Catatan tanpa Jejak
Oleh
: Yanuari Purnawan
Tanpa
terasa langkah terlalu lelah, keriput menghiasi wajah dan usia semakin senja.
Entah, sampai kapan semua bertahan atau malah berakhir. Musim begitu cepat
berganti, tanpa ada kompromi bumi berotasi begitu cepat. Sebuah kata sederhana,
‘Sudah’ kemudian senyum atau tangis yang mengikuti hingga bulan tak purnama
lagi.
Tahun
berganti, dari angka ganjil menuju genap. Bukan seberapa lama, tetapi sebanyak
apa. Seberapa lama kita hidup di dunia, bukan itu masalahnya. Tetapi, sebanyak
apa manfaat yang kita tebar untuk sesama. Mungkin esok masih abu-abu, tetapi
hari ini adalah kenyataan yang harus dihadapi. Sekalipun langkah lelah dan
letih, jatuh dan bangkit adalah warna indah siap menyambut hari.
Sesungguhnya
jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka celakalah, jika hari ini sama
dengan hari kemarin maka merugilah dan jika hari ini jauh lebih baik dari
kemarin maka beruntunglah. Sebuah paparan yang begitu mengulik bahwa setiap
waktu adalah harta yang tak tergadaikan. Sudahkah diri ini menjadi orang yang
beruntung? Atau malah golongan orang merugi bahkan celaka? Tanyakan pada mata
hati, karena hati tak pernah berdusta.
Sahabat,
mengkaji lebih dalam makna tahun baru. Seharusnya merupakan momentum yang tepat
bagi kita untuk memuhasabah diri. Mengintropeksi diri selama satu tahun ke
belakang. Apa resolusi kita sudah tercapai dan apa saja yang belum, hingga
menjadi pembelajaran diri untuk melangkah lebih baik di tahun ke depan. Karena,
semua orang menginginkan menjadi insan yang beruntung. Maka, solusi yang tepat
hari ini harus jadi lebih baik dari kemarin.
Bukankah
hidup adalah kumpulan hari, jam, menit dan detik. Apakah cukup dengan hanya
tiupan terompet lalu menyalakan kembang api yang disertai pesta hura-hura?
Sempit sekali, jika hidup hanya di tanggal 1 Januari saja. Karena semua yang
kita perbuat setiap detiknya, akan menjadi bahan pertanggung jawaban di hari
akhir kelak. Jadi, keputusan melangkah bukan aku atau mereka yang menyuruh.
Tetapi, dirimu sendiri yang memutuskan mana yang terbaik untuk masa depanmu.
Ketika
semua berlomba-lomba merayakannya. Gengsi jika tak berpartisipasi di dalamnya.
Bercermin dengan mata hati, apakah mereka nanti yang akan menentukan hari esok
kita? Semua ada ditangan diri sendiri. Mau ke arah mana melangkah. Hanya indah
sesaat seperti kembang api. Ataukah mewangi menebar manfaat bagi sesama yang
menjadi investasi amal kelak. Sebelum waktu memanggil, tinta telah habis hingga
semua sia-sia menjadi catatan tanpa jejak.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar