MY SIS…
Tak pernah ku sangka waktu bergulir
begitu cepat. Dulu, kau yang masih kecil suka nangis dan ingusan. Sekarang kau
tumbuh menjadi gadis remaja yang penuh pesona. Aku tak pernah menyangka semuanya
berubah secara drastis, aku masih ingin menghibur dan membuatmu menangis kayak
dulu. Aku gendong dan ku ajak bermain kemana-mana walau kau sangat cengeng. Ah,
masa lalu hanya sebuah kenangan indah yang tak perlu ku sesali tetapi menjadi
pembelajaran diri. Bahwa semua itu ada batas dan akhir, aku sadar hidup itu
berproses dan tumbuh, hal itu yang terjadi kepadamu, my sis.
Baru kemarin rasanya kamu di wisuda
di MI(madrasah ibtidayah) dan waktu begitu cepat berputar, kemarin kau sudah di
wisuda di SMP. Dan kini kau pergi jauh dikota meninggalkan tanah tempat kau
tinggal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu SMA.
Keputusanmu adalah tanggung jawabmu,
apa yang kau lakukan itulah yang kau tuai kelak. Do’aku tak henti saat kau
mengikuti tes masuk SMA, aku tak pernah berharap lebih tetapi aku hanya minta
kau melakukan itu dengan baik. Aku ragu dan khawatir jika kau harus gagal masuk
SMA negeri. Tetapi aku selalu bilang kepada kau bahwa skenario Allah itu jauh
lebih indah, gagal dan berhasil itu hanya kemasannya saja tetapi kita tak
mengerti apa hikmah dibalik semua itu. Percayalah kepadaNya jika itu jalan yang
terbaik buat kau pasti diberi kemudahan.
Pagi, 8 juli 2014 hari dimana kerja
keras kau akan diumumkan apakah lolos atau gagal. Aku hanya bisa berdo’a semoga
apapun keputusannya semoga itulah yang terbaik buat kau. Aku merasakan apa yang
kau khawatirkan, kau pasti takut dan cemas seandainya gagal. Itu pasti, tetapi
berkali-kali aku menguatkan bahwa juri yang terbaik hanya Allah SWT. Pengumuman
pun telah terpampang, ketakutan dan kekhawatiran berkecambuk didalam hati. kau
hanya bisa diam menunggu, ku cari nama kau dari daftar nama peserta lainnya.
Tak ada nama kau, ya Rabb, jika ini yang terbaik buat adikku, ku terima dengan
hati ikhlas. Aku urutkan lagi satu persatu, alhamdulilah nama adikku Yeni Dwi
Alfitri tertulis di situ. Ku peluk adikku dengan penuh rasa bangga tak terkira.
Tak terbayang kau yang dulu selalu peringkat paling bontot sekarang bisa lolos
masuk SMA negeri favorit. Itulah jika tangan Allah telah bergerak yang seolah
tak mungkin bisa menjadi mungkin.
Tak terasa butiran airmata jatuh
ketika ku harus melepasmu pergi untuk berjihad mencari ilmu. Kau pasti tak
mengerti dan tak akan pernah mengerti bahwa aku sangat menyayangimu, walau
kadang aku sering mengomelimu bukan berarti aku membencimu. Tidak, aku hanya
khawatir kau tak bisa melakukan yang terbaik.
My sis, selamatnya akhirnya kau
diterima diSMA yang kau inginkan. Hanya selaksa do’a yang bisa kupanjatkan
semoga kau tetap menjadi adikku yang paling baik dan tercapai segala cita-citamu.
Ramadhan kali ini terasa sepi, aku harus kehilangan ibu dan kau, walau dalam
situasi yang beda. Aku yakin ibu disana tersenyum bangga kepadamu. Tetaplah
rendah hati dan jadilah orang yang selalu bermanfaat.
Kulihat kamarmu, baru kemarin kita
saling bertengkar sekarang tak ada lagi omelanku karena ulahmu.
Nongkojajar, 11 juli 2014.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus