Senin, 23 Juni 2014

Salafiyah With Love



Salafiyah with love

Tidak ada yang salah dengan cinta karena cinta itu fitrah tetapi yang salah adalah kita menyikapi ketika cinta itu telah datang.
 Perjalanan panjang nan jauh melintasi bukit dan terjalnya jalan-jalan. Matahari keluar dari peraduannya memberikan sinarnya bagi semesta. Burung-burung berkicau merdu menyambut pagi. Alangkah agung ciptaannya tidak akan mampu manusia menyamai kuasanya.
Tiga serangkai dengan semangatnya menyambut pagi. Tiga gadis remaja yang masih duduk  dikelas 3 smp ini sudah tidak sabar ingin segera bertemu para pemuda yang akan ppl atau mengajar agama selama kurang lebih 25 hari. Mereka pemuda dari ponpes salafiyah yang telah dibagi menjadi 3 kelompok untuk setiap desanya, satu dusun terdiri dari 6 pemuda. Lia,fitri dan atul, tiga serangkai dari dusun sidomulyo ini sudah siap bertemu dengan 6 pemuda itu. Hati mereka dag dig dug membayangkan bagaimana pesona para pemuda salafiyah itu, tampankah atau sebaliknya. Disekolah mereka sudah galau ingin segera pulang dan segera bertemu dengan pemuda tersebut.
 Jum’at, 6 pemuda salafiyah itu sudah tiba didusun sidomulyo. Mereka terdiri dari sang ketua ahmad dan anak buahnya ali, zaki, saipul, karim, dan dani. 6 pemuda dengan pesonanya masing-masing. Merekalah yang akan mengajar anak-anak didusun tersebut sekaligus bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
Tiga serangkai dengan girangnya pulang sekolah detik-detik pertemuan yang mereka bayangkan akhirnya akan segera terwujud. Inilah pertemuan pertama yang akan menggoreskan kisah baru dalam hidup ketiga gadis remaja tersebut.
Gelap malam berganti fajar diupuk timur, suara adzan bergema memecah heningnya pagi yang dingin. Hanya manusia yang telah bangun dari lelapnya tidur untuk segera menghadap sang pencipta alam semesta. Disebua rumah sederhana gadis manis dengan mukena putih telah siap menuju masjid dekat rumahnya. Gadis itu lia, anggota dari tiga serangkai inilah kali pertama dia shalat berjamaah di masjid biasanya dia shalat subuh kesiangan begitu juga dengan kedua sahabatnya fitri dan atul. Mereka telah mempersiapkan diri untuk shalat subuh berjamaah tetapi lebih tepatnya untuk melihat lebih dekat ke 6 pemuda salafiyah itu. Ketika ABG labil itu shalat dengan tidak khusuk dalam pikiran mereka hanya terbayang bagaimana tampang para pemuda itu.
“subahanallah” ,teriak kecil ketiga gadis itu ketika ke 6 pemuda yang sedang membuat lingkaran untuk memulai membaca al-Qur’an. Tiba-tiba ahmad sang ketua dari kelompok tesebut mengajak mereka bertiga mengaji bersama. Mendengar mereka sedang diajak dengan hati-hati mereka menolaknya karena mereka menyadari bahwa bacaan al-Qur’an mereka masih jauh dibawah setandar ^^ .
  Bagai roda yang berputar, lia, fitri dan atul. Berubah 180 ͦ  dari kepribadian mereka selama ini. Lia yang kalem sekarang lebih lembut , fitri yang pemalas sekarang lebih rajin  dan atul yang suka ceplas-ceplos sekarang lebih kalem. Tobat instan, mereka benar- benar cepat dalam berubah apa lagi  sekarang mereka aktif mengaji al-quran setiap ba’da magrib. Hal itu bukan semata untuk mengaji al-qur’an tetapi lebih dari itu mereka ingin lebih kenal dekat dengan para pemuda salafiyah itu. Biarpun niat mereka itu bukan semata karena allah tetapi tobat instan tiga serangkai ini memperlihatkan kegigihan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Jika ada sang primadona dari ke 6 pemuda tersebut diala saipul, pemuda berkacamata ini lain dari yang lainnya. Dia pendiam, ganteng dan cool. Banyak anak didik yang mereka ajar mengidolakan kak saipul tidak terkecuali lia, fitri dan atul. Tak terasa suda sepekan ke 6 pemuda salafiyah itu ppl, mereka sudah bisa menyatu dengan masyarakat. Kehadiran mereka mendapat sambutan yang antusias dan tak jarang juga mereka mendapat undangan makan dirumah warga  setempat. Kedekatan dengan anak-anak didiknya semakin erat tak ayal mereka harus menghadapi tingka laku manja anak-anak misalnya rebutan diajar dahulu dan lebih para lagi ingin mendapat perhatian dari yang lainnya. Bukan hanya sekedar kedekatan antar kakak dananak didiknya bagi tiga serangkai kehadiran kakak–kakak itu telah menumbuhkan getar-getar cinta yang pelan-pelan tapi halus menyusup hati mereka.
   Seperti kata orang cinta itu buta tak mengenal usia apalagi status semua tumbuh di tempat yang namanya hati. Benih-benih itu mulai tumbuh dihati atul, lia dan fitri. Mereka sekarang sangat rajin mengaji di masjid tak kalah kakak–kakak salafiyah yang mengajar. Walau hujan, badai bahkan tsunami tetap mereka berangkat mengaji, karena getaran cinta itu mengalahkan semua hambatan tersebut.
Kak akhmad selaku ketua kelompok selalu menjadi pusat perhatian, terutama buat salah satudari tiga serangkai, yaitu atul. Dia sangat kagum akan pesona pemuda bertubuh semampai, putih dan berhidung mancung. Tak kala senyum kak ahmad membuat atul seakan terbang kelangit ketujuh. Berbagai cara dia lakukan untuk mengenal dekat kak ahmad. Dari mulai sok cari perhatian hingga komunikasi yang mengarah kepada perasaannya. Tak hanya atul yang terkena demam firus merah jambu itu lia dan fitri juga sedang merasakannya. Kak zaky, pemuda berkulit sawo matang dan senyum yang begitu manis tanpa pemanis buatan mampu mengobrak-abrik hati lia. Sedangkan fitri hanya mengagumi kak dani, pemuda dengan logat Madura dan sikap pendiamnya membuat hati fitri menjadi kembang kempis hingga melumpuhkan ingatannya. Siang berganti malam, hari berganti hari. Tidak ada hari yang tak indah bagi tiga serangkai, hampir tiap waktu 6 pemuda salafiyah itu menjadi topik pembicaraan yang sangat asyikoleh mereka bahas hinga kadang lalai bahwa mereka masih bersetatus pelajar. Sms, telepon atau komunikasi langsung merupakan agenda utama tiga serangkai untuk melampiaskan getar-getar cinta di hati mereka walau tak jarang pulsa tingal sedikit , uang jajan di irit hingga bikin sembelit agar bisa beli pulsa untuk menghubungi sang pujaan hati hehe.^^

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Musim pasti akan berganti. Gelap malam pasti akan  berganti  siang yang terang. Roda kehidupan pasti akan berputar, tak selamanya kita akan tertawa pasti akan ada deraian air mata begitu sebaliknya.

         Tiga serangkai menjalani hari-harinya dengan penuh cinta yang membunca dihati mereka. Cinta anak ABG labil yang belum mengerti apa itu cinta yang sebenarnya.mudah berubah seiring waktu berjalan. Atul yang dulu menyukai kak ahmad sekarang mulai berubah halauan kepada kak dani dan kak ali. Kedua pemuda itu mampu memikat hatinya, seiring perhatian yang mereka berikan. Atul dengan semangat 45nya berusaha mendapatkan perhatian kedua pemuda tersebut. Mulai dari kirim sms, telepon hingga perhatian khusus. Tetapi di lubuk hati atul tetap kak ahmad yang nomor satu.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hampir satu bulan ke 6 pemuda salafiyah itu. Ppl di desa sidomulyo.

          Malam ini adalah malam perpisahan dari para pemuda salafiyah. Acara disusun rapi dan panggung sederhana untuk penapilan para pengisi acara. Acara dimulai dengan alunan banjari yang dibawakan apik oleh kelompok banjari salafiyah, dilanjutkan qiroatil qur’an lalu acara inti dimulai yaitu pembacaan puisi yang dibawakan oleh fitri dan lia. Dua puisi tersebut mampu meluluhkan para penonton yang hadir.
           
            Senja diufuk barat merona merah, desiran halus nan lembut menyusup dihati ketiga gadis abg yang lagi dilanda dilema. Waktu bergulir terlalu cepat, andai mereka bisa mungkin waktu akan dihentikannya. Tetapi apa daya setiap perjumpaan pasti ada perpisahan walau hal itu sedikit menggoreskan luka karena terlalu banyak kenangan indah kebersamaan dengan keenam pemuda salafiyah itu.
Sore ini, hari terakhir keenam pemuda salafiyah didusun sidomulyo. Masyarakat setempat mengantar mereka kembali kepondok. Aroma perpisahan terasa terutama bagi lia, fitri dan atul. Mereka sangat kehilangan guru ngaji dan kakak yang menuntun langkah mereka menjadi lebih baik lagi. Berat memang tetapi inilah kenyataan yang harus dihadapi dengan lapang dada.

Mobil truk dan pick up siap mengantarkan keenam pemuda salafiyah itu. Hujan pun mengiringi kepergian mereka seolah mengerti rasa sedih dihati masing-masing, karena mereka sudah menjadi bagian tak terlupakan didusun sidomulyo. Mobil melaju sedang beriringan dengan hujan. Akhirnya setelah satu jam lebih perjalanan sampai juga dipondok pesantren salafiyah. Ada rasa haru ketika serah terima anak-anak PPL untuk kembali mengabdi kepondok pesantren. Tak terkecuali tiga serangkai, ada tetesan air bening mengalir membasahi pipi mereka. Ditatapnya langit malam masih berhias bintang-bintang, jadi tak perlu meratapi kesedihan terlalu dalam karena esok masih panjang. Jika mereka telah ditakdirkan menjadi jodohnya pasti bertemu jua.
Tobe continued….#salafiyah with love part 2





Tidak ada komentar:

Posting Komentar