Minggu, 21 Februari 2016

Ketika Allah Mencintaiku

Ketika Allah Mencintaiku



Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (Q.S Ali ‘Imran [3] : 186)

Adakah hakikatnya jika kita hijrah menuju kebaikan maka masalah dan ujian selesai. Ternyata, tidak semudah itu. Allah dengan kekuasaannya pasti akan melihat sejauh mana batas iman kita dengan ujian yang maha dahsyat lagi. Seberapa kuat kita berjalan di atas jalan kebenaran. Seberapa ikhlas dan sabar kita ketika ujian datang bahkan lebih besar bak gelombang tsunami. Dan mampukah kita menjadi karang yang kokoh untuk tetap percaya akan segala skenario terindah-Nya.
Dulu ketika awal hijrah untuk belajar lebih baik dan taat akan perintah-Nya, ujian dalam hidup ini akan berkurang. Namun, Sang Pemilik jiwa ini jauh lebih kuasa lagi dari prasangka hamba-Nya. Ujian seakan silih berganti hinggap dan setia dalam hidupku. Satu per satu orang yang aku sayangi pergi menuju keabadian. Ibu, nenek, keponakan dan dua tanteku secara cepat telah menghadap-Nya. Bagai mimpi buruk, harta pun lenyap bak debu tertiup angin. Wussh … habis tanpa sisa.
Ingin rasanya diri ini menggugat Allah. Kenapa ya Allah di saat diri ini mendekat kepada-Mu, malah Engkau timpahkan ujian yang bahkan jauh lebih besar dan bertubi-tubi? Bisikan setan seolah bernyanyi merdu di telinga. Lihatlah, ketika kamu berhijrah ujian malah semakin dahsyat. Sudahlah kembali saja ke jalan dulu! Air mata ini seakan kering. Lagi-lagi, ada saja cara Dia menyentil diri ini yang masih rapuh.

“Apabila seorang mukmin tertimpa musibah berupa penyakit, keletihan, mual, kesedihan serta kesusahan, Allah akan melebur dosa perbuatan jeleknya dengan musibah tersebut.” (HR Muslim)

Ketika membaca hadits di atas, air mataku tumpah ruah. Kini, aku yakin skenario-Nya jauh lebih indah dari prasangka hamba-Nya. Ketika keyakinan merapuh dan bisikan setan berbisik merdu, sesegera diri ini mengingat betapa besar nikmat-Nya. Renungan buat diri ini, ujian mungkin silih berganti datang, namun bisakah kita menghitung nikmat-Nya yang begitu melimpah. Udara gratis, air yang melimpah dan akal yang sehat. Ternyata, bukan tentang seberapa besar apa yang kita dapat, tetapi seberapa besar rasa syukur dalam dada akan setiap kuasa-Nya.
Mungkin, dengan ujian yang menggunung ini adalah bentuk cinta Allah dengan cara yang berbeda. Allah suka mendengar rintahan doa-doa kita, tangis kelemahan kita dan sujud-sujud di setiap shalat kita. Astaghfirullah, betapa bodohnya jika diri ini masih harus menggugat-Nya. Tak ada lagi alasan untuk berbalik ke belakang dan mengulang kelamnya hidup. Kita tak pernah tahu berapa jatah umur kita di dunia ini. Hidayah mungkin bisa datang kembali, namun ketika hidayah datang lebih awal mengapa kita tidak menjemputnya dengan istiqomah dan tawakal.

“Dan masa (Kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). (Q.S Ali ‘Imran [3]: 140)

Setiap yang bernyawa pasti pernah diuji, bahkan jauh lebih berat dari kita. Ketika diuji bersabar, diberi nikmat bersyukur. Pasti Allah menyelipkan hikmah dan pembelajaran dari setiap peristiwa. Baik itu suka ataupun duka. Berbaik sangka akan setiap rencana-Nya. Karena, kita tak punya hak untuk nyawa ini. Dengan ujian bertubi-tubi ini, aku menyakini karena Allah mencintaiku. Mencintai kita yang sungguh-sungguh berhijrah dalam kebaikan. Iman yang masih secuil, ilmu yang masih dangkal ini semoga tidak menuntun diri ini untuk kembali ke dalam jerat-jerat setan. Aamiin.

Kemenangan hari ini … bukanlah berarti kemenangan esok hari
Kegagalan hari ini … bukanlah berarti kegagalan esok hari
Tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma-Cuma
Semua usaha dan doa
Kebenaran hari ini bukanlah berarti kebenaran saat nanti
Kebenaran bukanlah kenyataan
Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti
Usah kau menangisi hari kemarin
Hidup adalah perjuangan
Bukanlah arah dan tujuan
Hidup adalah perjalanan
(Lagu Hidup Adalah Perjuangan, Dewa 19)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar