Jumat, 15 Januari 2016

Untuk Kayla

 Untuk Kayla



Gelap. Satu kata yang bisa menggambarkan perasaannya kini. Cewek berambut sebahu tersebut berusaha berimaji bagaimana semua itu bisa bermula. Cowok dengan rambut acak-acakan itu seolah menjadi magnet. Merapat dalam ketidaksamaan dan menjauh dalam kesamaan.
"Key ...!"
Panggilan itu mengingatkannya pada kejadian satu tahun lalu. Cowok bermata biru tersebut berusaha berkenalan dengan Kayla dengan ramah. Bukannya senyum hangat yang diterima, namun sikap tak acuh Kayla berhasil membuat cowok pindahan itu harus menelan ludah. Mood Kayla hari itu memang tidak baik, ditambah lagi cowok itu salah menyebut namanya. Bagi Kayla cowok pindahan yang duduk di bangku sampingnya pasti akan membuat harinya semakin kalut.
***
"Nattan!" ucap cowok indo itu sambil menjulurkan tangan ke arah Kayla. Dengan malas Kayla menjawab tanpa mengindahkan uluran tangannya.
"Kayla!"
"Key ... lah!" Nattan berusaha mengeja nama Kayla, namun terasa sulit dan asing bagi cowok yang besar di Sidney tersebut.
Di balik kacamatanya, Kayla menatap Nattan dengan sinis.
"Kay!" balas Kayla dengan kesal.
"Key ...!" Nattan menatap Kayla sambil tersenyum polos.
***
Tak terasa waktu cepat bergulir, dia seperti matahari yang cepat terbit lalu cepat pula tenggelam. Dia yang dulu masih kuncup kecil, kini telah mekar sempurna dan indah.*
Kenangan masa kecilnya membuat air mata begitu mudah mengalir. Di taman belakang sekolah merupakan tempat yang nyaman untuk melampiaskan dahaga rindunya.
Rindu belaian orang tua, dekap hangat sang ibu dan tangan kekar sang ayah saat menggendongnya. Lamunan Kayla tiba-tiba terusik dengan suara bass seorang cowok.
"Key ...!" Mata Kayla yang sembab beradu pandang dengan mata biru cowok yang menjadi idola baru cewek satu sekolah itu.
"Ngapain kamu di sini?" Kayla berusaha menetralisir perasaannya lalu mengusap sisa air mata di pipinya.
"You look ugly if weep!" canda Nattan sambil mendekat ke arah Kayla.
Kayla hanya menunduk lalu menatap bunga-bunga yang tertata rapi. Namun, latar bunga-bunga tersebut tak membuat hatinya ikut berbunga juga. Apalagi kehadiran Nattan, membuatnya semakin bad mood. Nattan pun hanya diam sambil menatap wajah sendu Kayla. Pikirannya pun berusaha mencari alasan, mengapa cewek berkacamata ini menangis di taman belakang sekolah.
***
Akhir-akhir ini, Pikiran Nattan selalu fokus pada Kayla. Cewek pendiam, pintar dan sering menangis di taman belakang sekolah itu. Dia berusaha untuk lebih dekat dengannya. Namun, Kayla masih setia dengan sifat juteknya.
Bel pulang sekolah berbunyi, Nattan masih setia duduk di bangku kelas. Bangku yang terletak di samping kanan bangku Kayla. Mata birunya fokus dengan jemari lentik Kayla. Kayla sepertinya masih asyik dengan kegiatan coret-coret di buku berwarna biru mudanya.
"Key ... kamu tidak pulang?" tanya Nattan sambil tersenyum ke arahnya. Walaupun gaya bicara Nattan masih sama. Selalu salah menyebut nama Kayla. Cewek berambut sebahu itupun membalas dengan senyuman juga.
Bagi Nattan ini awal yang baik untuk mengenalnya lebih dekat.
"Kamu terlihat lebih manis jika tersenyum begitu!" puji Nattan tulus. Wajah Kayla bersipu merah, seperti ada rasa baru dan pertama kali yang dia rasa.
Entah karena itu pujian dari cowok idola baru sekolah. Atau kalimat Nattan mengingatkan kepada seseorang yang dulu pernah ada di hati dan hidupnya.
"Natttan ...?" lirih Kayla menyebut nama Nattan. Mata Nattan kembali fokus ke arah Kayla. Kayla pun membalas tatapan Nattan. Bibir Nattan kembali menyunggingkan senyum manis yang bisa membuat luluh para gadis yang menjadi penggemarnya.
"Ada apa?" Tatapan Nattan semakin tajam ke arah Kayla hingga membuatnya kembali menunduk.
Suasana kelas menjadi hening. Bisu sesaat. Dengan mengambil nafas panjang Nattan pun membuka suara.
"Oke kalau tidak ada yang ditanyakan, aku pamit duluan. See you again!" Bibir Kayla bergetar, namun dia tak mampu berucap atau hanya sekedar membalas ucapan Nattan.
"Key ... percayalah masih ada payung yang siap melindungi kita dari rintik hujan maupun teriknya sinar matahari."
"Maksudmu?" Kayla tak mengerti apa yang sedang Nattan ucapkan. Perkataan tersebut terlalu filosofis baginya yang masih berseragam putih abu-abu tersebut.
Nattan kembali tersenyum tanpa menjawab pertanyaan atau lebih rasa penasaran Kayla tersebut. Dia pun menghilang di balik pintu kelas.
***
Hujan masih setia mengguyur bumi. Seakan mendung dan bau tanah mengerti perasaan Kayla kini. Di balik kacamatanya, dia fokus memandang bangku taman belakang. Basah. Cat abu-abunya pun mulai memudar. Cowok itu kembali mengusik ruang bawah sadar.
"Key ...!" sapa cowok berambut acak-acakan sambil mengatur nafasnya.
"Habis lari marathon ya?" tanya Kayla kesal.
Bukan maksud hati dia harus bersikap jutek. Namun, surat yang terselip di buku biologinya menghantarkan untuk menunggu sang pengirim surat di bangku taman belakang sekolah.
"Sorry ... tadi aku masih dipanggil untuk ke ruang TU!" Perkataan Nattan hanya disambut senyum kecut dari bibir Kayla.
"Key ... maaf atas kelakuanku selama ini kepadamu. Membuatmu marah, kesal dan tak tenang." ucap Nattan yang mulai mencairkan suasana. Kayla yang mendengarnya masih tak bergeming menatap bunga-bunga taman.
Tangan Nattan berusaha meraih tangan Kayla.
"Key ...!" Sebuah kotak berbungkus biru dia serahkan kepada Kayla,
Mata Kayla basah sambil memegang kalung berbandul kunci. Kenangan satu tahun lalu menyisahkan aroma pedih di hatinya.
"Apaan ini?" tanya Kayla terkejut dengan nada juteknya. Nattan hanya tersenyum sambil mengisyaratkan Kayla untuk membukanya.
Sebuah kalung berbandul kunci. Cantik. Mata Kayla berbinar sebentar.
"Key atau kunci. Ah ... sampai kini pun namamu susah kuucap dengan benar. Key ... coba bukalah hatimu, terimalah setiap ujian hidup ini dengan syukur. Aku yakin kamu akan menjadi orang hebat. Bahkan bisa sekelas Chairil Anwar." Nattan tersenyum sambil menyerahkan sebuah buku yang berisi coretan puisi Kayla. Nattan mengumpulkan setiap coretan tersebut di bawah bangku Kayla. Menurut Kayla kertas itu telah menjadi sampah dan dibuang oleh pembersih sekolah. Namun ...,
Bening hangat itupun luruh juga. Kelas mulai sepi. Jam pulang sekolah tak membuatnya bergeming dari bangkunya. Nattan telah pergi, entah dia masih ingat kepada Kayla apa tidak?
"Pindah?" Kayla masih tak percaya. Bu Nur selaku TU sekolah itu pun menjelaskan mengapa Nattan sudah lima hari tak masuk sekolah. Hal tersebutlah yang membawa Kayla bertanya kepada Bu Nur.
London. Jauh. Bahkan sangat jauh bagi Kayla yang yatim piatu tersebut.
"Kay ... ayo ditunggu teman-teman nih buat menjuriin lomba tulis puisi!" teriak Melodi teman sekelas Kayla.
Mendadak lamunan itupun buyar. Sambil tersenyum, Kayla menatap sahabatnya tersebut.
"Terima kasih, Nattan!" ucap Kayla lirih dan untuk terakhir kalinya dia menatap bangku belakang taman sekolah.
Selesai.
*( Diambil dari Novel "Hatiku Berhenti di Kamu" karya Eka Y. Saleem Hal.37)


1 komentar: