Assalamualaikum…
Akhy Dimas di kota santri
Kota para mujahid ilmu
Yang selalu bercahaya.
Afwan jika surat ini lancang saya
kirim, tetapi apa daya bagi wanita lemah bak siti nurbaya diabad milinium ini.
Saya tidak mau berakhir seperti
Romeo dan Juliet, yang harus tragis karena suatu perjodohan. Akhy, saya
dijodohkan dengan seorang pria dari kudus namanya Ustad Fadil, dia adalah anak
sahabat abah ketika masih nyantri di kudus dulu. Jujur abah menyerahkan
perjodohan ini kepada saya, beliau tidak mau memaksa jika tidak setuju.
Berat sekali menolak lamaran pria
ini, selain anak sahabat abah tetapi juga riwayat hidupnya sangat mengagumkan. Dia
lulusan al-azhar, sekarang salah satu staf pengajaran dipesantren dan doasen
tamu di UGM.
Sungguh tidak ada alasan yang tepat
untuk menolaknya, saya begitu bimbang dilain sisi abah sangat berharap saya
menerima pinangan ini, tetapi apakah saya mampu untuk mencintainya. Karena jujur
ada ruang khusus yang telah mengisinya, yaitu cinta akan seoarang ikhwan yang
rela mengorbankan diri hanya untuk menyelamatkan seorang gadis yang tak
dikenalnya.
Saya mencintai akhy, jika memang
akhy juga memiliki rasa yang sama, saya harap segera dihalalkan. Pinang saya,
maka masalah perjodohan ini selesai.
Saya tidak berharap lebih, tetapi
saya tidak cinta ini hancur dan binasa, karena sesungguhnya cinta itu suci
sesuai fitrahnya.
Yang lemah tiada daya
Nurjannah
Ada apa ini, mengapa begini? Disatu sisi
apakah aku pantas dicintai anak seorang ustad dan apa yang harus aku lakukan. Seharusnya
aku bangga dan bahagia karena sudah ada dua gadis soleha secara terang
menyatakan cinta.
Naif!
Sungguh ini pilihan berat dan tidak terasa airmata mengalir, apa yang mereka
lihat dari pria yang berlumur dosa, bodoh dan miskin ini.
Apakah
tidak ada yang lebih pantas untuk mereka, Andi ataupun Ustad Fadil, mungkin
lebih pantas.
Dalam
setiap sujudku, selalu memohon agar masalah ini segera terselesaikan dengan
baik. Aku tidak ingin menyakiti hati siapapun. Aku tidak ingin nama baik ini
dicap sebagai pria penjajah wanita. Astagfirullah!!!
Lamgit pagi ini begitu cerah, entah
tidak mampu mencerahkan hati yang dilanda kebimbangan. Kulihat kalender, hari
ini ulang tahun ibu.
Aku
segera memacu sepeda motor ke toko perhiasan, semoga kado menjadi kejutan terindah
dihari istimewahnya.
Sebelum
masuk, kulihat gadis berhijab. Kurasa aku mengenalnya dan ternyata benar
dugaanku.
“Assalamualaikum,
Akhy.”
“Waalaikumsalam,”
jawabku gugup ketika dia tiba-tiba menyapa.
“Ada
acara apa, kok ke toko perhiasaan? Jangan-jangan mau lamarannya,” tanyanya.
Pertanyaan
itu, membuat wajahku seketika memerah seperti udang rebus. Entah dia mengerti
atau tidak.
“Lamaran?
Sama siapa, calonnya saja belum ada hehe,” jawabku malu-malu.
“Kalau
sama Mbak Nurjannah bagaimana?” ucapnya.
Jlebb…
Apakah dia mengerti akan surat itu? Tanda tanya dalam otak ini semakin besar,
mengapa harus seperti ini. aku benar-benar tidak mampu menjawabnya. Bibirku keluh,
sulit untuk berbicara. Kutatap wajah gadis didepanku, begitu sejuk dengan
hijabnya dan aku hanya mampu tersenyum.
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar