Salafiyah with
love
Tidak ada yang salah
dengan cinta karena cinta itu fitrah tetapi yang salah adalah kita menyikapi
ketika cinta itu telah datang.
Perjalanan panjang nan jauh melintasi bukit
dan terjalnya jalan-jalan. Matahari keluar dari peraduannya memberikan sinarnya
bagi semesta. Burung-burung berkicau merdu menyambut pagi. Alangkah agung
ciptaannya tidak akan mampu manusia menyamai kuasanya.
Tiga
serangkai dengan semangatnya menyambut pagi. Tiga gadis remaja yang masih
duduk dikelas 3 smp ini sudah tidak
sabar ingin segera bertemu para pemuda yang akan ppl atau mengajar agama selama
kurang lebih 25 hari. Mereka pemuda dari ponpes salafiyah yang telah dibagi
menjadi 3 kelompok untuk setiap desanya, satu dusun terdiri dari 6 pemuda.
Lia,fitri dan atul, tiga serangkai dari dusun sidomulyo ini sudah siap bertemu
dengan 6 pemuda itu. Hati mereka dag dig dug membayangkan bagaimana pesona para
pemuda salafiyah itu, tampankah atau sebaliknya. Disekolah mereka sudah galau
ingin segera pulang dan segera bertemu dengan pemuda tersebut.
Jum’at, 6 pemuda salafiyah itu sudah tiba
didusun sidomulyo. Mereka terdiri dari sang ketua ahmad dan anak buahnya ali,
zaki, saipul, karim, dan dani. 6 pemuda dengan pesonanya masing-masing.
Merekalah yang akan mengajar anak-anak didusun tersebut sekaligus
bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
Tiga
serangkai dengan girangnya pulang sekolah detik-detik pertemuan yang mereka
bayangkan akhirnya akan segera terwujud. Inilah pertemuan pertama yang akan
menggoreskan kisah baru dalam hidup ketiga gadis remaja tersebut.
Gelap
malam berganti fajar diupuk timur, suara adzan bergema memecah heningnya pagi
yang dingin. Hanya manusia yang telah bangun dari lelapnya tidur untuk segera
menghadap sang pencipta alam semesta. Disebua rumah sederhana gadis manis
dengan mukena putih telah siap menuju masjid dekat rumahnya. Gadis itu lia,
anggota dari tiga serangkai inilah kali pertama dia shalat berjamaah di masjid
biasanya dia shalat subuh kesiangan begitu juga dengan kedua sahabatnya fitri
dan atul. Mereka telah mempersiapkan diri untuk shalat subuh berjamaah tetapi
lebih tepatnya untuk melihat lebih dekat ke 6 pemuda salafiyah itu. Ketika ABG
labil itu shalat dengan tidak khusuk dalam pikiran mereka hanya terbayang
bagaimana tampang para pemuda itu.
“subahanallah”
,teriak kecil ketiga gadis itu ketika ke 6 pemuda yang sedang membuat lingkaran
untuk memulai membaca al-Qur’an. Tiba-tiba ahmad sang ketua dari kelompok
tesebut mengajak mereka bertiga mengaji bersama. Mendengar mereka sedang diajak
dengan hati-hati mereka menolaknya karena mereka menyadari bahwa bacaan
al-Qur’an mereka masih jauh dibawah setandar ^^ .
Bagai roda yang berputar, lia, fitri dan atul.
Berubah 180 ͦ dari kepribadian mereka
selama ini. Lia yang kalem sekarang lebih lembut , fitri yang pemalas sekarang
lebih rajin dan atul yang suka ceplas-ceplos
sekarang lebih kalem. Tobat instan, mereka benar- benar cepat dalam berubah apa
lagi sekarang mereka aktif mengaji
al-quran setiap ba’da magrib. Hal itu bukan semata untuk mengaji al-qur’an
tetapi lebih dari itu mereka ingin lebih kenal dekat dengan para pemuda
salafiyah itu. Biarpun niat mereka itu bukan semata karena allah tetapi tobat
instan tiga serangkai ini memperlihatkan kegigihan untuk menjadi manusia yang
lebih baik lagi.
Jika
ada sang primadona dari ke 6 pemuda tersebut diala saipul, pemuda berkacamata
ini lain dari yang lainnya. Dia pendiam, ganteng dan cool. Banyak anak didik
yang mereka ajar mengidolakan kak saipul tidak terkecuali lia, fitri dan atul.
Tak terasa suda sepekan ke 6 pemuda salafiyah itu ppl, mereka sudah bisa
menyatu dengan masyarakat. Kehadiran mereka mendapat sambutan yang antusias dan
tak jarang juga mereka mendapat undangan makan dirumah warga setempat. Kedekatan dengan anak-anak didiknya
semakin erat tak ayal mereka harus menghadapi tingka laku manja anak-anak
misalnya rebutan diajar dahulu dan lebih para lagi ingin mendapat perhatian
dari yang lainnya. Bukan hanya sekedar kedekatan antar kakak dananak didiknya
bagi tiga serangkai kehadiran kakak–kakak itu telah menumbuhkan getar-getar
cinta yang pelan-pelan tapi halus menyusup hati mereka.
Seperti kata orang cinta itu buta tak
mengenal usia apalagi status semua tumbuh di tempat yang namanya hati.
Benih-benih itu mulai tumbuh dihati atul, lia dan fitri. Mereka sekarang sangat
rajin mengaji di masjid tak kalah kakak–kakak salafiyah yang mengajar. Walau
hujan, badai bahkan tsunami tetap mereka berangkat mengaji, karena getaran
cinta itu mengalahkan semua hambatan tersebut.
Kak
akhmad selaku ketua kelompok selalu menjadi pusat perhatian, terutama buat
salah satudari tiga serangkai, yaitu atul. Dia sangat kagum akan pesona pemuda
bertubuh semampai, putih dan berhidung mancung. Tak kala senyum kak ahmad
membuat atul seakan terbang kelangit ketujuh. Berbagai cara dia lakukan untuk
mengenal dekat kak ahmad. Dari mulai sok cari perhatian hingga komunikasi yang
mengarah kepada perasaannya. Tak hanya atul yang terkena demam firus merah
jambu itu lia dan fitri juga sedang merasakannya. Kak zaky, pemuda berkulit
sawo matang dan senyum yang begitu manis tanpa pemanis buatan mampu
mengobrak-abrik hati lia. Sedangkan fitri hanya mengagumi kak dani, pemuda
dengan logat Madura dan sikap pendiamnya membuat hati fitri menjadi kembang
kempis hingga melumpuhkan ingatannya. Siang berganti malam, hari berganti hari.
Tidak ada hari yang tak indah bagi tiga serangkai, hampir tiap waktu 6 pemuda
salafiyah itu menjadi topik pembicaraan yang sangat asyikoleh mereka bahas
hinga kadang lalai bahwa mereka masih bersetatus pelajar. Sms, telepon atau
komunikasi langsung merupakan agenda utama tiga serangkai untuk melampiaskan
getar-getar cinta di hati mereka walau tak jarang pulsa tingal sedikit , uang
jajan di irit hingga bikin sembelit agar bisa beli pulsa untuk menghubungi sang
pujaan hati hehe.^^
Setiap pertemuan pasti
ada perpisahan. Musim pasti akan berganti. Gelap malam pasti akan berganti siang yang terang. Roda kehidupan pasti akan
berputar, tak selamanya kita akan tertawa pasti akan ada deraian air mata
begitu sebaliknya.
Tiga
serangkai menjalani hari-harinya dengan penuh cinta yang membunca dihati
mereka. Cinta anak ABG labil yang belum mengerti apa itu cinta yang
sebenarnya.mudah berubah seiring waktu berjalan. Atul yang dulu menyukai kak
ahmad sekarang mulai berubah halauan kepada kak dani dan kak ali. Kedua pemuda
itu mampu memikat hatinya, seiring perhatian yang mereka berikan. Atul dengan
semangat 45nya berusaha mendapatkan perhatian kedua pemuda tersebut. Mulai dari
kirim sms, telepon hingga perhatian khusus. Tetapi di lubuk hati atul tetap kak
ahmad yang nomor satu.
Tak terasa waktu
berjalan begitu cepat. Hampir satu bulan ke 6 pemuda salafiyah itu. Ppl di desa
sidomulyo.
Malam ini adalah malam perpisahan
dari para pemuda salafiyah. Acara disusun rapi dan panggung sederhana untuk
penapilan para pengisi acara. Acara dimulai dengan alunan banjari yang
dibawakan apik oleh kelompok banjari salafiyah, dilanjutkan qiroatil qur’an
lalu acara inti dimulai yaitu pembacaan puisi yang dibawakan oleh fitri dan
lia. Dua puisi tersebut mampu meluluhkan para penonton yang hadir.
Senja diufuk barat merona merah, desiran halus nan lembut
menyusup dihati ketiga gadis abg yang lagi dilanda dilema. Waktu bergulir
terlalu cepat, andai mereka bisa mungkin waktu akan dihentikannya. Tetapi apa
daya setiap perjumpaan pasti ada perpisahan walau hal itu sedikit menggoreskan
luka karena terlalu banyak kenangan indah kebersamaan dengan keenam pemuda salafiyah
itu.
Sore ini, hari terakhir
keenam pemuda salafiyah didusun sidomulyo. Masyarakat setempat mengantar mereka
kembali kepondok. Aroma perpisahan terasa terutama bagi lia, fitri dan atul.
Mereka sangat kehilangan guru ngaji dan kakak yang menuntun langkah mereka
menjadi lebih baik lagi. Berat memang tetapi inilah kenyataan yang harus
dihadapi dengan lapang dada.
Mobil
truk dan pick up siap mengantarkan keenam pemuda salafiyah itu. Hujan pun
mengiringi kepergian mereka seolah mengerti rasa sedih dihati masing-masing,
karena mereka sudah menjadi bagian tak terlupakan didusun sidomulyo. Mobil
melaju sedang beriringan dengan hujan. Akhirnya setelah satu jam lebih
perjalanan sampai juga dipondok pesantren salafiyah. Ada rasa haru ketika serah
terima anak-anak PPL untuk kembali mengabdi kepondok pesantren. Tak terkecuali tiga
serangkai, ada tetesan air bening mengalir membasahi pipi mereka. Ditatapnya
langit malam masih berhias bintang-bintang, jadi tak perlu meratapi kesedihan
terlalu dalam karena esok masih panjang. Jika mereka telah ditakdirkan menjadi
jodohnya pasti bertemu jua.
Tobe
continued….#salafiyah with love part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar