Rabu, 16 Desember 2015

Catatan tanpa Jejak

Catatan tanpa Jejak
Oleh : Yanuari Purnawan


Tanpa terasa langkah terlalu lelah, keriput menghiasi wajah dan usia semakin senja. Entah, sampai kapan semua bertahan atau malah berakhir. Musim begitu cepat berganti, tanpa ada kompromi bumi berotasi begitu cepat. Sebuah kata sederhana, ‘Sudah’ kemudian senyum atau tangis yang mengikuti hingga bulan tak purnama lagi.

Tahun berganti, dari angka ganjil menuju genap. Bukan seberapa lama, tetapi sebanyak apa. Seberapa lama kita hidup di dunia, bukan itu masalahnya. Tetapi, sebanyak apa manfaat yang kita tebar untuk sesama. Mungkin esok masih abu-abu, tetapi hari ini adalah kenyataan yang harus dihadapi. Sekalipun langkah lelah dan letih, jatuh dan bangkit adalah warna indah siap menyambut hari.

Sesungguhnya jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka celakalah, jika hari ini sama dengan hari kemarin maka merugilah dan jika hari ini jauh lebih baik dari kemarin maka beruntunglah. Sebuah paparan yang begitu mengulik bahwa setiap waktu adalah harta yang tak tergadaikan. Sudahkah diri ini menjadi orang yang beruntung? Atau malah golongan orang merugi bahkan celaka? Tanyakan pada mata hati, karena hati tak pernah berdusta.

Sahabat, mengkaji lebih dalam makna tahun baru. Seharusnya merupakan momentum yang tepat bagi kita untuk memuhasabah diri. Mengintropeksi diri selama satu tahun ke belakang. Apa resolusi kita sudah tercapai dan apa saja yang belum, hingga menjadi pembelajaran diri untuk melangkah lebih baik di tahun ke depan. Karena, semua orang menginginkan menjadi insan yang beruntung. Maka, solusi yang tepat hari ini harus jadi lebih baik dari kemarin.

Bukankah hidup adalah kumpulan hari, jam, menit dan detik. Apakah cukup dengan hanya tiupan terompet lalu menyalakan kembang api yang disertai pesta hura-hura? Sempit sekali, jika hidup hanya di tanggal 1 Januari saja. Karena semua yang kita perbuat setiap detiknya, akan menjadi bahan pertanggung jawaban di hari akhir kelak. Jadi, keputusan melangkah bukan aku atau mereka yang menyuruh. Tetapi, dirimu sendiri yang memutuskan mana yang terbaik untuk masa depanmu.

Ketika semua berlomba-lomba merayakannya. Gengsi jika tak berpartisipasi di dalamnya. Bercermin dengan mata hati, apakah mereka nanti yang akan menentukan hari esok kita? Semua ada ditangan diri sendiri. Mau ke arah mana melangkah. Hanya indah sesaat seperti kembang api. Ataukah mewangi menebar manfaat bagi sesama yang menjadi investasi amal kelak. Sebelum waktu memanggil, tinta telah habis hingga semua sia-sia menjadi catatan tanpa jejak.[]






Tidak ada komentar:

Posting Komentar