“
Menikahlah, Nak. Syukuri nikmat yang diberikan oleh-Nya,” bujuk ibu.
“
Dimas juga ingin menikah, tetapi sama siapa? Tidak ada akhwat yang mau sama
dimas,” jawabku. Tidur dipangkuan ibu, seakan nyaman sekali. Tetapi aku bisa
ada disolo, kan seharusnya aku masih dipasuruan. Entahlah, tetapi aku sangat
rindu denganmu, Ibu.
“
Ya nikah sama gadis-gadis soleha itu,” jawab ibu sambil mengelus rambutku.
“
Siapa, Bu. Memang ada gadis soleha yang suka sama dimas?” tanyaku penasaran.
“
Kamu tinggal pilih saja, ada Dini, Nurjannah dan Delia,” terang ibu.
Darimana
ibu mengenal ketiga gadis itu. Dengan nada bercanda,
“
Kalau ibu mau ya, yang itu,” jawab ibu.
“
Siapa Bu?” kataku dengan rasa penasaran.
“
Dia adalah….?”
Allahuakbar…Allahuakbar…
Suara
adzan membuyarkan semuanya, “ ternyata, hanya mimpi toh,” pikirku. Setelah
shalat subuh, aku masih memikirkan tentang mimpi itu. Kucoba untuk menghubungi
ibu disolo.
“
Assalamuailaikum,Bu.”
“
Waalaikumsalam, ada apa toh,Nak. Pagi buta gini nelpon. Aku sama adikmu jadi
khawatir.” Jawab ibu dari seberang desa kecil disolo.
“
Maaf, Bu. Dimas baik-baik saja disini, tetapi ada yang ingin aku tanyakan.
Apakah ibu ingin dimas segera menikah,” tanyaku polos.
“
iya, Kak. Buruan nikah entar keburu tua loh.” Kudengar sari, adikku mempotong
pembicaraan aku sama ibu.
“
Sudah, jangan dengar adikmu. Kamu tahukan adikmu sudah kangen sama kamu, tetapi
lebih kangen kamu segera menikah. Nak, dengar ibu menikah itu bukan urusan
disuruh atau paksaan, tanyakan hatimu jika memang kamu sudah siap untuk menikah
ya segeralah tetapi ingat jangan tergesa-gesa karena itu perbuatan setan,”
jawab ibu.
Seolah
ada embun yang menetes kedasar hati, ces..damai sekali. Kata yang keluar dari
bibir ibu selalu mengandung nasehat dan cinta. Terima kasih, Bu.
Pagi
ini aku malas sekali untuk pergi kepercetakan, aku masih belum siap bertemu
dini dan apa yang harus aku katakan jika dia meminta jawaban atas penawarannya
kemarin. Tidak, aku harus berani semua harus segera diselesaikan apapun alasannya.
Terlihat
kontor sepi, kemana anak-anak mengapa jam segini belum datang. Kulihat wati
sedang memeriksa berkas.
“
Kemana yang lain kok sepi?” tanyaku.
“
Maaf kak, Andi dan Dini tadi mengantar
pesanan dan kak rio belum datang katanya masih mau beli bahan yang sudah
habis,” jawab wati.
“
Ohnya, hampir lupa tadi ada telpon dari Nurjannah, katanya mau datang kesini
mencari kak dimas,” lanjut wati.
Sambil
menunggu diberanda, “ Ada apa dia mau kesini,” pikirku.
“
Assalamualikum, Akhy dimas.” Sapa gadis berjilbab putih, tak lain adalah
Nurjannah.
Spontan
aku gugup..” Waalaikumsalam, silahkan duduk.”
Nurjannah
ternyata tidak sendiri, dia bersama Delia sepupunya.
“
Maaf ya, ada urusan apa kalian kesini,” tanyaku.
“
Afwan jika kami mengganggu akhy, begini aku ingin akhy datang keacara bedah
buku pertamaku dipesantren.” Jawab delia yang begitu anggun dengan jilbab
birunya.
“
InsyaAllah jika tidak ada halangan,” jawabku.
“
Tetapi, Akhy.” Kulihat ada nada khawatir dari ucapan delia, tetapi apa yang ingin
dia ucap, begitu pentingkah?
“
Tetapi, aku ingin aku yang jadi pembandingnya,” lanjut delia.
Apa
aku tidak salah dengar, harus menjadi pembanding.
“
Ukhty jangan bercanda, ana tidak faham satra,” elakku.
“
Jangan merendah begitu akhy, aku sudah memikirkannya siapa yang pantas jadi
pembandingnya dan yang cocok itu, Akhy.” Delia berusaha menyakinkanku.
“
Maaf mungkin ukhty salah orang,” tukasku.
“
Tidak, akhy orang yang paling pas menurutku. Bagaimanapun akhy bekerja didunia
percetakan otomatis sering mencetak berbagai novel atau cerita kan. Aku hanya
minta akhy mengkritisi dari segi publishing saja.” Terang delia dengan wajah
memelas.
“
Akhy, islam menganjurkan setiap muslim harus tolong-menolong dalam kebaikan,
maka tolonglah kami agar acara bedah buku ini sikses dan bermanfaat,” timpal
nurjannah.
Mendengar
keterangan mereka, hatiku menjadi luluh walaupun sedikit ragu.
“
Baiklah, akan aku usahakan tetapi aku minta novelnya agar aku bisa membacanya
dan sedikit memberikan referensi,” jawabku.
Kulihat
delia mengambil sebuah buku dari tasnya dan menyerahkannya kepadaku. Buku bercover
merah hati dan ungu begitu cantik dan judul yang menarik “ Cinta Itu! Kok Gini?
Bersambung…