Aula
pesantren berubah bak acara seminar kelas atas, begitu banyak santriwan dan
santriwati yang berduyun-duyun untuk mendapatkan cahaya ilmu. Tiba-tiba rasa
minder menggelayuti hati, berulangkali tasbih ku baca tetapi tak cukup
menenagkan hati ini.
“Akhy,
ternyata sudah datang,” sapa Delia, yang begitu anggun dengan jilbab birunya.
“Ayo,
akhy duduk disebelah sana,” lanjutnya sambil menunjuk kursi didepan aula.
“Ya,
Allah berikan hamba kelancaran dan kemudahan, bismillah,” batinku.
Acara
yang dimoderatorin oleh Nurjannah sedikit membuatku sedikit grogi. Kulihat dari
depan ternyata begitu banyak yang hadir hingga tempat duduknya tidak cukup.
“Assalamualaikum,
hadirin yang dirahmati Allah, terimakasih telah hadir dalam acara “Bedah buku
cinta itu!kok gini, buku karangan dari penulis muda tak lain adalah Delia
Kumalasari, novel pertama yang menceritak bagaimana cinta itu harus dikemas
menurut koridor syar’i,” terang Nurjannah, memulai acara.
Setelah
pembukaan dari moderator, diisi pembacaan kalam ilahi. Ternyata bacaan tersebut
mampu menenangkan hati. Dan dilanjut dengan prolog singkat dari sang penulis. Acara
inti pun dimulai yaitu tanya jawab.
Satriwan
berkaca mata, segera memberikan pertanyaan.
“Dalam
salah satu bab dalam buku tersebut berjudul “Yang muda yang bercinta” tolong
dijelaskan maksudnya itu bagaimana?terimakasih.”
Moderator
pun mempersilahkan Delia menjawab terlebih dahulu.
“Mengapa
aku mengambil kalimat “Yang muda yang bercinta” karena begitu banyak pemuda
salah mengartikan apa itu cinta? Hingga mereka terjerumus kedalam kubangan
kemaksiatan, misalnya pacaran. Mengapa mereka mengambil langkah itu?karena
mereka belum mampu untuk menikah. Jadi, atas dasar cinta pemuda banyak yang
melanggar aturan agama. Cinta bagi pemuda alias remaja yang belum siap menikah
adalah dengan cinta kepada Allah, orangtua, ilmu dan negaranya. Itulah maksud
dari “Yang Muda yang bercinta.” Terang delia, begitu anggun dalam
penyampaiannya, tepuk tangan pun bergemuruh didalam aula.
“Sekarang
giliran akhy Dimas,” ucap moderator sambil memandang kearahku.
Dengan
sedikit mengambil nafas dan mengucap basmallah,
“Yang
muda yang bercinta… Menurutku sebagai yang masih awam dalam dunia percintaan. Pemuda
yang mampu menjaga cinta sesuai fitrahnya. Cinta bukan asal ucapan “I Love You”
yang sering kita dengar, tetapi dari itu. Allah menciptakan dengan Ar-Rahman
dan Rohim-Nya, yang artinya Maha pengasih lagi Maha penyayang. Semoga ini
menjadi landasan kita terutama bagi pemuda yang masih labil untuk menjaga
cintanya untuk dia persembahkan bagi yang halal menerimanya. Pemuda bercinta
dengan ilmu, sehingga dia mengerti jalan mana yang akan ditempuh jika cinta
datang. Jangan obral cinta, karena cinta itu amanah yang akan dipertanggung
jawabkan kelak diakhirat.”
Tepuk
tangan pun memecah suasana diaulia. Sesi tanya jawab pun berlangsung meriah. Ba’da
ashar pun acara selesai.
Kulihat
begitu banyak pemuda khususnya santriwan ataupun santriwati yang bhaus akan
ilmu. Semoga ilmu yang sedikit bisa bermanfaat bagi semua. Dan menjadi ladang
amal yang mengalir hingga nanti ketika kita mati.
Dikamar kost, kulihat undangan merah
jambu tertulis, menikah Ratih permata sari dengan M. ikhsan.
“Alhamdulilah,
akhirnya dia mendapatkan pasangan yang cocok. Bagaimana jika aku menuruti saran
Andi untuk terima cintanya sebagai mainan,” batinku.
Semua
menikah, lha aku kapan. Tiba-tiba aku teringat acara tadi, cinta itu fitrah. Benarkah,
masih adakah cinta untukku?
Dalam
sujud malam, kuadukan segala gundah yang menyesak dihati.
Ya Rabb, tiada yang kuasa selain
atas kuasa-Mu. Ampuni segala dosa yang nyata maupun tersembunyi. Jadikan setiap
cinta yang ada hati ini berlabuh atas izin-Mu. Jangan biarkan hamba lalai atas
cinta yang Kau titipkan untuk hamba.
Aamiin
“Mas,
ada titipan amplop dari Nurjannah tadi,” ucap Andi, sambil menyerahkan amplop
berwarna putih.
“Terimakasih,”
jawabku sambil berlalu menuju kamar.
Kulihat
beberapa lembar uang dan secarik kertas.
“Apa-apaan
ini,”pikirku.
Kubaca
secarik kertas tersebut dan… Deg!!!
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar