Pelangi
Di balik Badai
Namaku Bintang
Adelia, 20 tahun mahasiswi semester 4 fakultas ekonomi di salah satu
universitas swasta terkenal di Jakarta. Selain sebagai mahasiswi aku juga
seorang model di salah satu agency terkenal ibukota. Bukan hanya itu, aku
adalah anak tunggal seorang pejabat negara. Betapa sempurna hidupku. Disamping
itu banyak teman yang mengenal dan menyayangiku mulai dari satpam kampus hingga
rekan kerja ayah. Hidup dengan kemewahan dan fasilitas lengkap tidak sepenuhnya
membuat bahagia karena di sudut hati kecilku apakah semua cinta yang mereka
berikan itu tulus, entahlah.
Setiap pekan
wajah cantik dan tubuh seksiku selalu menghiasi cover majalah
terkenal di ibukota. Berbagai pose dan brand terkenal sukses aku jalani sebagai
modelnya. Namaku semakin menanjak di dunia modeling tatkala mengikuti fashion
tahunan di Jakarta, yaitu Jakarta Fashion Week. Aku berlenggak-lenggok
memamerkan tubuhku yang aduhai dengan balutan pakaian rancangan desaigner
terkenal di tanah air. Dalam bidang akademik nilaiku bisa di katakana sangat
baik dengan IP 3,5 membuat para dosen sangat sayang dan mudah memberiku izin
jika aku harus ada pemotretan di luar kota.
Hari ini aku harus segera ke ruang dosen tepatnya menemui Bu Ayu selaku
dosen mata kuliah yang aku ikuti. Beliau tadi sms aku untuk menghadapnya pagi
ini karena ada hal yang serius yang harus di bicarakan denganku. Dalam hati
mengapa Bu Ayu ingin bertemu denganku. Apakah nilaiku turun? Atau aku belum
mengumpulkan tugas mata kuliahnya. Ah, tidak mungkin karena nilaiku selalu baik
di mata kuliah beliau ajarkan. Sedangkan tugas-tugas dari beliau selalu aku
selesaikan tepat waktu.
“selamat pagi, bu.”
Sapaku kepada bu ayu yang sedang memeriksa berkas-berkas di meja kerjanya.
“pagi juga anakku
yang cantik dan berprestasi.” Pujinya kepadaku.
“pasti kau bingung
mengapa saya memanggilmu kesini, tetapi saya harus menyampaikan kabar bahwa kau
merupakan salah satu mahasiswi penerima beasiswa ke jerman.” Sambung bu ayu
dengan nada yang serius, kata-katanya menghujam jantungku, aku masih tidak percaya
dan diam terpaku. Hingga suara bu ayu membuyarkan ketidakpercayaanku. “selamat
ya, anakku.” Ucapnya sambil memelukku.
-------------------
Berita jika aku menerima beasiswa ke
jerman menyebar ke seanterio kampus, membuatku semakin popular di kampus. Ku
ajak sisil dan lia sahabat karibku serta tidak ketinggalan Bobby my boyfriend
alias pacarku untuk ku traktir makan di café langganan kita. Tepat pukul 4 sore
bobby sudah siap dengan mobil Honda jazz warna birunya untuk mengantar kita
bertiga. Aku bagai seorang putri raja, bobby begitu perhatian kepadaku hingga
membuat iri kedua sahabatku. Tiba-tiba Hpku berdering ada sms dari om satrio
pengacara ayah, ada apa om satrio sms, pikirku. Cepat pulang ada masalah
penting. Aku segera meminta bobby mengantar balik pulang ke rumah. Kulihat ada
wajah kecewa dari bobby, sisil dan lia. “maaf ya, aku harus pulang karena di
rumah lagi ada masalah.” Jelasku pada mereka.
Dirumah kulihat banyak perabotan
yang diangkat keluar. Pikiranku tak enak, aku segera berlari masuk ke dalam.
Kuamati sekitar tampak kosong, Ibu menangis histeris dan yang paling membuatku
terkejut kulihat tangan ayah di borgol. Kakiku lemas, aku tak mampu berdiri dan
terjatuh juga. Om satrio mencoba menenangkanku. “sabar adel, ini hanya fitnah.
Ayahmu di fitnah ikut terlibat korupsi dalam suatu proyek di daerah Sumatra.
Kamu harus kuat menerima semua ini.”
Ku hampiri ayah,
kupegang tangannya sambil berkata “ ini bohong kan ayah, ini pasti hanya
sandiwara kan?.” Ayah hanya menggeleng dan menguatkan aku untuk kuat dan sabar.
Kulihat ayah pergi bersama polisi.
-------------------
Berita bahwa ayah melakukan korupsi
tersebar luas dari media cetak hingga elektronik. Berita tersebut begitu
menyudutkan keluargaku. Om satrio membawa ibu ke psikiater, ibu mengalami
depresi berat hingga harus tinggal di rumah sakit jiwa. Sedangkan aku ikut Bi
Iyem pembantu setia keluargaku. Dunia berputar 180˚, dulu aku yang populer dan
dipuja sekarang sirna dalam sekejap. Kampus tidak ambil pusing aku di Drop Out
dan beasiswaku di cabut. Di modeling aku di keluarkan dengan tidak hormat.
Sahabat dan pacarku menjauh dan enggan bersahabat denganku lagi. Aku ibarat
barang najis yang kotor dan menjijikan karena fitnah kepada keluargaku.
Aku bagai mayat hidup, aku sangat
terpuruk dengan kondisi keluargaku sekarang. Ayah di penjara dan ibu di rumah
sakit jiwa. Berat ujian ini, segera kuakhiri hidup. Kuberjalan menyusuri rel
kereta berharap ada kereta api yang akan menabrakku. Kudengar suara kereta api
semakin mendekat dan……. Semua gelap.
Kutatap langit ruangan berwarna putih. Dimakah aku, apakah sudah di surga.
Kudengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an begitu indah dan menyejukkan. Tak terasa
air mataku mengalir begitu saja, sudah berapa lama aku tak pernah mendengarnya
atau lebih tepatnya acuh akan semua itu. Agama bagiku hanya formalitas
pelengkap status di KTP.
“Alhamdulillah kamu sudah bangun.” Ucap gadis bermukena putih. Cantik dan menyejukkan siapapun yang melihatnya. Diapun mengenalkan dirinya, Nayla mahasiswi semester 4 di salah satu universitas islam dan dialah yang menyelamatkanku ketika ingin bunuh diri. Aku tak sanggup menyimpan derita ini, ku ceritakan siapa aku dan apa yang terjadi dalam hidupku. Isak tangis kita mengiringi setiap ceritaku kepadanya. Nayla memelukku hangat. Dia mencoba menenangkan dan meraba hatiku.
“Alhamdulillah kamu sudah bangun.” Ucap gadis bermukena putih. Cantik dan menyejukkan siapapun yang melihatnya. Diapun mengenalkan dirinya, Nayla mahasiswi semester 4 di salah satu universitas islam dan dialah yang menyelamatkanku ketika ingin bunuh diri. Aku tak sanggup menyimpan derita ini, ku ceritakan siapa aku dan apa yang terjadi dalam hidupku. Isak tangis kita mengiringi setiap ceritaku kepadanya. Nayla memelukku hangat. Dia mencoba menenangkan dan meraba hatiku.
“tenang adel, Allah
masih bersama kita, ingatlah di balik kesulitan pasti ada kemudahan, itu janji
Allah. Sekarang hijrahkan dirimu untuk lebih dekat kepadaNya, sekali lagi di
balik kencangnya badai ada pelangi yang berwarna indah.” Tangisku meledak, ku
tak bisa memungkiri kata-katanya begitu tulus dan menyentuh hatiku.
Tak selamanya gelap malam pasti akan
berganti siang yang terang. Tak selamanya badai pasti akan ada pelangi yang
indah. Nayla sosoknya yang tenang dan sholeha bukan sekedar sahabat tetapi
telah menjadi guru agamaku. Dia begitu sabar mengajariku tentang agama dan
bagaimana menjadi muslimah sejati. Yang aku suka dari nayla, dia tidak pernah
memaksa tetapi memberikanku contoh. Seiring waktu berputar, aku pun bertekad
untuk berhijab. Bismillah, aku berhijab karenaMu ya Allah, kuatkan dan berkahi
keputusanku ini.
Sedikit demi sedikit aku mulai
membenahi langkah hidupku. Sementara aku tinggal di kontrakan Bi Iyem sambil
aku bekerja menjadi penjaga toko buku milik sahabat nayla. Ibu Alhamdulillah
kesehatannya mulai membaik sedangkan ayah masih di penjara, tetapi om satrio
bilang bahwa ayah akan segera bebas, karena tuduhan kepada ayah tidak terbukti.
Subhanallah, inilah berkah tak ternilai harganya. Hujan, kulangkahkan kakiku
menuju rumah Allah, kutatap langit siang itu ada pelangi berwarna indah.
SELESAI
Tentang
penulis.
Ary awan92 lahir di Nongkojajar-Pasuruan,
22 tahun yang lalu. Dia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di SMAN 1 KEJAYAN.
silahkan kunjungi facebooknya di yanuari_newton@ymail.com dan email yanuari.purnawan@gmail.com serta
nomor HP 085649947840. “ Pelangi
Di Balik Badai” merupakan tulisan keduanya setelah “Cinta Di kejar Deadline”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar