Minggu, 27 Juli 2014

KETIKA TAKBIR TANPAMU



KETIKA TAKBIR TANPAMU
Sungguh tidak pernah aku menyangka waktu berputar begitu cepat. Aku masih ingat betul saat kau sibuk didapur memasak untuk hidangan hari raya, wajah tua dan lelahmu tertutup oleh senyum tulusmu. Ibu kemarin aku masih merasakan cinta dan sayangmu, tidak lupa tangan ini berjabat dan tersungkur memohon maaf kepadamu dikala sakit yang terus menggerogoti tubuh cantikmu. Biarpun kau sakit tidak ada sedikitpun keluhan terlontar dari bibir manismu, kau hanya mengkhawatirkan kami takut lebaran tidak ada apa-apa karena kau tidak bisa melayani kami dengan maksimal.

Ibu ada air bening menetes dari pipimu, ada apa ibu?apakah kami sudah menyakiti hatimu! Tidak, kau hanya bilang maafkan ibu ya sampai sekarang masih belum menjadi ibu yang baik buat kalian. Ah, ibu harusnya kami yang bilang begitu, kami belum bisa membalas dan membahagiakanmu walau itu hanya sedikit. Kemarin lebaran kita habiskan di rumah sakit, tidak apa asal kami bersamamu walau harus menunggu bertahun-tahun lamanya aku tidak akan lelah menjaga dan merawatmu. Aku bahagia melihatmu tertidur pulas, walaupun selang infus menemani tidurmu.

Allahuakbar..Allahuakbar….
Suara takbir memecah heningnya malam, dingin udara pagi membasahi kaca jendela kamarku. Entah mengapa sesak sekali rasanya, airmataku tiba-tibar, ibu aku kangen sama kau. Hampir satu tahun aku kehilangan sosok yang begitu berharga dalam hidupku. Kenapa suara takbir kali ini begitu berbeda, apakah karena tanpa kehadiranmu. Harus kemanakah aku memohon maaf kepadamu ibu, haruskah aku mendaki gunung dan berteriak maafkan aku ibu. Terlalu singkat kebersamaanku denganmu, seandainya aku diberi kesempatan lebih lama akan aku buat kau bangga kepada kami anakmu. Aku rindu kamu, ibu. Tahukah kau ibu aku disini selalu menunggu datangnya suatu saat kita bisa berkumpul kembali disurgaNya. Aamiin

Ya Allah…
Aku mengerti ini semua atas skenario dan kehendakMu. Tiada yang kuasa selain kekuasaanmu pasti semu menyimpan hikmah yang begitu besar untuk aku menjalani hidup ini.
Terimakasih atas segala cinta yang kau berikan kepada kami. Aku bukanlah ahli sastra yang mampu menuliskan bait-bait cinta untukmu. Aku bukanlah seorang pujangga yang mampu menuliskan puisi indah tentangmu. Dan aku hanya manusia biasa yang lahir dari rahim wanita yang luar biasa yang selalu akan menyimpan semu cinta yang telah kau berikan untukku, ibu.
IBU, I LOVE YOU…peluk, cium dan airmata rindu dari anakmu yang penuh dosa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar