlepas dari keterkejutanku. Pun aku berniat membuka suara. “Kak─”
“Panggil Ari saja. Ternyata kita seumuran.” Ia memotong ucapanku seraya tersenyum.
“Kebetulan aku belum ada teman. Kita sebangku saja, ya.” Lalu ia menuntun langkahku pada sebuah bangku di deretan ketiga dari meja guru. Dalam hati aku begitu merona senang. Ya Allah syukurlah, tanpa perlu bersusah payah aku langsung menemukan teman....
***
“Kamu itu sebenarnya bisa ngomong gak sih? Aku bosan tahu duduk sama patung seperti kamu!”
Aku terhenyak bungkam. Ia mengebrak meja cukup keras dan memekakan telinga. Beberapa teman mungkin melihatnya, namun semua seolah bergeming tanpa suara. Ya Allah kenapa semua menjadi seperti ini....
Kesabaran Berbuah Kebaikan_Ginny Nadia
***
Apa yang sebenarnya terjadi antara Sarah dan Ari? Mengapa Ari yang semula ramah, mendadak menjadi kasar? Bagaimana kelanjutan persahabatan mereka?
Penasaran! Tenang saja, semua terangkum indah dalam buku ini, bersama kumpulan cerpen inspiratif lainnya.[]
Kontributor:
Sarah Nadia, Khanis Selasih, Nenny Makmun, Zahraa Senja, Safiatul Fitri, Muhammad EL Malka, Nidhom VE, Nor Aniyah, Prihastiwi Dwi Wulandari, Qibti ‘Inayatul Arfi, Muhammad Syukur, Aziza Zuhroh Sya’bandiyah, Fajriani Fitri, Latifa Fitriani, dan Rismaulina Sitanggang.

Judul Buku: Kini Kutemukan Jalanku
Penerbit: Pena Indis
Distributor: New Indie Press
ISBN: 978-602-0897-07-3
Desain: Fandy Said
Editing: Yanuari Purnawan
Harga Umum: 39.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 35.500 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 1 Juni s/d 10 Juni 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 085649947840 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau Inbox ke fb New Indie Press
Sinopsis:
Tak lama suara azan mengalun dan menggema melalui pengeras suara masjid, memanggil seluruh muslim dan muslimah untuk menghentikan sejenak aktivitasnya dan menghadiri panggilan-Nya. Ketika azan selesai dikumandangkan, kulihat masjid mulai bertambah penghuni yang bersiap untuk melaksanakan shalat Ashar.
Satu per satu para jama’ah sudah memenuhi ruang masjid, aku yang sedang berhalangan pun merasakan pelataran kembali terlihat sepi. Iqamat belum dikumandangkan, mungkin mereka masih menunggu yang lain untuk ikut shalat berjama’ah. Kualihkan perhatianku pada handphone milik Kifti yang sedari tadi kugenggam. Pada wallpaper handphonenya terpampang wajah cantik Kifti. Ternyata narsis juga sahabatku yang satu itu. Baru saja aku menekan beberapadigit nomor telepon ibuku, sebuah notifikasi SMS masuk dan tanpa sengaja aku menyentuh notifikasi tersebut. Sebuah aplikasi SMS terbuka dan memperlihatkan pesan yang baru saja masuk. Terdapat sebuah nama pada pengirim pesan singkat tersebut yang cukup membuatku terkejut. Aufar.
Sahabat Surga_Atikah Azzahra
***
Aufar? Siapakah Aufar itu? Sms apa yang dia kirim? Dan ada hubungan apa Kifti dengannya? Bukankah Kifti merupakan salah satu anggota lembaga dakwah kampus! Mungkinkah?
Dari pada su’udzon.Baca saja keseluruhan ceritanya, beserta kumpulan cerpen inspiratif lainnya. Semua terangkum manis dalam buku ini.[]
Kontributor:
Atikah Azzahra, Tri Adnan, Rere Zivago, Devi Ismail, Saniyatin Nadziroh, Nenny Makmun, Jassy Ae, Puput Andalusi, Novi Sinfa Linda Ningtias, Nikmah Soleha, Rakhmad Zubair, Mulia Ahmad Elkazama, Osella, Arha Zahwa, Ujang Wardani, dan Megawati.

Judul Buku: Jangan Benci Aku
Penerbit: Pena Indis
Distributor: New Indie Press
ISBN: 978-602-0897-08-0
Desain: Fandy Said
Editing: Yanuari Purnawan
Harga Umum: 39.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 35.500 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 1 Juni s/d 10 Juni 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 085649947840 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau Inbox ke fb New Indie Press
Sepenggal Kisah:
Setiap diri kita pasti selalu ada yang suka dan tidak suka. Mereka yang sering kita sebut "Haters" selalu ingin menjatuhkan kita bagaimana pun caranya. Agak menyebalkan memang. Orang lain yang membenci kita memang itu sudah biasa, tapi bagaimana bila haters itu sendiri adalah saudara kita?
Sitha memang bukan saudara kandungku melainkan saudara tiriku dari ibu tiriku yang menikah dengan ayahku. Entah apa yang sudah kulakukan sampai Sitha begitu tidak suka denganku. Apakah karena ibunya menikah dengan ayahku?
ini sekolahku mengadakan pentas seni dan aku akan bernyanyi di atas panggung. Jantungku berdengung kencang, aku gugup saat giliranku untuk tampil. Dari ruang make up seorang MC memanggil namaku. Aku bergegas keluar menuju panggung. Di pintu, seseorang menghalangi langkahku hingga aku jatuh tersungkur dan kulihat ternyata orang itu Sitha, saudara tiriku.
Pitri Solehah
Kontributor:
Nururrahmah Hidayah, Iruma kwon Jiral, Amira Alaniyah, Masita Rauf, Maulida Nur Fadhila, Farida Salsabila, Melda Yudi Ningsih, Aziz Nur Ikhsan, Umi Hasanah, Afri Azzahra, Pitri Solehah, Nur Rahmah, Minzy Suzy, Michaelmas, dan Yanuari Purnawan.

Info paket penerbitan : https://www.facebook.com/notes/newers-new-indie-press-/paket-penerbitan-new-indie-press-lini-dari-pena-indis/1443545192612213

Senin, 01 Juni 2015

Jangan Benci Aku

Telah Terbit
Buku Antologi Cerpen Flash Fiction and Flash True Story
EventTeenlit Remaja New Indie Press
Judul Buku: Jangan Benci Aku

Penerbit: Pena Indis
Distributor: New Indie Press
ISBN: 978-602-0897-08-0
Desain: Fandy Said
Editing: Yanuari Purnawan
Harga Umum: 39.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 35.500 (Belum Ongkir)

PRE ORDER: 1 Juni s/d 10 Juni 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 085649947840 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau Inbox ke fb New Indie Press
Sepenggal Kisah:
Setiap diri kita pasti selalu ada yang suka dan tidak suka. Mereka yang sering kita sebut "Haters" selalu ingin menjatuhkan kita bagaimana pun caranya. Agak menyebalkan memang. Orang lain yang membenci kita memang itu sudah biasa, tapi bagaimana bila haters itu sendiri adalah saudara kita?
Sitha memang bukan saudara kandungku melainkan saudara tiriku dari ibu tiriku yang menikah dengan ayahku. Entah apa yang sudah kulakukan sampai Sitha begitu tidak suka denganku. Apakah karena ibunya menikah dengan ayahku?
ini sekolahku mengadakan pentas seni dan aku akan bernyanyi di atas panggung. Jantungku berdengung kencang, aku gugup saat giliranku untuk tampil. Dari ruang make up seorang MC memanggil namaku. Aku bergegas keluar menuju panggung. Di pintu, seseorang menghalangi langkahku hingga aku jatuh tersungkur dan kulihat ternyata orang itu Sitha, saudara tiriku.
Pitri Solehah
Kontributor:
Nururrahmah Hidayah, Iruma kwon Jiral, Amira Alaniyah, Masita Rauf, Maulida Nur Fadhila, Farida Salsabila, Melda Yudi Ningsih, Aziz Nur Ikhsan, Umi Hasanah, Afri Azzahra, Pitri Solehah, Nur Rahmah, Minzy Suzy, Michaelmas, dan Yanuari Purnawan.

Kini Kutemukan Jalanku

Telah Terbit
Buku Antologi Cerpen Flash Fiction
EventTeenlit Remaja New Indie Press
Judul Buku: Kini Kutemukan Jalanku
Penerbit: Pena Indis
Distributor: New Indie Press
ISBN: 978-602-0897-07-3
Desain: Fandy Said
Editing: Yanuari Purnawan
Harga Umum: 39.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 35.500 (Belum Ongkir)
PRE ORDER: 1 Juni s/d 10 Juni 2015
CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 085649947840 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau Inbox ke fb New Indie Press
Sinopsis:
Tak lama suara azan mengalun dan menggema melalui pengeras suara masjid, memanggil seluruh muslim dan muslimah untuk menghentikan sejenak aktivitasnya dan menghadiri panggilan-Nya. Ketika azan selesai dikumandangkan, kulihat masjid mulai bertambah penghuni yang bersiap untuk melaksanakan shalat Ashar.
Satu per satu para jama’ah sudah memenuhi ruang masjid, aku yang sedang berhalangan pun merasakan pelataran kembali terlihat sepi. Iqamat belum dikumandangkan, mungkin mereka masih menunggu yang lain untuk ikut shalat berjama’ah. Kualihkan perhatianku pada handphone milik Kifti yang sedari tadi kugenggam. Pada wallpaper handphonenya terpampang wajah cantik Kifti. Ternyata narsis juga sahabatku yang satu itu. Baru saja aku menekan beberapadigit nomor telepon ibuku, sebuah notifikasi SMS masuk dan tanpa sengaja aku menyentuh notifikasi tersebut. Sebuah aplikasi SMS terbuka dan memperlihatkan pesan yang baru saja masuk. Terdapat sebuah nama pada pengirim pesan singkat tersebut yang cukup membuatku terkejut. Aufar.
Sahabat Surga_Atikah Azzahra
***
Aufar? Siapakah Aufar itu? Sms apa yang dia kirim? Dan ada hubungan apa Kifti dengannya? Bukankah Kifti merupakan salah satu anggota lembaga dakwah kampus! Mungkinkah?
Dari pada su’udzon.Baca saja keseluruhan ceritanya, beserta kumpulan cerpen inspiratif lainnya. Semua terangkum manis dalam buku ini.[]
Kontributor:
Atikah Azzahra, Tri Adnan, Rere Zivago, Devi Ismail, Saniyatin Nadziroh, Nenny Makmun, Jassy Ae, Puput Andalusi, Novi Sinfa Linda Ningtias, Nikmah Soleha, Rakhmad Zubair, Mulia Ahmad Elkazama, Osella, Arha Zahwa, Ujang Wardani, dan Megawati.

Bait-Bait Kata

Telah Terbit
Buku Antologi Cerpen Flash True Story
EventTeenlit Remaja New Indie Press

Judul Buku: Bait-Bait Kata
Penerbit: Pena Indis
Distributor: New Indie Press
ISBN: 978-602-0897-06-6
Desain: Fandy Said
Editing: Yanuari Purnawan
Harga Umum: 39.000 (Belum Ongkir)
Harga kontributor= 35.500 (Belum Ongkir)

PRE ORDER: 1 Juni s/d  10 Juni 2015

CARA PESAN:
Kirim pesan dengan format:
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat lengkap + Kode Pos_No. Hp_Jumlah Pesanan
Ke No. Hp; 085649947840 (Sdr. Yanuari Purnawan) atau Inbox ke fb New Indie Press

Sinopsis:

“Sarah, ya?”
                Aku tercenang. Bukankah ia adalah kakak perempuan yang satu tempat mengaji denganku?
                Terlepas dari keterkejutanku. Pun aku berniat membuka suara. “Kak─”
                “Panggil Ari saja. Ternyata kita seumuran.” Ia memotong ucapanku seraya tersenyum.
                “Kebetulan aku belum ada teman. Kita sebangku saja, ya.” Lalu ia menuntun langkahku pada sebuah bangku di deretan ketiga dari meja guru. Dalam hati aku begitu merona senang. Ya Allah syukurlah, tanpa perlu bersusah payah aku langsung menemukan teman....
***
                “Kamu itu sebenarnya bisa ngomong gak sih? Aku bosan tahu duduk sama patung seperti kamu!”
                Aku terhenyak bungkam. Ia mengebrak meja cukup keras dan memekakan telinga. Beberapa teman mungkin melihatnya, namun semua seolah bergeming tanpa suara. Ya Allah kenapa semua menjadi seperti ini....
Kesabaran Berbuah Kebaikan_Ginny Nadia
***
                Apa yang sebenarnya terjadi antara Sarah dan Ari? Mengapa Ari yang semula ramah, mendadak menjadi kasar? Bagaimana kelanjutan persahabatan mereka?
                Penasaran! Tenang saja, semua terangkum indah dalam buku ini, bersama kumpulan cerpen inspiratif lainnya.[]

Kontributor:
Sarah Nadia, Khanis Selasih, Nenny Makmun, Zahraa Senja, Safiatul Fitri, Muhammad EL Malka, Nidhom VE, Nor Aniyah, Prihastiwi Dwi Wulandari, Qibti ‘Inayatul Arfi, Muhammad Syukur, Aziza Zuhroh Sya’bandiyah, Fajriani Fitri,                 Latifa Fitriani, dan Rismaulina Sitanggang.