Sungguh tidak pernah aku menyangka
waktu berputar begitu cepat. Aku masih ingat betul saat kau sibuk didapur
memasak untuk hidangan hari raya, wajah tua dan lelahmu tertutup oleh senyum
tulusmu. Ibu kemarin aku masih merasakan cinta dan sayangmu, tidak lupa tangan
ini berjabat dan tersungkur memohon maaf kepadamu dikala sakit yang terus
menggerogoti tubuh cantikmu. Biarpun kau sakit tidak ada sedikitpun keluhan
terlontar dari bibir manismu, kau hanya mengkhawatirkan kami takut lebaran
tidak ada apa-apa karena kau tidak bisa melayani kami dengan maksimal.
Ibu ada air bening menetes dari
pipimu, ada apa ibu?apakah kami sudah menyakiti hatimu! Tidak, kau hanya bilang
maafkan ibu ya sampai sekarang masih belum menjadi ibu yang baik buat kalian.
Ah, ibu harusnya kami yang bilang begitu, kami belum bisa membalas dan
membahagiakanmu walau itu hanya sedikit. Kemarin lebaran kita habiskan di rumah
sakit, tidak apa asal kami bersamamu walau harus menunggu bertahun-tahun
lamanya aku tidak akan lelah menjaga dan merawatmu. Aku bahagia melihatmu
tertidur pulas, walaupun selang infus menemani tidurmu.
Allahuakbar..Allahuakbar….
Suara takbir memecah heningnya malam,
dingin udara pagi membasahi kaca jendela kamarku. Entah mengapa sesak sekali
rasanya, airmataku tiba-tibar, ibu aku kangen sama kau. Hampir satu tahun aku
kehilangan sosok yang begitu berharga dalam hidupku. Kenapa suara takbir kali
ini begitu berbeda, apakah karena tanpa kehadiranmu. Harus kemanakah aku
memohon maaf kepadamu ibu, haruskah aku mendaki gunung dan berteriak maafkan
aku ibu. Terlalu singkat kebersamaanku denganmu, seandainya aku diberi
kesempatan lebih lama akan aku buat kau bangga kepada kami anakmu. Aku rindu
kamu, ibu. Tahukah kau ibu aku disini selalu menunggu datangnya suatu saat kita
bisa berkumpul kembali disurgaNya. Aamiin
Ya Allah…
Aku mengerti ini semua atas skenario
dan kehendakMu. Tiada yang kuasa selain kekuasaanmu pasti semu menyimpan hikmah
yang begitu besar untuk aku menjalani hidup ini.
Terimakasih atas segala cinta yang
kau berikan kepada kami. Aku bukanlah ahli sastra yang mampu menuliskan
bait-bait cinta untukmu. Aku bukanlah seorang pujangga yang mampu menuliskan
puisi indah tentangmu. Dan aku hanya manusia biasa yang lahir dari rahim wanita
yang luar biasa yang selalu akan menyimpan semu cinta yang telah kau berikan
untukku, ibu.
IBU, I LOVE YOU…peluk, cium dan
airmata rindu dari anakmu yang penuh dosa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar