Ketika Allah Mencintaiku
Kamu
sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu
dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian
itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (Q.S Ali ‘Imran [3] : 186)
Adakah hakikatnya jika kita hijrah
menuju kebaikan maka masalah dan ujian selesai. Ternyata, tidak semudah itu.
Allah dengan kekuasaannya pasti akan melihat sejauh mana batas iman kita dengan
ujian yang maha dahsyat lagi. Seberapa kuat kita berjalan di atas jalan
kebenaran. Seberapa ikhlas dan sabar kita ketika ujian datang bahkan lebih
besar bak gelombang tsunami. Dan mampukah kita menjadi karang yang kokoh untuk
tetap percaya akan segala skenario terindah-Nya.
Dulu ketika awal hijrah untuk belajar
lebih baik dan taat akan perintah-Nya, ujian dalam hidup ini akan berkurang.
Namun, Sang Pemilik jiwa ini jauh lebih kuasa lagi dari prasangka hamba-Nya.
Ujian seakan silih berganti hinggap dan setia dalam hidupku. Satu per satu
orang yang aku sayangi pergi menuju keabadian. Ibu, nenek, keponakan dan dua
tanteku secara cepat telah menghadap-Nya. Bagai mimpi buruk, harta pun lenyap
bak debu tertiup angin. Wussh … habis
tanpa sisa.
Ingin rasanya diri ini menggugat Allah.
Kenapa ya Allah di saat diri ini mendekat kepada-Mu, malah Engkau timpahkan
ujian yang bahkan jauh lebih besar dan bertubi-tubi? Bisikan setan seolah
bernyanyi merdu di telinga. Lihatlah,
ketika kamu berhijrah ujian malah semakin dahsyat. Sudahlah kembali saja ke
jalan dulu! Air mata ini seakan kering. Lagi-lagi, ada saja cara Dia
menyentil diri ini yang masih rapuh.
“Apabila seorang
mukmin tertimpa musibah berupa penyakit, keletihan, mual, kesedihan serta
kesusahan, Allah akan melebur dosa perbuatan jeleknya dengan musibah tersebut.”
(HR Muslim)
Ketika membaca hadits di atas, air
mataku tumpah ruah. Kini, aku yakin skenario-Nya jauh lebih indah dari
prasangka hamba-Nya. Ketika keyakinan merapuh dan bisikan setan berbisik merdu,
sesegera diri ini mengingat betapa besar nikmat-Nya. Renungan buat diri ini,
ujian mungkin silih berganti datang, namun bisakah kita menghitung nikmat-Nya
yang begitu melimpah. Udara gratis, air yang melimpah dan akal yang sehat.
Ternyata, bukan tentang seberapa besar apa yang kita dapat, tetapi seberapa
besar rasa syukur dalam dada akan setiap kuasa-Nya.
Mungkin, dengan ujian yang menggunung
ini adalah bentuk cinta Allah dengan cara yang berbeda. Allah suka mendengar
rintahan doa-doa kita, tangis kelemahan kita dan sujud-sujud di setiap shalat
kita. Astaghfirullah, betapa bodohnya
jika diri ini masih harus menggugat-Nya. Tak ada lagi alasan untuk berbalik ke
belakang dan mengulang kelamnya hidup. Kita tak pernah tahu berapa jatah umur
kita di dunia ini. Hidayah mungkin bisa datang kembali, namun ketika hidayah
datang lebih awal mengapa kita tidak menjemputnya dengan istiqomah dan tawakal.
“Dan masa
(Kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran). (Q.S Ali ‘Imran [3]: 140)
Setiap yang bernyawa pasti pernah diuji,
bahkan jauh lebih berat dari kita. Ketika diuji bersabar, diberi nikmat
bersyukur. Pasti Allah menyelipkan hikmah dan pembelajaran dari setiap
peristiwa. Baik itu suka ataupun duka. Berbaik sangka akan setiap rencana-Nya.
Karena, kita tak punya hak untuk nyawa ini. Dengan ujian bertubi-tubi ini, aku
menyakini karena Allah mencintaiku. Mencintai kita yang sungguh-sungguh
berhijrah dalam kebaikan. Iman yang masih secuil, ilmu yang masih dangkal ini
semoga tidak menuntun diri ini untuk kembali ke dalam jerat-jerat setan. Aamiin.
Kemenangan hari
ini … bukanlah berarti kemenangan esok hari
Kegagalan hari
ini … bukanlah berarti kegagalan esok hari
Tak ada yang
jatuh dari langit dengan cuma-Cuma
Semua usaha dan
doa
Kebenaran hari
ini bukanlah berarti kebenaran saat nanti
Kebenaran
bukanlah kenyataan
Hidup adalah
perjuangan tanpa henti-henti
Usah kau
menangisi hari kemarin
Hidup adalah
perjuangan
Bukanlah arah
dan tujuan
Hidup adalah
perjalanan
(Lagu Hidup Adalah Perjuangan, Dewa 19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar